5. Selamat datang, Anna.

Start from the beginning
                                    

"Udah gue pake," Lanjut Ray ketika sudah memakai kemejanya.

Anna pun berbalik badan. Tapi matanya masih terpejam.

"Udah," Ulang Ray.

Anna membuka sebelah matanya perlahan. Samar-samar ia lihat tiga orang yang terduduk di sofa. Ia pun membuka matanya setelah memastikan orang tadi sudah memakai baju.

Sepersekian detik, mereka berempat diam. Tak bersuara.

Sekarang suasana menjadi lebih canggung. Anna yang dari tadi ditatap hanya bisa menundukkan kepalanya, kikuk.

"Dia target kita, kan?" Akhirnya Fero bersuara.

"Ah, bener. Dia cewe itu," Sahut Ray yang baru sadar.
"Lo gagal lagi?" Tanyanya.

"Kita beli dia," Jawab Gabriel santai.

Anna yang mendengarnya langsung mendongakkan kepala dan melotot. Dia harap telinganya salah dengar. Begitu juga dengan Ray dan Fero, mereka tak kalah kagetnya.

"Lo." Gabriel menggantungkan kalimatnya.

"Milik gue," Lanjutnya.

Ray langsung tertawa kecil.

"Jangan bercanda lo, boy!" Semburnya.

"Lo ngga serius, kan?" Susul Fero.

Gabriel beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju sudut dinding dan menekan sebuah tombol.

Tak butuh waktu lama, satu anak buahnya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Siapin satu kamar buat dia," Ucap Gabriel.

Ray tertawa lagi, tak percaya. Ini kali pertama baginya menerima wanita di markasnya selama 7 tahun bergabung bersama Dangerous Dragon.

"SIAP BOS!" Jawab lelaki di dekat Anna sambil membungkuk, lalu meninggalkan ruangan ini lagi.

"Lo gila ya?" Tanya Ray sambil membuka ketiga kancing kemejanya. Tiba tiba dia merasa sangat gerah.

"Iel, dia target kita," Sahut Fero.

"Gue tau,"
"Kita juga udah terima uangnya," Jawab Gabriel.

"Ya terus kenapa lo ka-"

"GUE NGGA BISA BIARIN DIA-" Gabriel memotong kalimat Ray.

"DIA BUKAN ADIK LO!!!!" Tak mau kalah, Ray juga ikut memotong kalimat bosnya.

"GUE TAU!"

"YA TERUS KENAPA LO BAWA KE SINI?!!"

"GUE MAU DIA!"

Fero hanya bisa diam melihat keduanya berdebat. Apalagi Anna, dia semakin takut berada di tempat ini.

"Ngga perlu sok baik. Kita udah terlanjur masuk ke dunia kotor," Balas Ray.

Tak sudi menjawabnya, Gabriel malah berjalan mendekati Anna dan menarik tangan gadis itu menunju ke ruangan lain.

"COME ON, MANNN!" Teriak Ray sambil beranjak dari duduknya.

"Udah, Ray." Fero menahan tangan Ray.

"Ya nggak gitulah boy caranya. Dia orang asing," Ucap Ray.

"Lo bisa apa?" Tanya Fero yang membuat Ray terdiam. Benar juga, dirinya ini bisa apa kalau bosnya sendiri yang mengambil keputusan?

Ray hanya bisa menghela nafas kasar dan meneguk kembali wiski miliknya.

•••oOo•••

Hari terasa sangat cepat bagi Gabriel. Kini langit sudah mulai menggelap dan dirinya masih saja terdiam di balkon kamarnya yang berada di lantai empat.

Ia masih merasa bimbang dengan keputusan yang ia ambil.

Apakah keputusannya benar atau salah?

"Ahh" Gabriel menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya.

Memang Gabriel akui, dirinya tak tega melihat seorang gadis sekolah di rundung seperti itu. Walaupun setiap hari Gabriel berhadapan dengan mayat yang berlumuran darah, dirinya juga berhak merasa tak tega.

Bayangan adiknya selalu saja muncul. Itu sangatlah mengganggu. Perlakuan yang Anna dapatkan sama persis dengan apa yang adiknya dapatkan juga di masa lalu.

Bahkan, adiknya pun hanya diam ketika di rundung. Sama seperti Anna. Menyebalkan bukan?

Lelaki tampan itu menoleh ketika mendengar pintu kamarnya di ketuk. Sudah pasti itu Anna.

Selama ia berada di sini, belum ada yang berani mengganggu waktu istirahatnya dengan mengetuk pintu.

Gabriel membuka pintu. Ia mendapati Anna yang sudah memakai kemeja oversize berwarna putih miliknya.

"Kenapa?" Tanya Gabriel.

"A-aku mau pulang," Ucap Anna pelan.

"Masuk kamar, jangan bicara aneh-aneh." Gabriel hendak menutup pintunya namun ditahan oleh Anna.

"Aku takut."
"Di kamar itu," Ucap Anna dengan polosnya. Gabriel menghela nafas.

"Masuk," Suruhnya.

"Uh?" Anna takut salah dengar.

"Katanya takut di kamar sebelah, yaudah tidur di kamar gue," Jawab Gabriel.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now