13. Jalang dari yang terjalang.

Start from the beginning
                                    

Ketika mereka sudah dekat dengan mobil, senjata api tersebut baru mereka turunkan. Dengan cepat gerombolan orang itu pergi meninggalkan tempat itu.

Tentu saja itu anggota Dangerous Dragon. Jangan kira Anna bodoh, dia membawa 15 orang dari Dangerous Dragon malam itu untuk berjaga-jaga.

Sebelum Anna berangkat, ia sempat memberikan arahan kepada mereka. Kode akan Anna berikan ketika ada serangan dari dalam. Itulah mengapa Anna berteriak tadi.

Beberapa orang itu, Anna suruh untuk mengelilingi rumahnya. Sudah pasti kamar papa Anna berada di lantai satu, jadi tak terlalu repot untuk mengepung.

Anna membuka jendela mobil yang ia kendarai. Ia menikmati angin malam yang terasa sangat sejuk itu.

Butuh waktu setengah jam untuk sampai di markas. Jadi mungkin dia akan menghabiskan waktu satu jam lebih malam ini.

Terdengar ponselnya berdering. Anna mengambilnya dari balik jaket kulit yang ia kenakan. Ah, itu milik Gabriel.

Tertera nama Gabriel di layar ponselnya.

"LO DIMANA?!" Teriak Gabriel dari seberang telepon. Anna terkekeh.

"Keluar sebentar. Aku udah perjalanan ke markas," Jawab Anna.

"UDAH DI BILANG JANGAN KELUAR!!!"

"Mendesak iel."

"15 menit sampai markas!!!"

Sambungan telepon terputus. Anna tertawa kecil mendengar Gabriel berteriak seperti itu. Ia segera menambah kecepatan mobil tersebut agar sampai markas dalam waktu 15 menit.

•••oOo•••

Anna memasuki ruang tengah. Di sana sudah ada Gabriel, Ray, dan Fero yang menunggu. Ketiganya kompak berdiri ketika mendapati Anna sampai. Gabriel berjalan mendekati Anna dan memegang bahu gadis itu.

"Ada yang luka nggak? Lo balik ke rumah, kan? Lo di apain? Hah?" Gabriel membolak-balikkan badan Anna.

Anna hanya tertawa kecil, pasrah.

"Di tampar doang," Jawab Anna.

"Uh? Mananya? Ini merah. Di sini, ya? Terus di apain lagi?" Tak hentinya Gabriel bertanya saat itu.

"Dia nggak papa iel," Kata Fero, yakin.

"Aku nggak papa," Tambah Anna, sambil tersenyum.

"Kan gue udah bilang jangan keluar rumah!" Teriak Gabriel.

"Aku lagi main-main doang," Jawab Anna.

"Main apanya? Vanya tadi ngirim pesan katanya malam ini lo bakal mati. Makanya gue langsung cepet pulang!" Teriak Gabriel, lagi.

"Aku sama orang-orang itu," Jawab Anna.

"Siapa?" Tanya Ray.

"Om-om yang di lantai 2, aku ajak mereka main ke rumahku," Jawab Anna santai.

Gabriel menghela nafas lega.

"Lo beneran nggak papa, kan?" Tanya Gabriel lagi, memastikan. Anna mengangguk sambil tersenyum.

Tangan Anna menepis tangan Gabriel yang sedang memegang bahunya itu, lalu berjalan untuk duduk di sofa.

"Kayaknya habis ini mamaku bertindak lebih jauh," Ucap Anna.

"Harusnya lo bilang dulu sama gue, kalau lo ke sana." Suara Gabriel yang ikut berjalan untuk duduk di sofa.

"Emang di bolehin?" Tanya Anna.

"Nggak sih, kayaknya," Sahut Ray.

Kini mereka berempat duduk di ruang tengah.

"Lo apain mama lo?" Tanya Ray.

"Mmmmm, aku kasih sedikit kata-kata mutiara," Jawab Anna, terkekeh.

"Wahhh, kayaknya lo seneng banget malem ini." Suara Fero.

"Ya jelas, aku sedikit puas," Balas Anna.

"Kayaknya seru tuh," Balas Ray.
"Bagus deh, lo nggak papa. Tapi jangan di ulangin lagi."

"Gue ke atas dulu," Kata Gabriel.

"Iel marah?" Tanya Anna.

"Nggak," Jawab Gabriel.

"Eihh. Boong pasti," Sahut Ray, menggoda. Fero segera menyenggol lengan Ray, menyuruhnya untuk diam.

"Aku ke atas dulu ya," Kata Anna lalu berlari kecil mengikuti Gabriel.

"Ahh, jangan marah." Anna melingkarkan tangannya di lengan Gabriel, mencoba untuk merayu lelaki itu agar tak marah lagi.

"Apa sih?"

"Ya ya ya?" Rayu Anna.

"Lepas," Suruh Gabriel.

"Mmmm, nggak mau." Anna menggelengkan kepalanya. Gabriel menghela nafas lalu masuk ke dalam lift bersama gadis itu.

"Iel marah?"

"NGGAK!" Anna tertawa kecil.

"Beneran?" Gabriel berdecak kesal.

Ketika pintu lift terbuka, mereka segera keluar berjalan menuju kamar Gabriel.

"Lepas, gue mau masuk ke kamar."

"Aku juga mau masuk ke kamar."

"Kamar lo di sana."

"Masuk ke kamar iel maksudnya." Gabriel berdecak, lagi. Lalu membuka pintu kamarnya, membiarkan gadis tersebut masuk ke dalam kamarnya.

"Lepas, Anna." Suruh Gabriel lagi.

"Maafin Anna dulu, baru dilepas."

"Iya dimaafin."

"Liat mata Anna!" Gabriel menoleh kearah Anna.

"Iya," Jawab Gabriel.

"Gitu dong!" Anna pun melepaskan tangannya.

Tepat setelah itu, Gabriel dengan cepat menarik tangan Anna. Menyuruhnya duduk di ranjang.

"Tapi ada hukumannya," Ucap Gabriel di depan wajah Anna. Badan lelaki itu membungkuk menyamakan posisinya dengan Anna.

Anna mengedipkan matanya beberapa kali. Entah mengapa badannya terasa panas.

"Apa?" Tanya Anna.

"Tidur sama gue malam ini," Jawab Gabriel.

DEG!

Jantung Anna serasa jatuh begitu saja. Darah di badannya serasa mengalir dengan cepat. Mulutnya sedikit menganga dan tangannya menggenggam erat selimut yang ia duduki.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now