Pembuka

284 41 182
                                    

- DISCLAIMER ☆★☆ -
95% fiksi - di ambil dari real life penulis bukan dari real life visual di cerita ini, so don't equate the characters with their real life! there are some harsh words, buat yang penasaran; aku saranin buat baca dulu chapt 1-5, if u r still curious, silahkan untuk next chapt. Sans aja, konflik tergolong ringan level 5. From this story ambil positifnya n buang negatifnya, ya!

Oke, sekian guyss. Semoga suka, ya! Dan happy reading y'all 💟

 Semoga suka, ya! Dan happy reading y'all 💟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


☆★☆

Semilir angin menerpa wajah cantiknya. Gadis mungil yang sedari tadi sedang memperhatikan seorang anak kecil yang sedang menangis tersedu-sedu, semakin mengerutkan keningnya kala muncul pria bertubuh kekar yang ia yakini adalah papa dari anak kecil tersebut. Di otaknya muncul satu pertanyaan 'mengapa anak kecil tersebut menangis?'

Raut wajah bingungnya semakin ketara ketika anak kecil tersebut lari menghindar dari pria kekar itu. Gadis tersebut terus memperhatikan anak kecil itu yang berusaha kabur hingga hilang dari pandangannya.

"Aku mau ke Mama." Asa—gadis yang memperhatikan anak kecil tadi terlonjak kaget saat anak kecil tersebut tiba-tiba ada di sampingnya seraya menarik-narik ujung bajunya.

"Ha?"

"Ayo anterkan aku ke Mama. Aku mau ke Mama, huaaa."

Asa bingung. Ia harus melakukan apa? Lari meninggalkan anak kecil ini? Atau mengantarkan anak kecil ini ke Mamanya?

☆★☆

"Haha lu lucu. Tetap
jadi cewek tercantik setelah Mama."

"Aku sayang Raja."

"Kita bisa kok kalau sama-sama terus."

"Ingat ya waktu kecil tinggian
aku daripada kamu."

"Demi apa sih gue sayang banget
sama sahabat gue yang satu inii."

"Kael jangan sakit lagi, ya?
Get well soon, jelek!"

"Sakitnya melebihi dari yang kemarin."

"Aku bingung sama perasaan aku sendiri, El."

"Bukannya takut di ungkapin, Bang,
cuma gue tau konsekuensinya
kalau udah jujur."

"Kael makasi udah hadir di kehidupan aku."

"Aneh, kenapa nggak bisa di tebak?
Maaf udah lancang, padahal dari awal
emang udah di anggap sahabat doang."

"Keterlambatan ini buat aku sadar,
cuma kamu yang aku butuhkan selama ini, El."

ENDING CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang