24

5.5K 1.4K 232
                                    

keduanya kini tengah duduk di dalam gerbong kereta api seperti hari-hari sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

keduanya kini tengah duduk di dalam gerbong kereta api seperti hari-hari sebelumnya.

dengan Hattala yang tak melepas pandangan walau dalam sedetik dari wajah manis sang juwita.

rasanya ia begitu tak siap untuk menjalankan tugas miliknya kali ini. rasanya ia hanya ingin duduk diam sembari memuja paras bak delima itu.

"tak usah menatap ku terus." ujar Gentala.

Hattala terkekeh. "aku amat sangat mencintai mu Gentala.  memiliki mu saja masih terasa bak bunga tidur bagi diri ku. bagaimana bisa diri ku menjalani hari tanpa diri mu?"

"kau ini bicara apa? kita akan menjalani hari bersama." kata Gentala kesal.

ia tak begitu menyukai setiap rentetan kalimat yang terdengar seperti tanda perpisahan yang terus menerus terucap dari sang terkasih akhir-akhir ini.

"maafkan aku yang tak bisa menginap karena jadwal keberangkatan ku begitu pagi."

pemuda manis itu lagi-lagi mendengus malas. "ini sudah ke sekian kalinya diri mu meminta maaf. ini bukan masalah yang besar."

Hattala tergelak seraya mengangguk. hatinya sedikit gundah. "harusnya kita pergi untuk mengambil foto."

"kenapa memangnya?" tanya Gentala.

bahu tegap itu terangkat acuh lalu terkikik. "supaya jika rindu, bisa melihat foto."

"yasudah, kalau begitu setelah diri mu selesai dengan tugas. mari kita pergi mengambil foto." jawab Genta.

"aku tak berjanji." kata Hattala pelan.

pemuda manis itu berdecak. "jangan seperti itu."

lagi-lagi Hattala tergelak lalu merentangkan kedua tangan miliknya meminta Gentala untuk masuk lagi ke dalam rengkuhan hangat itu.

tubuh yang lebih kecil itu di peluk dengan amat samgat erat seraya sesekali sang tuan akan mengecup pucuk kepala itu sayang.

seakan hari esok tak akan pernah datang untuk keduanya, maka Hattala menyalurkan seluruh rasa cinta yang selalu bergejolak dalam hatinya.

"jangan tinggalkan aku dalam keterpurukan." bisik Gentala pelan.

Hattala menggeleng pelan. "aku tak bisa berjanji."

tangan kasar itu terangkat guna mengusap pipi coklat itu sayang seraya tersenyum. "tolong katakan pada ku, jika diri mu siap untum menerima segala berita nantinya."

manik keduanya bertemu, membuat Gentala sedikit merana di buatnya. manik itu terlihat begitu sendu.

"aku siap." ujar Gentala.

senyum Hattala mengembang. "mari pulang."

keduanya berjalan meninggalkan gerbong kereta api di bawah cahaya rembulan dengan tangan yang saling bertaut.

Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now