Chapter 21

4K 217 0
                                    

Happy reading...

Korn sedang menghubungi seseorang, namun dilihat dari raut wajahnya sepertinya panggilan itu tak kunjung dijawab.

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi tuan.."

Korn menoleh ke arah pintu, disana ada Sorn yang sedang berdiri sambil memegang sebuah berkas. Korn segera menutup panggilan itu, lalu ia berjalan menghampiri Sorn.

"Ada apa Sorn?"

"Ah, ini tuan. Saya mendapatkan titipan dari seseorang."

"Terimakasih."

Sorn disuruh kembali bekerja oleh Korn. Namun, sebelum keluar dari ruangan itu, Sorn sempat menoleh ke arah Korn sambil tersenyum, kemudian ia benar-benar pergi darisana.

Korn yang tidak menyadari kelakuan sekretarisnya itu hanya fokus pada sesuatu di tangannya. Ia membukanya, lalu betapa terkejutnya Korn saat mengetahui berkas ini adalah berkas yang sangat penting baginya.

Sebelum menyimpan berkas tersebut, Korn kedatangan seseorang. Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, orang tersebut duduk sambil menatap lurus pada Korn tanpa henti.
"Tumben kau kesini," ucap Korn sambil memperlihatkan sedikit smirk nya.

"Hanya ingin. Habisnya aku bosan jika hanya bekerja dibawah sana. Mungkin akan lebih asik jika aku bermain sebentar ke ruangan Direktur utama." Tak ingin kalah, lelaki berusia 3 tahun lebih muda dari Korn ini menunjukkan smirk nya juga.

"Haha, kau ini sangat konyol, Phat." Phat merasa pegal, ia berdiri lalu meregangkan tubuhnya dihadapan Korn.

Korn sendiri kebingungan dengan sikap rekan kerjanya ini.

"Ah, maaf jika sikapku kurang sopan. Berhubung kita hanya berdua, apakah lebih bagus jika kita berdua saling akrab seperti sahabat?"

"Ah! Tentu! Aku lupa jika kita memang seorang teman, ah maksudku sahabat." Phat pun mengangguk puas.

"Jika boleh aku tahu. Apa alasanmu kemari selain bosan di kantormu?" tanya Korn mulai serius.

Phat tidak menjawab pertanyaan Korn. Ia hanya melirik kesana-kemari untuk melihat seisi ruangan bos besarnya ini.

"Disini sangat nyaman. Beberapa perlengkapannya juga terlihat mahal dan sangat elegan. Apa aku juga bisa memilikinya dibawah sana?"

Korn terdiam sesaat, namun detik berikutnya ia tertawa. "Tentu saja, kenapa tidak?"

"Apakah bos besar bisa membiayainya? Haha."

Tok.. Tok.. Tok..

Lagi-lagi Sorn masuk. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan seseorang didepan Korn.

"Maaf mengganggu, tuan. Saya ingin memberikan hasil kerja dari Divisi pemasaran." Sorn memberikan berkas lagi, namun kali ini agak tebal. Setelah memberikan itu, Sorn sedikit melirik ke arah Phat sambil tersenyum kikuk.

"Bukankah ini dari tempatmu?" Phat mengangguk.

"Tapi kenapa tidak sekalian kau bawa kesini? Ini dari siapa?" tanya Korn ke Phat, lalu ke Sorn.

"Dari tuan Apo, tuan.."

"Ya, tadi Apo yang mengerjakan itu semua, dan kebetulan aku belum bertemu dengannya hari ini. Aku langsung kesini," jawab Phat santai.

Korn menghela napasnya pelan. "Baiklah, aku terima ini. Dan terimakasih Sorn, kamu bisa kembali."

"Baik tuan, saya permisi.."

Korn dan Phat kembali berbincang, namun ada salah satu hal yang membuat keduanya saling waspada.

...

"Phi Apo, habis dari mana?" tanya Thara sehabis mencetak beberapa lembar hasil kerjanya.

"Dari lantai 8. Phi baru saja menyerahkan pekerjaan kita bulan ini."

Thara mengangguk, lalu ia pergi ke mejanya. Apo pun kembali ke ruangannya.

"Habis darimana? Kenapa sangat lama?"

Apo terkejut setengah mati. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan perempuan didepannya itu. Bagaimana bisa seorang kekasih dari bosnya sendiri sering mengunjungi ruangannya seperti itu tanpa izin.

"Mohon maaf, tapi sedang apa anda disini?"

"Hanya ingin berkunjung. Tidak boleh?" jawab Poppy.

"Bukan begitu, hanya saja-"

"Takut ketahuan Phat? Tenang saja." Apo sedikit mengerutkan keningnya. Ia benar-benar tidak habis fikir dengan Poppy.

"Saya mohon anda kembali ke ruangan tuan Phat sekarang juga. Sangat tidak pantas jika seorang perempuan yang sudah memiliki kekasih berdiam diri di ruangan bawahannya." Apo sedikit tegas kali ini, ia tidak tahan lagi.

"Jadi kau mengusirku?!"

"Tidak bukan begitu maksud-"

Cklek.

"Poppy?" Phat masuk kedalam ruangan Apo. Ia terkejut melihat pemandangan didepannya.

"Sedang apa kamu disini?" tanya Phat pada pacarnya itu.

"A-aku.. tadi dia bilang padaku bahwa phi ada disini, jadi aku masuk kesini. Tapi kenyataannya phi tidak ada." Apo tentu saja tercengang, karena ia tidak berkata seperti itu padanya.

"Apa benar itu Apo?"

"Tidak. Aku tidak berkata seperti itu. Tadi sebelum aku kesini nona Poppy sudah ada didalam."

"Apa kau bercanda?! Dia bohong phi! Dia hanya ingin menjatuhkanku dihadapanmu, aku tahu itu."

Phat benar-benar pusing, ia juga bingung harus percaya pada siapa.

"Poppy, ikut aku!"

Phat pun pergi keluar, diikuti oleh Poppy yang sebelumnya sempat melirik tajam pada Apo.

Hari ini sangat buruk bagi Apo, sejak pagi dirinya dihadapkan dengan berbagai masalah. Dimulai dari adiknya yang setiap hari, bahkan hari ini menelepon Apo pagi sekali hanya untuk melaporkan kelakuan Pow dan Mike, lalu Mile yang sudah beberapa hari ini meminta seorang anak karena terpengaruh oleh ucapan Mike waktu itu, padahal Apo ingin Mile lupa sebentar sampai waktunya tiba, dan sekarang pacar dari bosnya sendiri berbuat ulah, dengan berakhir menuduh Apo padahal ia tidak bersalah sama sekali.

"Huft.. Hari yang sangat melelahkan."
...

"Maaf sayang tadi aku tidak menjawab panggilan darimu. Ada apa ya?"

"Habis darimana saja?" tanya Korn sedikit ketus.

"A-aku habis arisan bersama teman-teman. Maafkan aku naa.."

Korn menghela napasnya berat. "Baikah aku maafkan, tapi jangan sampai terulang lagi."

"Baik sayang.."

"Tadi aku meneleponmu untuk menyuruhmu kesini. Apa kau bisa?"

"Tentu saja bisa. Mungkin nanti siang aku kesana. Apa ada barang yang tertinggal dirumah?"

"Laptopku tertinggal di meja kerja. Tolong ambilkan kesini ya, Mona."

"Nanti aku kesana, suamiku!"

To be continued.

DADDY [MileApo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang