DUA PULUH DELAPAN

Start from the beginning
                                    

Samuel yang didampingi oleh Areksa itu berdiri di depan mereka semua. Kobaran api seolah membakar dada keduanya tentang permasalahan yang dialami mereka semua. Menumbuhkan tekad kuat dalam diri mereka untuk menghancurkan siapa pun yang sudah menjatuhkan harga diri Diamond.

"KALAU SAMPAI GUE TAU DI ANTARA KALIAN ADA YANG BERKHIANAT, JANGAN PERNAH BERHARAP BISA KELUAR DENGAN SELAMAT!" teriak Samuel dengan lantang.

"SIAP, KETUA!" balas mereka dengan kompak.

"Diamond jadi sasaran peneroran. Gue saranin ke kalian buat jaga-jaga mulai dari sekarang. Kalau bisa jangan pernah keluar sendirian atau kalian akan bernasib sama kayak Farzan," imbuh Areksa.

"Yang terpenting di sini adalah Ilona. Kalau dia kenapa-napa, kita semua tentu nggak terima. Kita bagi tugas, siapa aja yang bakalan jagain Ilona ke mana pun dia pergi," ujar Samuel memberikan pengarahan.

"Gue sama Reksa bakalan diskusiin ini nanti. Setelah itu, kita berdua kabarin ke kalian. Ingat pesan gue, jaga diri baik-baik mulai dari sekarang!"

"Vin, berlebihan nggak sih? Gue bisa jaga diri sendiri kok," ujar Ilona kepada Marvin dengan suara sedikit berbisik.

"Gue juga males, Na, kalau harus ngikutin lo tiap pergi. Ntar cewek-cewek gue gimana? Mereka bisa ngambek, pala gue bisa pening," balas Marvin dengan wajah sedikit kesal.

Ilona menghela napas berat. Ia sedikit merasa menjadi beban kalau keadaannya seperti sekarang. Ilona tidak ingin mereka semua kerepotan karena dirinya.

"Kalau gue mati, lo semua pasti aman."

Marvin langsung melotot. "Jangan ngomong kayak gitu, Na. Pawang lo ngamuk nggak tanggung jawab gue."

"Ah nggak asik kalau gini. Masa ke mana-mana harus dijagain?" gerutu Ilona dengan sebal.

"Demi keselamatan lo. Kalau lo kenapa-napa, bukan cuma Reksa yang bakalan marah. Tapi kita semua, Na. Ya ... meskipun lo nyebelin," balas Marvin.

"Lo semua nggak mau kehilangan gue, ya?"

Marvin memutar bola matanya malas. "Pikir aja sendiri."

Ilona tertawa geli. Tapi itu semua tak berlangsung lama saat ia melihat Areksa yang tengah menatapnya tajam. Ilona langsung mengunci mulutnya rapat-rapat. Tidak ingin kena semprotan amarah dari pacarnya itu.

"IKUTIN SEMUA PERINTAH ATAU DIAMOND BUBAR KARENA KECEROBOHAN KALIAN!" peringat Samuel sekaligus menjadi penutup pertemuan mereka.

****

Atlanta menulis rumus-rumus untuk menjadi seorang buaya darat atas perintah Ilona. Bocah laki-laki itu melakukannya dengan senang hati. Tentunya ada Ilona di depannya yang dengan setia membimbing dirinya. Gadis itu bersikap layaknya seorang guru yang sedang mengajari muridnya. Bedanya, kalau guru meluruskan, sedangkan Ilona menyesatkan.

"Ta, kamu harus mulai eksperimen besok, ya," ujar Ilona setelah berpikir panjang.

"Eksperimen apa?" tanya Atlanta.

Ilona memasukkan sepotong kue kering ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya dengan cepat. "Satu cewek di kelasmu harus kamu jadiin percobaan. Tembak dia jadi pacar kamu, Ta."

Atlanta mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Ata punya daftar cewek cantik, Kak."

Ilona menjentikkan jarinya. "Bagus tuh. Kamu pilih yang paling cantik, ya. Nanti kalau kamu udah bosen, kamu harus putusin dia lalu pacari yang lainnya."

Atlanta tersenyum miring. Ia mengacungkan kedua jempolnya ke arah Ilona. "Siap, laksanakan!"

"Abangmu mana sih, Ta? Lama banget ke dapurnya. Gue kan haus," gerutu Ilona yang merasa tenggorokannya kering.

AREKSAWhere stories live. Discover now