11. Bad Dream

2.2K 540 43
                                    

Haiiiiii, kaget nggak? Ada yang belum sempat baca lapak ini sampai kelar? Yuk yuk baca lagi. Aku mulai repost cerita ini ya. Jangan sampai kelewatan. Happy reading ♡

*

"Itu si Mbak Siska makin gencar deketin Bang Tomi lho, Li."

Mendengar ucapan Rena itu, keningku berkerut. Kulirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah dua belas. Mataku beralih ke arah ranjang, di mana Nenek sudah tertidur pulas. Lalu pandanganku kembali ke layar laptop yang menyala.

"Oh."

"Masa 'oh' doang sih, Li?"

Aku meringis. "Ya ... aku harus jawab apa? Lagian kamu tahu dari mana?"

"Dari A Epin, dong!"

"Dan kamu telepon aku hampir tengah malam gini ngomongin itu?"

"Hehe. Lagian kamu pasti belum tidur kan? Pasti lagi ngerjain tugas dari dosen killer. Udah kelar, belum? Punyaku baru kelar ini."

"Udah juga, baru aja."

"Syukurlah." Rena terkekeh. "Nggak tahu juga sih, aku cuma ngerasa kamu perlu tahu soal Mbak Siska ini."

"Kenapa gitu?"

"Nggak tahu. Anggap aja pikiran absurd cewek freak."

"Apa sih, Ren?" balasku, tak setuju. Aku tidak pernah suka dia menganggap dirinya sendiri sebagai gadis freak, aneh, tidak normal, dan sebagainya.

Rena kembali terkekeh. Tapi setelah itu dia diam cukup lama sebelum bersuara lagi, "Kamu okay kan, Li?"

Aku cukup tercenung mendengarnya. "Tentu. Kenapa nanya gitu?"

"Tadi sore, kamu kayak ketakutan."

Aku menghela napas, melirik ke arah Nenek yang untungnya tidak terganggu. Aku mengobrolnya juga pelan sekali agar tidak terdengar Nenek. "Nggak apa-apa kok. Yah ... kamu tahu sendiri kadang aku susah buat nggak takut sama Yonggi, kan?"

"Iya. Galak sih, dia."

Aku meringis. Lalu mengerutkan kening ketika mendengar suarq berisik di seberang sana. "Kok berisik? Kamu lagi di mana?"

"Di kamar bocil-bocil, nih."

"Mereka belum tidur?"

"Cuma Zia yang belum. Tadi sore tidur. Bangun-bangun jam sepuluh. Ya udah sekarang nggak ngantuk, ngajak main."

Aku tersenyum kecil. "Pasti ngambek kalau nggak diturutin, ya?"

"Banget. Ibu aja kadang suka capek sendiri, soalnya kan Zia lagi aktif-aktifnya. Terus ya, sekarang lagi semangat gambar. Kemarin sama Doni dibeliin buku gambar, girang banget dia. Anak-anak lain juga dibeliin jajan sama Doni. Makin disayang dong si Doni sama keluarga panti."

Aku tersenyum kecil sambil bergumam, "Enak ya, Ren, tinggal di panti? Kangen pengen ke sana."

Ada jeda diam yang cukup panjang dari Rena. Sebelum akhirnya dia berkata, "Kamu pengen tinggal di sini aja, Li? Bisa, kok. Nanti aku obrolin sama Ibu, sama Oma. Daripada kamu tertekan tinggal sama Bang Tomi."

Kuembuskan napas berat, memandang gurat lelah di wajah Nenek. "Nggak bisa, Ren. Aku nggak mau ninggalin Nenek."

"Tapi, Li, kamu bisa bebas dari Bang Tomi. Maaf, Li, bukannya aku ikut campur, tapi aku nggak kuat kalau lihat kamu ketakutan kayak tadi. Kamu nangis, kelihatan tertekan, aku sakit sendiri lihatnya, Li."

To Reveal It (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang