I'am Yuta 33 (revisi)

37.6K 2.2K 349
                                    

Yuta meremas kuat kaleng minuman bersoda yang berada ditangannya hingga bentuknya tak karuan. Baru beberapa menit bertemu, Nanda dan Leo terlihat semakin akrab. Mereka berbincang sembari memanggang, cewek dan teman Yuta juga terlihat seperti sepasang kekasih ketika Karin meninggalkannya untuk mengambil sesuatu.

"AWW," Nanda berteriak ketika tidak sengaja jarinya menyentuh alat pemanggangan yang panas.

Mendengar teriakan ceweknya, Yuta secepat mungkin membuang puntung rokok yang tengah dia hisap lalu berjalan cepat menghampirinya. Dia kalah cepat, Leo lebih dulu menolong Nanda. Tetapi Yuta tidak peduli, dia merebut Nanda dan menyingkirkan Leo.

"Mana yang sakit?" cowok itu bertanya dengan ketus.

"Gak ada."

Dia berdecak, "Terus ngapain lo teriak? Caper?"

Nanda menatap Yuta, "Cepat, mana yang sakit?" Yuta menurunkan nada bicaranya.

"Ini, tapi nggak sakit banget kok." Nanda menunjukan jari telunjuknya yang terkena luka bakar ringan.

"Lagian lo ngapain bisa sampai gini?" Yuta membawa Nanda ke dapur sambil terus berbicara tidak jelas.

Emak Anah keluar kamar untuk mengambil minum di dapur, dia kaget mendapati anak majikannya berada disini. "Den, kok disini? Acaranya sudah selesai?" tanyanya, emak Anah memang tidak mengetahui ada acara apa di rumah ini. Dia tidak ijinkan membantu dan keluar dari area dapur oleh Yuta. Bukan apa-apa, hanya takut terkena culture syok lagi.

Namun Emak Anah salah fokus, dia melirik tangan Yuta yang memegang tangan Nanda. "Loh, ini jari neng Nanda kenapa?"

"Nanda gapapa, Mak."

"Bi, tolong ambilkan salep antibiotik sama kasa steril dikotak obat!" emak dengan sigap mengambilkan barang diperintahkan oleh Yuta.

"Sekalian cek di kulkas ada es batu gak? Buat kompres."

"Nggak mau es batu, dingiiin."

"Fungsi es batu buat redain rasa nyeri di jari Lo, Nanda. Jari lo juga panas."

"Ya... tetap aja."

"Udah lo diam aja, nurut sama gue."

"Iss padahal luka biasa juga," gumam Nanda namun tetap terdengar oleh telinga Yuta.

"Es batunya gak ada Aden," ucap Emak setelah mengecek isi lemari es.

"Air dingin ada, kan? Sama siapin wadahnya."

Emak mengambilkan wadah kemudian menuangkan air dingin, dia meletakkan wadahnya di meja dekat Yuta. "Ini Den, emak cari salepnya dulu." Setelah itu dia mencari apa yang sebelumnya diperintahkan.

Jari yang terkena luka bakar tersebut direndam di air dingin untuk meredakan rasa nyeri dan panas selama beberapa menit.

"Gue suruh panggang badan lo tuh cuma bercanda. Malah panggang jari lo beneran. Bikin repot aja." Yuta melakukannya sambil terus mendumel.

"Aku nggak sengaja."

"Kayanya mata lo juga perlu diikutin seminar," biar gak jelalatan ngeliat si Leo mulu, lanjutnya dalam hati.

"Ini salepnya," Yuta menerima salep dan kasanya. Dia mengoleskan salep ke luka bakar Nanda pelan-pelan sambil sesekali meniupkannya kemudian ditutupi dengan selembar kain kasa steril.

"Ya Allah neng, makanya hati-hati atuh geulis," ujar emak sembari membereskan peralatan yang digunakan untuk mengobati luka Nanda.

"Iya, tenang aja ini cuma luka biasa kok. Yang sering di dapur, pasti pernah ngerasain yang lebih dari Nanda. Ini mah bukan apa-apa." Nanda mengulas senyumnya, "Emak masuk kamar gih, Nanda sama Yuta mau ke depan lagi."

"Kalau orang kampung mah, luka kaya gini cuma dipakein odol, neng."

Nanda terkekeh, "Nggak boleh itu, nanti infeksi."

"Yaudah Mak, Nanda ke depan ya, dadah!"

🍒🍒🍒

Ketika keluar rumah dua insan ini mendadak menjadi pusat perhatian. Teman-teman Yuta dan Nanda sudah berkumpul membentuk lingkaran, sampai Nanda tidak berani menegakan kepalanya.

"Lama banget woy."

"Udah mulai dari tadi ini."

"Ngobatin luka dikit doang lama banget."

"Sambil C word dulu kali ya?"

"Apaan dah C word?"

"Bisa ciuman, cipokan, cuddlingan hahahha."

"Hahhaah bangsat."

"Enak banget dah yang punya rumah."

"Bacot." Ujar Yuta, "Pada ngelunjak lo ya, udah mulai gak bilang-bilang yang punya acara."

"Lah yang punya acaranya aja kagak tau kemana dah?!"

"Stop!" Tegas Teddy, "Duduk semua!"

Semua orang di tempat ini langsung menurut, duduk dengan tenang tanpa bersuara. Seketika Teddy merasa seperti orang berwibawa, semua orang patuh padanya. Dia tersenyum-senyum dengan bangga. Sebelum berbicara, dia berdeham cool terlebih dahulu.

"Ekhem... Ekhem... Gue Teddy." Ucapnya dengan tingkat kepercayaan diri level menengah.

"Udah tau," jawab beberapa orang dengan ketus.

"Gue mohon semuanya tenang. Buat Hapid dan seangkatannya tolong kurang-kurangin dah lo ngeledekin Abang lo, belum tentu besok lo masih bisa ketemu Yuta."

Hapid yang namanya disebut memicingkan mata, kesal juga dia dengan Teddy, "Padahal lo yang duluan, gue mah cuma ngikut-ngikut doang."

Teddy memelototi Hapid, "Diam lo." Setelah itu dia kembali bersikap seperti tadi, "Kawan-kawan disini mungkin ada beberapa yang belum tau, kalau Yuta besok akan berangkat ke Singapore."

Suasana menjadi ramai ketika Teddy mengumumkan hal ini, tentunya Hapid dan kawan-kawan yang belum mengetahui merasa dikhianati. Seolah mereka tidak dianggap, hal penting seperti ini mereka tidak diberitahu.

"Kok gue gak tau?"

"Lo gak ngasih tau gue?!"

"Kita nggak dikasih tau nih? Kita nggak dianggap."

Teddy berdecak, "Bukan gitu, gue juga dikasih tau sebelum gue berangkat kesini."

"Biar gue yang ngomong." Yuta angkat bicara, "Gue minta maaf baru ngasih tau malam ini, bukan maksud gue gak anggap lo semua atau apalah itu. Gue cuma males aja ngasih tau ke kalian."

"Bangsat ekspetasi gue terlalu tinggi, gue kira lo bakal minta maaf secara tulus."

Yuta tertawa, "Udah ah, ayo makan! Laper nih gue."

Yuta melirik Nanda disampingnya yang sedari tadi menunduk, dia mendekatkan dirinya kemudian berbisik, "Ayang, mau suapin dong!" Ucapnya dengan genit.

Nanda merinding, dia menyikut perut Yuta, "Apaan sih?!"

"Bang kasih tau gue kenapa lo ke Singapore mendadak gini? Please, jangan bilang kalo lo ke sana buat pengobatan. Lo punya penyakit serius?" Ucap Hapid tidak tau situasi, Yuta sedang menggoda ayangnya agar tidak menunduk terus.

"Bangsat banget pemikiran lo, Pid. Gak dadakan, udah dari jauh-jauh hari, lo-nya aja yang baru tau. Gue mau lanjut kuliah sekalian nerusin usaha Papi gue disana."

Adik-adik tingkat Yuta itu tiba-tiba merasa tidak berselera menikmati acara barbeque-an malam ini. Walaupun hidangannya enak-enak dan tentunya mahal. Martin dan Dovie yang berencana duet untuk menyanyi sambil bergitar mendadak malas. Alhasil acara ini menjadi sunyi. Hingga pertanyaan Martin membuat Nanda yang sedari tadi diam mendongakkan kepalanya.

"Jadi, lo bakal menetap disana, bang?" Pertanyaan ini yang membuat Nanda kepikiran hingga keesokan harinya pada keberangkatan Yuta.

🍒🍒🍒

See you next chapter 👋

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Just UWhere stories live. Discover now