9. A REASON

9.9K 1.3K 776
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Seulas senyum tipis tersungging di bibir Namjoon. Kendati kepala pria itu menunduk, namun ia merasa puas. Sangat puas karena pada akhirnya apa yang menjadi tujuannya satu persatu telah tercapai. Bukan tanpa alasan mengapa ia mengumpulkan orang-orang yang bahkan awalnya tak saling mengenal itu menjadi satu hingga akhirnya orang-orang itu kini menjadi pion-pion andalan baginya. Menjadi kelompok yang tangguh dan bahkan sangat sulit untuk di taklukan.

Namjoon mengangkat kepalanya, senyuman tipis yang terukir di wajahnya perlahan berubah menjadi sebuah gelak tawa yang menguar dari belah bibirnya.

Tawa Namjoon mereda, pria itu berdiri dan melangkahkan kaki menuju meja kebesarannya. Di dalam ruangan pribadinya itu ia memang sendiri, hanya suara televisi yang terus berbunyi tanpa henti seolah menjadi teman satu-satunya bagi pria itu.

"Kematian tuan Maks Rostislav juga sangat mengejutkan bagi kami. Kami akan terus berupaya mencari dan mendapatkan pelaku penembakan."

"Lantas, bagaimana dengan hubungan Korea Selatan dan Rusia? Apakah Rusia akan memutuskan hubungan antar negara dengan sepihak?"

"Tidak, hubungan negara kita dengan pemerintahan Rusia masih terjalin dengan sangat baik, dan akan tetap seperti itu."

"Apa pelaku penembakan adalah orang yang sama dengan pelaku penembakan perdana Menteri Kim Jihoon? Malaikat maut tanpa wujud?"

"Tentang itu kami masih berupaya mencarinya, yang jelas..."

PIP!

Namjoon mematikan Televisi yang menurutnya tak lagi menarik itu. Setiap ia usai menjalankan misi dan menerima upah setimpal, isi berita di televisi selalu sama. Berkata jika "mereka" akan menemukannya dan sejenisnya. Namun pada kenyataannya?

"Hahahaha..." Namjoon tergelak, ia merasa puas. Puas dengan apa yang kini telah berada di genggamannya.

Jika saja ia tak "di khianati", jika saja ia lebih di hargai, Namjoon tak akan pernah menempuh jalan yang salah. Berupaya membuktikan diri dan membuat negara tercintanya itu mau tak mau harus mengandalkannya meskipun melalui jalan penuh darah.

Lantas, bagaimana jika akhirnya ia tertangkap? Bagaimana jika akhirnya payung hukum runtuh kepadanya?

Tak apa, ia hanya perlu membongkar segalanya.

•••

"Bagaimana jika malam ini kita pergi?" Suara Vee menguar, mengalihkan atensi kawan-kawannya yang memang tengah berkumpul bersama itu.

Waktu telah berlalu, hampir dua minggu lamanya mereka terus berdiam di dalam markas. Bukan hal aneh memang, karena jika mereka usai melakukan misi yang 'membahayakan', maka mereka akan berdiam diri sampai keadaan menjadi tenang.

THE PARTNERS (SERIES) || LIZKOOKWhere stories live. Discover now