06. AZKIRA & KEPEDULIANNYA

Start from the beginning
                                    

"Lo nggak bakal ilang atau ngilang ke mana-mana, Gen. Ngapain gue harus sedih? Lo kan bakal tetep ada di samping gue," ujar Azkira membuat senyum senang Gentar terukir.

"Pinter banget cewek cantiknya Gentar," puji cowok itu sembari menggandeng lembut tangan Azkira.

"Katanya mau baperin gue. Kok nggak jadi?"

"Kapan-kapan aja deh, nanti lo ketagihan lagi gue baperin." Gentar terkekeh.

"Tapi gue maunya sekarang," sahut Azkira cepat.

Gentar mengangguk kemudian memikirkan kalimat untuk membuat Azkira bawa perasaan. "Gue kasih pertanyaan aja nih ya," katanya.

"Minyak-minyak apa yang bisa bikin hati lo dagdigdugser?"

Azkira terkekeh dan menabok pelan lengan Gentar. "Lo mau gombalin gue?"

"Tuh kan tadi katanya mau dibaperin. Udah sih jawab aja. Lo tau apa enggak?"

Azkira menggeleng.

"Jangan geleng doang. Jawab juga, lo tau apa enggak tau?" Saking gemasnya Gentar sampai menyentil pelan hidung mancung ke dalam milik Azkira.

"Kira enggak tau Gentar. Minyak apa emang?" tanya Azkira berusaha semanis mungkin.

"Minyakinkan dunia kalo Kira cuma milik Gentar." Benar apa kata Gentar, jawaban itu membuat hati Azkira jadi dagdigdugser rasanya. Bahkan semburat merah muda di pipinya sudah terlihat jelas. Azkira tidak menyembunyikannya, membiarkan Gentar melihat sepuas mungkin seberapa bahagianya ia sekarang.

"Tuh kan baper beneran," ucap Gentar penuh kemenangan. "Makin gemes kalo lagi blushing begini, jadi pengin gigit."

Azkira sontak membulatkan matanya dan mencubit kecil lengan Gentar hingga cowok itu mengadu kesakitan.

"Sakit loh, Ra, lo cubitnya kecil banget."

"Salah sendiri kalo ngomong suka bar-bar begitu. Berani banget sih," ujar Azkira menggerutu.

"Kan bar-barnya cuma ke lo doang."

"Masa?"

"Iya, Cantik."

"Cantik aja apa cantik banget?" tanya Azkira.

"Cantik ba-" Sebelum Gentar selesai menjawab, Azkira sudah lebih dulu menyerobot, "Gue tau, gue cantik banget, Gen. Nggak usah diperjelas lah."

"Pede banget," kekeh Gentar. "Tapi emang iya sih. Cantik dan manis."

"Makasih, Gentar."

"Sama-sama cantik."

Keduanya berhenti di depan UKS. Niat Azkira yang hendak masuk pun terurungkan karena lengannya dicekal Gentar.

"Gue mau ke kantin bentar beli minum, gue haus banget abis baperin lo."

"Lo sih sok ngide buat baperin gue."

Gentar hanya bisa terkekeh menanggapi ucapan Azkira. Ia melenggang pergi membiarkan ceweknya masuk ke dalam sendirian.

Di dalam sudah ada Fiki dan Ganang yang menemani Adi. Dengan langkah ragu, Azkira mendekati mereka.

"Loh lo sakit juga, Ra?" tanya Ganang khawatir dan turun dari brankar yang dipakai tidur oleh Adi.

Azkira melengos dan berdiri di samping Fiki yang sibuk memainkan ponselnya. "Adi, gimana masih sakit?"

"Lo khawatir sama gue, Ra?" Adi balik bertanya dengan tatapan terharunya. Ia seolah-olah mengusap air matanya. Air mata buaya.

"Ya, gara-gara gue, lo jadi sakit begini. Udah mendingan?"

Fiki berdecak pelan. "Lo khawatirin orang yang salah, Ra, asli," katanya membuat Azkira menoleh.

GENTAR [END]Where stories live. Discover now