Chapter 7

6K 418 7
                                    

Happy reading...

Sepulang kerja, sesuai janjinya pada Thara pagi tadi, Apo membawa kucing itu ke rumahnya. Ia akan mengejutkan suaminya dengan membawakan seekor anak, bukan seorang anak.

Saat sampai di rumah, rupanya Mile belum juga pulang. Apo sangat memaklumi itu karena ia tahu betul jadwal Mile yang sebenarnya. Hanya saja saat awal mereka menikah, Mile memanipulasi jadwal dan pekerjaannya demi pulang cepat. Karena ekspektasinya tidak sesuai dengan kenyataan, Mile harus kembali ke jadwalnya yang semula. Memanglah rumit.

Tadi saat di perjalanan pulang, Apo sempat mampir ke Pet Shop untuk membeli makanan serta keperluan lain untuk kucingnya itu. Apo belum sempat memikirkan nama yang cocok untuk anak angkatnya. Mungkin nanti jika sudah ada Mile, mereka akan memutuskannya berdua.

Tok.. Tok.. Tok..

"Baby! Cepat buka!" rupanya Mile sudah menggedor pintu.

"Phi ini kenapa? biasanya juga masuk sendiri tanpa harus mengetuk pintu dulu," gumam Apo sambil melangkahkan kaki menuju pintu depan.

Cklek!

Saat dibuka, Apo hanya terdiam memandang suaminya yang tersenyum lebar membuat kedua matanya itu membentuk garis lengkung yang sangat menawan bila dipandang.

"Kenapa dad?"

"Kamu sedang apa?" Mile malah bertanya balik pada Apo. Akhirnya mereka berdua masuk kedalam.

Sebelum Mile pergi mandi, Apo menutup kedua mata Mile dengan telapak tangannya.

"Aku punya kejutan untukmu!"

Mereka melangkahkan kaki ke suatu ruangan. Mile tidak bisa melihatnya, ia sangat penasaran kejutan apa yang akan diberikan Apo padanya.

"Apa aku sudah mempunyai seorang anak?" tanya Mile tiba-tiba.

Apo bingung, namun itu tidak jauh berbeda dengan pertanyaan Mile.

"Hm, kamu lihat saja sendiri. Sekarang buka matamu!"

Saat Mile membuka mata, tampak seekor kucing berbulu tebal berwarna putih. Mata Mile sangat berbinar melihat pemandangan didepannya. Mereka berdua memang pecinta kucing, jadi tidak heran jika keduanya akan sesenang itu jika menemukan bahkan merawat seekor kucing.

"Kamu senang, kan?" Mile hanya tersenyum, ia segera menggendong kucing itu ke pangkuannya. Ia terus memeluk dan mencium meskipun kucing itu memberontak.

"Gemasnya.. Kamu sudah berikan dia nama?" Apo menggelengkan kepalanya.

"Aku bingung, lebih baik berdiskusi denganmu dulu. Agar menemukan nama yang baik dan tepat."

"Hmm, kira-kira apa yang cocok dengannya?"

Tiba-tiba Mile teringat sesuatu. "Bagaimana dengan Mia? Atau Lea?" tanya nya. Sedangkan Apo sendiri kebingungan nama macam apa itu.

"Alasanmu memakai nama itu?"

"Jelas dari nama kita berdua! Mia berasal dari 'Mi' suku kata pertama Mile dan 'A' dari inisial namamu Apo. Sedangkan Lea 'Le' dari suku kata kedua namaku dan 'A' tetap dari namamu Apo."

"Ah tidak tahu! Aku pusing."

"Jadi mana yang terlihat bagus?" tanya Mile memastikan.

"Mia saja sudah Mia! Itu terdengar seperti ngeongannya juga. Miaaaa~" Mile dan Apo tertawa puas, mereka hanya bermain dengan kucing itu semalaman. Sampai lupa waktu dan tertidur di kamar kucing tersebut.
....

Keesokan harinya, Mile sudah pergi ke kantor pagi sekali karena Tisa menghubunginya. Sedangkan Apo masih bergelung dengan selimut yang Mile berikan di kamar anak barunya itu.

"Hallo, Mia! Selamat pagi!" ucap Apo yang sudah bangun. Ia segera membereskan kekacauan disana, lalu menyiapkan sarapan untuk Mia.

Setelah itu Apo tidak segera mandi dan begegas pergi ke kantor, melainkan ia pergi ke kamarnya untuk membuka laptop. Hari ini ia harus menyelesaikan pekerjaan yang diberikan bosnya lewat email sebelum dirinya pergi ke kantor.

'Urus kelengkapan surat tanah ini dan rekap data penjualan tanah bulan kemarin.'

Akhirnya Apo menyelesaikan tugasnya dengan cepat, ia tidak akan terburu-buru pergi ke kantor karena tidak ada suruhan lagi dari bosnya itu.
...

Di kantor Mile

Mile kedatangan tamu hari ini, kebetulan CEO dari perusahaan J berkunjung ke kantornya.

"Selamat siang!" mereka berjabat tangan. Lalu Mile mempersilahkan duduk, dan Tisa pergi mengambilkan mereka minum.

"Terimakasih sudah meluangkan waktu anda, tuan Mile."

"Tidak apa-apa, tuan Korn. Kebetulan hari ini saya tidak memiliki jadwal yang padat."

Tisa sudah kembali, ia menyiapkan minuman pada meja tepat di depan mereka berdua. "Silahkan minumannya. Dan ini sedikit camilan."

"Terimakasih, Tisa!" ucap tuan Korn. Lalu ia bertanya pada Mile mengenai performa kerja Tisa selama menjabat menjadi sekretaris Mile.

Korn masihlah kakak Tisa, dalam kesempatan lain ia ingin mengetahui banyak hal mengenai adiknya itu selama berada di luar rumah alias area bekerja.

"Tuan Korn tidak perlu khawatir. Tisa sangat handal dalam segala pekerjaannya, ia tidak pernah mengecewakan saya."

Terlihat Tisa tersenyum senang dan bangga disamping sana, mengetahui dirinya diberi sanjungan oleh atasannya.

"Baguslah! Pertahankan itu, Tisa!" ucap tuan Korn sedikit tegas.

"Baik, kak! Ah.. Maksud saya tuan Korn."

Setelah urusannya selesai, Tisa kembali ke meja kerjanya dan membiarkan kedua sahabat lama itu terjaga privasinya.

"Langsung saja ke inti, saya ingin menjual 50% lahan yang saya miliki." Mile sedikit mengernyitkan dahinya.

"Kenapa tiba-tiba saja anda menjualnya?"

"Belakangan ini, lahanku hilang satu-persatu." Mile terkejut. Bagaimana bisa lahan yang begitu besar dan luas hilang begitu saja?

"Karena saya sudah lama tidak mengelola semua lahan yang saya miliki, ketika satu persatu akan saya gunakan dan sebagian akan saya jual itu sudah hilang, maksudnya lahan-lahan itu sudah bukan jadi milikku lagi. Padahal saya tidak ingat dulu pernah menjualnya pada orang lain."

"Kenapa tidak tanyakan pada keluargamu?" tanya Mile sedikit memberi saran.

"Sudah. Saya sudah bertanya pada mereka namun tidak ada satupun yang mengaku. Termasuk Tisa pun tidak mengetahui hal ini."

Mile sedikit berfikir, pasti ada seseorang yang telah memeras tuan Korn tanpa sepengetahuan orangnya.

"Maaf, saya tidak maksud bercerita seperti ini. Niat awal saya memang menawarkan 50% dari lahan-lahan itu, agar saya tahu jelas siapa yang membeli lahannya dan agar lahan tersebut bisa lebih berguna daripada terbengkalai."

"Baiklah, akan saya fikirkan. Karena saya juga harus berdiskusi dengan istri terlebih dahulu." Tuan Korn hanya tersenyum, kemudian dirinya mengangguk. Setelah dirasa urusannya selesai, tuan Korn berpamitan untuk kembali ke kantornya.

"Terimakasih telah berkunjung! Lain kali saya akan mengunjungi anda lebih dulu." Mile dan Korn berjabat tangan kembali. Setelah itu Tisa mengantarkan tuan Korn sampai ke loby depan.

"Hati-hati ya, kak!"
...

To be continued.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, di vote dan boleh banget buat comment. Thank you ♡

DADDY [MileApo]Where stories live. Discover now