CHAPTER : 4

343 38 4
                                    

- (Siang) -

Keesokan siangnya Flaminio mengajak Dulio dan Leo pergi mencari oleh-oleh, Flaminio tau kebiasaan Dulio yang menyukai makanan-makanan enak, tapi dari sedut tertentu Flaminio tau juga bahwa makanan-makanan itu adalah untuk hasil penelitiannya.

Dulio sering mengunjungi panti asuhan di dekat markas atau bahkan di dekat tempat tugasnya, Flaminio kembali teringat saat Dulio masih sebagai seorang yatim piatu dulu.

Flaminio memberikannya sepotong roti gandum, Dulio tidak langsung memakannya, Dulio pergi memecah-mecahkan roti itu dan membagikannya pada anak-anak yang senasib dengannya.

Dan karena itulah Flaminio merasa bahwa Dulio adalah anak yang baik, tapi ada satu sifat buruknya.

Dulio terkadang tidak mau repot-repot dengan masalah yang mengganggunya atau lebih tepatnya dia pemalas. Flaminio dulu harus menariknya atau tidak menyiramnya dengan air agar dia bisa bangun dan bersemangat.

" Flaminio-san, apa kau yakin? " Dulio bertanya setelah melihat tumpukan bungkus makanan yang di atur menyusun setinggi 2 meter lebih.

" Apa yang kau tanyakan, Dulio-kun? Ini untuk mereka, bukan? Aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka, jadi ini akan menjadi hadiah permintaan maafku pada mereka. "

Mereka yang dimaksud oleh Flaminio adalah anak-anak panti asuhan, tidak banyak dari generasi Dulio yang masih menetap disana. Tapi, bagi Flaminio mereka adalah anak-anak baru yang berada dipanti asuhan itu.

" Terima kasih banyak, Flaminio-san. "

Dulio menundukan kepalanya beberapa kali, Leo sudah diceritakan tentang hal itu dan menurut Leo apa yang dilakukan Dulio adalah sesuatu yang tidak akan dipikirkan oleh orang seusianya.

Leo juga membeli beberapa makanan dan sekarang ada diantara bungkusan-bungkusan di hadapan Dulio.

Setelah selesai mereka menyuruh beberapa orang untuk mengantarkan barang bawaan mereka ke rumah, sesampainya disana Dulio terus mencicipi beberapa makanan yang dipesannya tadi dari salah satu restoran yang dikunjungi mereka.

Leo, dengan beberapa barang bawaannya sekarang duduk di kamarnya. Leo memainkan Celeste sembari memperhitungkan jalan masa depannya.

Beberapa saat berlalu pintu kamarnya di ketuk oleh Flaminio, Leo membukanya. Leo duduk berhadapan dengan Flaminio yang duduk dikasurnya.

" Ingatlah pulang Leo. "

" Ayah, kau pikir rumahku ada berapa? Aku pasti akan pulang. "

" Bagus... Ya, ini... Saat kau sampai di vatikan berikan ini pada seseorang yang bernama Griselda, oke? " Flaminio memberikan sebuah kotak hadiah kecil kepada Leo. Diatasnya ada surat yang diikatkan di antara kotak itu.

" Tentu. Aku tidak akan melupakannya, salah satu murid kesayanganmu, 'kan? "

Flaminio termenung sesaat dan setelah itu dia berdiri dan mengacak-acak rambut milik Leo.

" Ya, mereka murid-murid kesayanganku. Kau juga, kau harus mencari teman disana. Cukup satu atau dua, yang menurutmu layak tidak apa, 'kan jika kau berteman dengannya. " Flaminio tidak menunggu jawaban Leo dan keluar dari kamarnya.

I AM THE REINCARNATION OF THE KINGWhere stories live. Discover now