I'am Yuta 22 (Revisi)

39K 2.4K 104
                                    

Mata penuh air mata itu tidak berani menatap netra tajam milik seorang laki-laki yang tengah berdiri dihadapannya saat ini. Benda yang berfungsi untuk berbicara itu tak kunjung mengatup. Dia terus mengoceh, memarahi Nanda atas kejadian malam ini.

Kronologisnya sudah Nanda ceritakan secara detail agar tidak terjadi kesalahpahaman namun tetap saja laki-laki yang tak ingin memotong rambut panjangnya itu tetap memarahinya.

"Gue larang lo ikut acara bareng tu anak bukan tanpa alasan, liat kan jadinya gini. Lo hampir dilecehin. Coba kalo gue nggak datang cepat?!"

"Udah ngechat minta jemput tapi nggak dibales," ucap Nanda sembari sesenggukan.

"Ngejawab terus ya!?" tangan Yuta berkecak di kedua pinggangnya.

"Maaf,"

Yuta menghela napas kasar, dia mengumpati laki-laki tadi yang dengan beraninya membawa Nanda ke tempat yang tak pernah dikunjunginya.

"Yuta maaf," lirihnya untuk ke sekian kali.

Membalasnya hanya dengan dehaman singkat membuat gadis itu kembali menangis kencang.

"Maaf Yuta," tak mempedulikan kemungkinan yang akan terjadi, Nanda memeluk erat tubuh Yuta.

"Gue maafin, asal janji harus nurut apa kata gue! Kalo gue larang, nggak boleh bantah!"

"Iya."

"Iya apa?" pancing Yuta.

"Janji."

"Janji apa?"

"Harus nurut,"

"Terus?"

"Nggak boleh bantah,"

"Kalo ngebantah gue hukum." Sontak Nanda mendongakkan wajahnya menatap Yuta.

"Kok gitu?"

"Ya emang gitu konsekuensinya."

"Yaudah," Nanda pasrah membuat Yuta menahan gemasnya apalagi saat gadis itu mendusel di dada bidangnya.

"Kalo lo ngelakuan satu kesalahan harus gue hukum."

"Terserah."

"Hahaha," Yuta tertawa setelahnya mengecup singkat puncak kepala Nanda.

Manusia yang masih berada di dalam mobil seketika merasa menjadi seorang cicak hinggap di dinding menyaksikan dua insan yang sedang berpelukan. Sialan memang temannya itu, bermesraan disamping pintu kemudi membuatnya tak bisa keluar. Dan mau tak mau harus menonton siaran langsung itu.

"Minggir woy, jangan disitu! Gue susah mau keluar."

"Biarin aja," bisik Yuta pada Nanda, lantaran dia kesal acaranya diganggu.

"Woy cepetan, gue mau numpang pipis anjrot."

"Dimobil gue ada botol kalo nggak salah," katanya tak peduli.

"Sialan, lo nyuruh gue pipis dibotol?!"

"Bacot lu." Yuta menggenggam tangan Nanda lembut, membawanya memasuki rumah mereka.

"Yuta sialan." Teriak Teddy membuat Yuta mendengus kasar lalu membalikkan badannya menghadap temannya itu.

"Apalagi sih bangsat?!"

"Lo mau kemana? Anterin gue pulang dulu anjir, baru lo molor."

Yuta memang menyuruh Teddy membawa mobilnya karena tak mungkin dia membawa mobil dengan perasaan tak tenang apalagi sambil membawa Nanda.

"Males, telpon yang lain!" ujarnya singkat lalu kembali melangkahkan kakinya.

"Dasar kau keong racun, laki-laki tidak bisa bertanggungjawab."

Just UWhere stories live. Discover now