22

5.2K 1.4K 248
                                    

Iyok menatap lembaran surat yang berada di atas kasur empuk miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iyok menatap lembaran surat yang berada di atas kasur empuk miliknya. perasaan gundah untuk membuka merayap di hati.

itu merupakan surat yang di kirimkan oleh Chris sejak dua bulan yang lalu. dirinya hanya terlalu sibuk sampai mengangurkan surat berbulan lamanya.

tangan itu mulai mengambil sepucuk surat lalu membukanya perlahan. tulisan yang tak begitu rapi membuatnya terkekeh.

"Halo, aku Chris Van Starkenborgh. aku menuliskan surat ini karena pada dasarnya hati ku begitu merana akibat tersayang rindu. tidak kah kau setuju jika merindu itu begitu menyebalkan."

baca Iyok pelan sembari mengangguk dan terkekeh. mata itu mulai membaca surat yang berasal dari anak belanda itu lagi.

"aku hendak bertanya pada mu. mengapa tak pernah masuk ke sekolah lagi? apakah kau marah tentang ketapel? padahal aku telah berencana untuk mengembalikannya. akan tetapi pak Gentala bilang lebih baik di simpan saja sebagai kenangan."

Iyok terkekeh, bisa ia dengar sekali nada bicara merajuk yang menyebalkan milik Chris. tidakkah anak belanda itu begitu menggemaskan, tapi sayangnya ia belanda.

"aku begitu merindukan mu, bisakah kita bertemu? aku akan selalu menunggu diri mu di stasiun. aku harap kau akan datang entah kapan itu. jika berkenan balas lah surat ku tapi jika tak ingin tidak masalah."

Iyok menggeleng lemah. "aku jauh lebih merindukan diri mu anak nakal. tapi takdir berkata lain. aku tak bisa bersama diri mu, maaf jika aku harus membuat mu menunggu suatu hal yang tak akan pernah datang."

Darma yang sedari tadi mengintip dari balik pintu, menampakan wujudnya dengan segelas teh hangat di tangan.

"pangeran." sapanya pelan.

Iyok menoleh lalu dengan cepat memasukkan seluruh surat dari Iyok ke dalam kotak semua.

"segelas teh hangat untuk mu." ujarnya lagi.

sang pangeran mengangguk sembari tersenyum pelan. "terimakasih."

"iya." balas Darma pelan

"bagaimana hari mu Darma?" tanya Iyok membuka obrolan.

Darma tersenyum kecil. "seperti biasa pangeran."

tidakah Darma ini manis untuk ukuran seorang pria. sepertinya Gentala, Chris dan Darma memang di ciptakan secara special oleh tuhan untuk orang tertentu.

dan sialnya, ketiga lelaki manis itu berada dalam lingkungan yang sama dengan dirinya. sungguh miris sekali hati yang merana karena tak akan pernah berhasil mendapati satu di antara 3 pria manis itu.

"mungkin di kehidupan selanjutnya aku bisa memiliki salah satu dari tiga manusia itu." batinnya pelan.

"minggu depan aku akan melaksanakan penyerangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"minggu depan aku akan melaksanakan penyerangan." cerita Hattala saat Gentala telah berada dalam rengkuhan miliknya.

Gentala mengangguk. "lakukan tugas mu."

"firasat ku begitu tak sedap." cerita Hattala.

pemuda manis itu menghela napas pelan lalu mengelus pipi putih itu.

"kalau begitu jangan lakukan." ujar Gentala pelan.

"jika aku bisa. sayangnya tidak." kata Hattala lemah.

Gentala tergelak. "aku akan mendoakan setiap langkah mu."

"kau siap?" tanya Hattala pelan.

"siap untuk apa?" tanya Gentala.

sersan muda itu menghela napas sembari berdecak. "menunggu ku atau mungkin mengikhlaskan kepergian ku."

"jujur saja, aku tak siap. dan tak akan pernah siap." ujar Gentala pelan.

Hattala tergelak lalu mengeratkan pelukannya pada tubuh sang juwita. rasa tak nyaman selalu membuncah membuatnya sedikit tak nyaman.

"ayo berandai jikalau aku pergi nanti. tolong jangan kubur diri mu dalam kesedihan yang mendalam. tubuh ku memang telah terkubur tetapi jiwa ku akan senantiasa bersama diri mu." bisik Hattala.

Gentala mengangguk. "kau itu tiang penopang ku setelah dua sayap milik ku hangus terbakar tak tersisa Hattala. merelakan mu akan sangat amat sulit."

"kau harus mencoba untuk bangkit." ujar Hattala.

pemuda derawa itu mendongak menatap tepat di manik kelam memabukkan milik Hattala. "hari ku akan sangat suram tanpa diri mu."

"aku berjanji akan bertemu dengan diri mu lagi di kehidupan selanjutnya." ujar Hartala.

Gentala mendengus. "bagaimana bisa?"

"denyut nadi ini." ujar Hattala seraya menekan sedikit lengan Gentala dengan ibu jari kasar miliknya.

Gentala mengangguk dalam diam seraya mendengarkan apa yang akan Hattala katakan.

"dan denyut nadi ku. akan saling terhubung. keduanya akan menjadi magnet yang saling menarik satu sama lain saat bertemu nanti." kata Hattala.

"bagaimana kau bisa mengenali ku? bagaimana aku bisa mengenali mu? bagaimana kita bisa tahu jika kita adalah Hattala dan Gentala di masa lampau?" tanya Gentala beruntun.

Hattala tergelak saat mendengar pertanyaan tak yakin milik Gentala. lalu meletakkan pipinya di atas rambut legam itu.

"walaupun kau datang dengan wajah yang berbeda, hati ku akan selalu tahu dan merasa. jika kau adalah sang juwita yang akan selalu ku puja." jelas Hattala.

Gentala tergelak malu di dalam pelukan sang kekasih. "jika ada kehidupan selanjutnya, mari bertemu di dalam gerbong yang sama yang membawa kita ke tujuan yang sama pula."

"mari bertemu kembali suatu saat nanti." lirih Hattala.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang