"Satupun tinjuan lo nggak kena sama gue. Ada masalah apa lo?"
Royvan tidak membalas. Ia memperbaiki pertahanannya dengan berdiri dan memasang sikap siaga. Abay tersenyum tipis.
"Dengan kondisi yang seperti ini, lo nggak bakalan mungkin mengalahkan gue." ucap Abay terdengar mantap. Akhirnya Royvan angkat bicara.
"Oh ya?" disertai seringaian yang cukup mengerikan. Dalam satu gerakan, Abay langsung menyerang Royvan. Kini arah mata angin berbalik, Abay melayangkan tinjuannya tanpa sungkan.
Adu jotos antara mereka berdua membuat Satya berlaku layaknya suporter. Niatnya menjaga image berlagak cool seperti Abay saat berhadapan dengan masalah, tiba-tiba kandas karena ia melihat Abay dan Royvan mulai serius baku hantam.
"WOHO!! PUKUL TERUS, PUKUL!"
"PUKUL ABAY SAMPAI BONYOK VAN!"
"PUKUL ROYVAN SAMPAI WAJAHNYA JELEK BAY SUPAYA GUE NGGAK ADA SAINGAN!"
"WOHO AYO SALING PUKUL SUPAYA GUE DOANG YANG PALING GANTENG!"
Satya juga mengiringi teriakannya dengan tepukan tangan penyemangat. Walaupun ia tahu Abay dan Royvan tak mengindahkan perilakunya, ia tetap senang berlaku demikian.
Berada satu ruangan dengan makhluk yang cuek itu membosankan.
Bugh.
Pukulan terakhir dilayangkan Abay menghempas jauh Royvan. Satya menutup rapat mulutnya saat melihat ketidaksungkanan Abay menghajar orang lain. Termasuk temannya sendiri.
"Sial." umpat Royvan melepas sarung tinjunya dengan kasar. Ia menekuk sikunya dan meresapi semua luka yang dirasakan oleh tubuhnya.
"Kan udah gue bilang, lo nggak bakalan bisa mengalahkan gue hari ini." ujar Abay santai meletakkan sarung tinju ke tempat semula. Satya berdiri dan mengambil soda yang berada di lemari pendingin.
Lalu ia menyodorkan minuman itu kepada Royvan. "Nih minum. Gue lagi baik hati nih."
Royvan meraih kaleng soda itu tanpa berkata. Ia juga meneguk minuman itu dengan cukup kasar.
"Ada masalah apa lo? Keluarga lo? Atau orang lain?" ucap Satya bertanya dengan hati-hati. Khawatir menyinggung hati Royvan.
"Nggak ada." balas Royvan ketus. Abay tersenyum sinis.
"Bilang aja. Apa harus gue jelaskan semuanya?"
Royvan berdecih. "Baiklah. Ini masalah gue sama keluarga. Biasa."
Satya ikut menirukan perkataan Royvan dengan nada yang berbeda. "Biasalah."
(anak kecil itu o_o)
Royvan menatapnya tajam seolah ada suara pisau yang mengiringinya.
"Becanda Van, etdah serius amat kek mau ijab kabul."
Abay duduk di sofa meminum segelas soda. Keringat bening menetes melewati keningnya karena habis berolahraga. "Kenapa lagi?"
"Nggak papa." ucap Royvan mengelak. Ia melempar sarung tinju ke tempatmya berasal. Satya mengerjapkan matanya.
"Bukan soal adek gue kan Van?" ujarnya lolos begitu saja.
Royvan mencibir dalam gumaman. Satya tidak dapat menangkap dengan begitu jelas.
"Atau jangan-jangan lo cemburu karena dia sama Zaga?"
Dahi Royvan sukses terlipat. Alisnya bertaut. "Nggak."
"Lalu?"
Royvan hanya terdiam. Satya menambahkan. "Atau lo frustrasi karena nggak bisa menyatakan perasaan ke cewek yang lo suka?"
Royvan merotasikan bola matanya mendengar ucapan konyol Satya yang tak berdasar. "Apaan sih."
"Kenapa lo nggak menembak Agista aja sih Van? Biar Agista nggak gabut gitu hampir 18 tahun jomlo mulu perasaan."
Royvan tersenyum sebelah. Terlihat miris dan penuh kegetiran. Sebelum ia menyahuti perkataan Satya, terlebih dahulu ia meneguk seluruh minumannya dan meremas kaleng soda dengan tangan kirinya.
"Kenapa gue harus melakukan hal tanpa arti semacam itu? Lagipula, memang Agista suka sama gue?" jeda Royvan. "Gue nggak berpikir demikian."
Satya dan Abay sukses terdiam.
~Science 7~
Aloha, uy setelah sekian purnama.
Kasih tahu si Royvan tentang perasaan Agista yang sebenarnya :")
Mari merapat kita bicarakan masalah hati Royvan yang labil.
Eh iya, Melta penasaran banget cuy, kalian suka cerita ini kenapa sih alasannya? Melta lihat banyak tuh cerita yang lebih bagus dari ini :"
Motivasi kalian vote itu apa hmmm? Melta penasaran 😅
Apa karena selalu dipaksa Melta? Buset..
Weh iya, selamat cerita sebelah vote nya lebih dari 6k 😭
Kok kalian bisa banget buat aku terharu huhu 😇
Melta nggak ada jaminan cerita ini alurnya bagus, tapi Melta bakalan beruaaha mengemas alur dengan epik supaya bisa bersanding sama cerita favorit yang ada di wp.
Cuz setiap author punya kharakteristiknya sendiri dong yaaa.
Btw, udah pada baca cerita melta yang lain belum?
Sini dong list siapa aja dan cerita apa yang sudah dibaca.
Spoiler: hari sabtu Melta kasih kalian cerita baru lagi ya, hmm.
Padahal banyak cerita yang belm tamat huhu :/
Ya udahlah jalani aja, wkwk.
Sayang kalian. Xixi.
Weh iya, numpang promo ceritanya Hendra oks. Jangan lupa diramaikan 🔥

Kamis, 4 Maret 2021.
YOU ARE READING
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITY
Teen FictionIni masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan. Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...
[19] Problematika
Start from the beginning
