[18] Satu Atap Berdua

51.8K 6K 101
                                    

Setelah perbincangan yang cukup menguras tenaga dan pikiran, Beryl tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah perbincangan yang cukup menguras tenaga dan pikiran, Beryl tertidur. Tentu saja dengan Alkana yang juga ikut memasuki alam mimpi dan sekarang memeluk pinggang gadisnya posesif.

Beryl terbangun saat merasakan sesak karena lilitan tangan seseorang ditubuhnya yang semakin erat. Saat menoleh ke belakang, Beryl langsung dipertemukan dengan wajah damai Alkana yang terlelap.

Beryl tidak bohong, pertama kalinya ia sedekat ini dengan laki-laki. Apalagi tidur seranjang tanpa ikatan, meski tanpa melakukan apapun. Sebatas tidur. Dan itu hanya dengan Alkana.

Tak berniat membangunkan singa tidur, Beryl pelan-pelan melepaskan diri dari lilitan Alkana. Gadis itu melirik sebentar jam di dekat nakas. Ternyata jam menunjukkan pukul satu pagi. Dan Beryl belum mengabari teman kosnya, terutama Nikel.

Beryl yakin, Nikel belum tidur. Setahun lebih mereka sekamar, Beryl hapal betul jam tidur Nikel yang selalu lewat dari tengah malam.

Setelah berhasil keluar dari jeratan Alkana, Beryl mendekati stop kontak dan menyalakan ponselnya lalu langsung mendial nomor Nikel. Beberapa detik, ponsel itu tersambung dan tak lama dijawab.

"Halo, Nik."

"Astaga Beryl, lo kemana aja. Lo dimana sekarang? Alkana bawa lo kemana si? Lo gak diapa-apain kan sama dia? Beryl kita semua khawatir. Gue udah telepon lo tapi gak nyambung mulu," gerutu Nikel dengan serentetan pertanyaan yang menandakan dia tengah jengkel sekaligus khawatir.

"Gue pulang pagi, tenang aja gue aman disini. Besok ada kelas gak, gue lupa." Suara Beryl seperti orang sedang bisik-bisik, takut membangunkan Alkana yang masih asik di alam mimpi.

"Gak tau, lo pulang aja dulu ke kosan. Gue tunggu, awas lo kalo sampe pulang ada yang kurang satupun. Gue bantai tu Alkana bangsat."

Beryl terkekeh kecil mendengarnya. "Oke, gue tutup ya. Lo tidur, jangan gadang mulu. Gak akan ada yang ngechat kan?" Diselingi tawa diakhir ucapannya.

"Kampret, iya si. Ya udah lo juga tidur sana, kabarin gue kalau lo diapa-apain dia."

"Gak akan, oke see you!" Panggilan terputus. Beryl menyimpan charger dan ponselnya ke dalam tas dan kembali tidur.



Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi esok. Kita bisa berencana, tapi tidak selamanya yang direncanakan selalu berjalan sesuai keinginan.

Beryl pernah meminta kepada Tuhan, agar ia dicintai oleh laki-laki setulus hatinya. Tuhan kirimkan Neo. Beryl kira, cukup sampai disitu. Ternyata Tuhan datangkan lagi sosok yang lebih dari Neo. Alkana. Laki-laki yang justru memiliki rasa cinta yang berlebihan.

Tidak, bukannya Beryl tidak bersyukur. Beryl hanya merasa, satu Neo saja sudah cukup. Beryl tidak perlu satu atau dua Alkana. Satu saja yang seperti Neo sudah lebih dari cukup.

TITANIUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang