DELAPAN BELAS

Mulai dari awal
                                    

Kayla membulatkan matanya. "Lo tetangganya Raja Ayam?!" pekiknya. Dengan cepat ia menerima uluran tangan dari Ilona.

"Gue Kayla Cantika Imutika Kalemika. Lo bisa panggil gue Cantik, Imut, Kalem juga boleh," balas Kayla dengan senyum merekah di bibirnya.

"I-itu ... beneran nama lo?" tanya Ilona setengah tidak percaya.

"Bener dong!" Kayla mengacungkam jempolnya. "Tanya aja sama pacar gue tercinta!" Gadis itu menepuk pundak Nouval.

"Jijik," balas Nouval dengan raut wajah malas.

Ilona mengangguk walaupun masih tidak percaya. Ia beralih menatap Nouval seraya mengulurkan tangan. "Nama lo siapa?"

Saat Nouval hendak menjabat tangam Ilona, Areksa datang tiba-tiba dan menepis kasar tangan cowok itu. "Lo nggak boleh nyentuh dia sembarangan," ujarnya posesif.

"Eksa apaan sih!" kesal Ilona.

Areksa menatap lempeng ke arah gadis itu. "Kalau gue bilang nggak boleh ya nggak boleh."

"Pacar lo posesif, ya," bisik Kayla tapi masih mampu didengar oleh yang lainnya.

"Dia bukan pacar gue," balas Ilona berbisik juga.

"Terus dia siapa? Orang gila?"

"Enak aja! Semua orang lo katain gila, ya! Nggak waras lo!" murka Ilona dengan pelototan di matanya.

Nouval tertawa kecil. Ia menarik Kayla agar mendekat ke arahnya kemudian merangkul pundak gadis itu. "Dia yang gila. Udah, ya. Kita pamit dulu, nggak enak kalau KDRT di sini," pamit Nouval.

"Dadah, Ilona!" teriak Kayla yang mulai menjauh dari hadapan Ilona dan Areksa.

"Dadah, Kalem!" balas Ilona seraya melambaikan tanganya. Gadis itu menatap kepergian Nouval dan Kayla dengan senyuman. Kapan dirinya bisa merasakan hubungan status pacaran seperti mereka?

"Mau pacaran? Ya udah ayo," ajak Areksa seolah tahu dengan isi pikiran Ilona.

"Nggak elite banget. Kapan-kapan aja deh, Sa!" balas Ilona.

Sinting memang.

Dasar PAINAN!

♥ ♥ ♥

Canva menatap heran ke arah Ilona yang menidurkan kepalanya di atas meja kantin. Bahkam sejak tadi gadis itu hanya diam sembari sesekali meringis seperti sedang kesakitan. "Kenapa tuh, Sa?" tanyanya pada Areksa yang sejak tadi mengelus punggung Ilona.

"Lagi dapet," balas Areksa.

Canva mengangguk paham. Ilona memang sering badmood jika kedapatan tamu undangan bulanan.

"Na? Minum ini dulu biar agak mendingan," tawar Areksa seraya satu botol kiranti dari dalam kantong plastik yang dibelinya pagi tadi.

"Nggak mau," balas Ilona dengan wajah cemberut.

"Minum aja kali, Na. Areksa udah bela-belain beli itu buat lo," timpal Farzan.

"Minum teh dulu." Samuel datang dengan segelas teh hangat yang baru saja dibelinya dari ibu-ibu kantin. Cowok itu meletakkan gelas berisi teh itu di hadapan Ilona.

Duh enaknya ... jadi Mbak Ilona ....

Ilona menegakkan tubuhnya. Ia menyesap sedikit teh yang Samuel berikan. Tangannya beralih mengambil botol kiranti yang sudah Areksa buka tutupnya kemudian meneguknya hingga setengah.

"Makasih, El. Makasih, Sa," ujar Ilona tersenyum tipis.

Samuel mengangguk sebagai jawaban.

"Jam istirahat bentar lagi kelar. Mau ke kelas sekarang? Gue anter," ujar Areksa menawarkan.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang