"D-ingin," lirih Aulia. Aulia pusing. Cewek mungil itu memang tidak tahan dengan air hujan. Kena air hujan sedikit saja pasti Aulia langsung demam.

Tahu kalau akan seperti ini jadinya. Aulia pasti akan memilih ikut pulang diantar Ucup ataupun Indra. Tapi Aulia saja yang sok jual mahal.

Aksa terus menggesek-gesekan tangannya. Aulia menggigil. Aksa tak ada pilihan lain. Cowok itu memeluk tubuh Aulia erat. Aulia terpaku. Tidak membalas pelukan Aksa yang tiba tiba. Cewek itu masih tidak menyangka Aksa memeluk nya. Sejak kapan mereka jadi sedekat ini?

Aulia tak menolak. Tubuh Aksa membuatnya merasakan sedikit kehangatan. Tak urung Aulia membalas pelukan Aksa. Aksa tersenyum senang ketika Aulia mau membalas pelukannya. Mereka berpelukan sepanjang hujan tanpa berniat saling melepaskan. Saling menyalurkan rasa hangat.

Hujan mulai reda. Badan Aulia panas. Aksa panik. "Gue anterin ya Aul?"

Aulia mengangguk lemah. Cewek itu menurut saja ketika Aksa menuntunya menaiki motor besar Aksa. Bahkan Aulia melingkarkan tanganya masuk ke dalam saku jaket milik Aksa. Sumpah demi apapun kepalanya pusing. Hidung nya mampet seperti ingin pilek.

Aksa melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Melirik Aulia lewat spion. Gadis itu tertidur. Tanpa sadar Aksa melengkungkan bibirnya ke atas. Menampilkan senyum manis. Desiran aneh itu kembali. Membuat Aksa tak tenang.

Inilah alasan Aksa tiba-tiba berubah. Aksa merasa aneh di dekat Aulia sekarang. Rasanya nyaman. Ketika mengejeknya pun Aksa merasa tak tega. Apalagi ketika melihat Aulia menangis. Rasanya hati Aksa ikut teriris.

Aksa memelankan motornya ketika sampai di depan rumah Aulia. Aksa tau dari Arga yang kemarin memberikan alamatnya seletah Aksa mentraktirnya.

Disana. Di depan pintu Arga berdiri gelisah. Menanti kepulangan sang adik. Sedangkan Saras. Wanita paruh baya itu bahkan berada di luar. Duduk menanti Aulia pulang. Keduanya teramat sangat khawatir.

Arga berlari menghampiri Aksa yang hendak membangunkan Aulia. Cowok itu dengan cekatan mengangkat tubuh mungil sang adik. Aulia menggeliat kecil. Suhu badannya panas. Cewek itu mengalungkan tangannya ke leher sang Abang. Aksa hanya diam di tempat.

"Masuk dulu ganti baju lo," instruksi Arga. Aksa mengangguk canggung.

"Aul kenapa?" tanya Saras panik. Nadanya sangat khawatir. Mengikuti langkah Arga menuju kamar Aulia.

"Kayanya demam Bu, badanya anget tolong gantiin bajunya ya,  Bu. Arga ambilin air kompres," ucap Arga menurunkan Aulia di ranjang.

Saras mengangguk. Arga keluar dari kamar Aulia. Menghampiri Aksa yang duduk di teras. "Ayok masuk. Gue ada baju. Lo bisa pake dulu."

Aksa mengikuti Arga ke kamar. Ini pertama kalinya Aksa menginjakkan kaki dirumah Aulia. Rumah sederhana tapi tampak nyaman untuk ditempati.

Arga melemparkan bajunya kepada Aksa. Aksa dengan mudah menangkap nya. "Lo ganti baju aja dulu. Gue mau siapin kompresan," ucap Arga kemudian berlalu.

Aksa dengan cepat mengganti seragamnya dengan baju sedikit kebesaran milik Arga.

***

Saras sudah berhasil mengganti baju Aulia. Cewek itu memeluk leher Saras erat. Hembusan nafasnya terasa hangat. Arga memasuki kamar Aulia membawa sebaskom air kompresan. "Biar Arga yang kompres Bu, abang minta tolong bikinin teh hangat buat temenya adek," minta Arga sopan.

Saras mengangguk mengerti. Janda dua anak itu kemudian menyingkirkan tangan Aulia dan berlalu menuju dapur untuk membuatkan teh hangat serta makanan.

Aulia mengerjapkan matanya berkali-kali ketika merasa jidatnya basah terkena air kompresan. Gadis itu menyunggingkan senyum mendapati sang Abang yang dengan telaten merawatnya. "Maaf," lirih Arga ketika menyadari Aulia kini tengah menatapnya.

Aulia mengangguk lemah. Aulia mengerti. Pasti Abangnya ini merasa bersalah karena tidak bisa menjemputnya ketika pulang sekolah. Aulia memeluk Arga dibalas pelukan hangat dari Arga. "Makan yuk ibu udah masak."

Aulia menggeleng samar. Tidak ada nafsu untuk makan. Dia hanya ingin tidur sekarang. Berharap rasa pening di kepalanya akan hilang ketika dirinya tidur. Aulia memejamkan matanya. Namun kembali membuka matanya ketika Arga menepuk keras lengannya.

"Jangan merem dulu anjir. Itu temen lo masih disini."

Aulia terdiam sejenak berfikir. Teman? Siapa? Kemudian cewek itu teringat kejadian dimana dirinya dan Aksa tengah berpelukan di sepanjang hujan.

"AKSA?!"

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap :/

Menerima setiap kritik dan saranya🌻

Salam: author edan

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now