"Tanpa lo sadari, lo itu ngomongin diri sendiri," balas Ilona.

Keduanya pun sampai di dalam kelas. Belum ada satu pun orang karena hari masih lumayan pagi. Ilona langsung melemparkan tas nya ke arah meja. Gadis itu mendaratkan bokongnya ke atas kursi.

"Kamu mau nyontek PR aku, Na? Nih." Azura menyodorkan buku tugas matematikanya ke arah Ilona.

Dengan senang hati Ilona menerimanya. Gadis itu merogoh laci mejanya untuk mencari pulpen miliknya yang selalu ia letakkan di sana. Keningnya mengerut saat mendapati satu gulungan kertas di sana. Awalnya, Ilona ingin membuangnya karena pikirnya mungkin itu hanya sampah dari temannya.

Tapi, karena merasa penasaran, gadis itu pun memutuskan untuk membukanya.

Membalaskan dendam untuk mendapat suatu kepuasan semu. Queen, kamu siap?

"Siapa yang naruh ini?" bingung Ilona. Gadis itu memandang sekitar kelasnya dengan tatapan bertanya. Pandangannya berhenti pada tas ransel milik Seano.

"Siapa tau dia lihat. Boncabe kan selalu dateng paling awal," gumam Ilona penuh harap. Mungkin ia bisa bertanya kepada cowok itu nanti.

♥ ♥ ♥

Areksa meletakkan beberapa dokumen penting ke atas meja. Cowok itu merentangkan tangannya karena merasa pegal. Tatapan matanya mengarah kepada Naura yang masih berkutat di depan laptop.

"Lanjutin di rumah aja, Nau. Lo boleh balik ke kelas. Katanya hari ini mau ada ulangan, kan?" ujar Areksa pada gadis itu.

"Dikit lagi kelar kok. Lo duluan aja. Nanti sekalian mau gue serahin ke kepsek soalnya," balas Naura tanpa mengalihkan pandangannya.

Areksa mengangguk tanpa ingin memaksa. Cowok itu menepuk pelan pundak Naura. "Gue duluan, ya."

"Siap," balas Naura lalu tersenyum lebar.

Areksa melangkah pergi keluar dari ruangan OSIS. Cowok itu sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher. Jam istirahat sebentar lagi akan selesai. Areksa memutuskan untuk kembali ke kelas saja.

"BALIKIN, BEGO! GUE TONJOK SEKARANG BARU TAU RASA LO!"

Areksa mengikuti sumber keributan itu. Keningnya mengerut saat melihat Ilona yang tengah mencoba mengambil botol minum dari tangan seorang murid lelaki.

Dengan cepat ia melangkah ke sana. Kedatangannya itu langsung mendapat perhatian dari beberapa murid yang berada di kantin lantai dua.

"Balikin atau lo ribut sama gue pulang sekolah nanti," ujar Areksa kepada Geri—murid lelaki yang mengambil botol milik Azura.

Geri meringis pelan merasakan aura mengerikan dari Areksa. Ia memberikan botol minuman itu kepada Ilona dengan cepat.

"Gue boleh pukul dia nggak, Sa?" tanya Ilona setelah memberikan botol minuman itu kepada Azura yang hendak menangis.

Belum sempat Areksa menjawab, Ilona sudah terlebih dahulu melakukannya. Gadis itu memukul kuat tulang pipi milik Geri hingga membuat cowok itu tersungkur ke belakang karena belum siap menerima pukulan.

Kelakuan Ilona itu langsung mendapat teriakan kaget dari beberapa murid. Gadis itu benar-benar nekad dan tidak kenal takut.

Tidak terima dipukul oleh Ilona, Geri pun berniat membalas. Sebelum cowok itu melayangkan pukulannya ke arah Ilona, Areksa sudah terlebih dahulu mencekalnya. Cowok itu memelintir tangan Geri tanpa rasa kasihan.

"Lo mau mati?" tanya Areksa. Tenang namun menghanyutkan. "Berani sentuh dia, itu artinya lo nyari mati."

Areksa menghempaskan tangan Geri. "Ini peringatan pertama. Sekali lagi gue liat lo gangguin cewek gue, jangan harap lo bisa hidup tenang kayak biasanya, Geri Sanjaya."

AREKSAWhere stories live. Discover now