30. Menyebalkan

2.3K 360 60
                                    

ALYVIAH mengulangi pertanyaannya kerena Rafka tak kunjung menjawab. "Raf?"

"Ayo pulang." Rafka mengurungkan niatnya yang ingin membahas sesuatu. Lain kali, mungkin.

Rafka memang menyebalkan. Jantung Alyviah sudah dag dig dug menunggu apa yang akan ditanyakan suaminya itu. "Nghokeyyyy."

Sebelum pulang, Alyviah mengajak Rafka ke Guardiamdiam. Ia ingin membeli toner dan facial wash untuk dirinya dan suaminya. Kebetulan, mereka satu merk skincare. Lumayan, daripada lumanyun.

"Kak Rafka!" Suara cewek memanggil nama Rafka seraya berjalan ke arah mereka, alhasil, pasangan suami istri itu menoleh dengan kompak.

"Kenapa pula ketemu di sini," bisik Alyviah.

"Hai, Kak Rafka!" sapa cewek tinggi itu.

"Habis belanja?" tanyanya lagi ramah.

"Iyalah, masa' habis bertani." Alyviah menjawab dengan nada santai.

"Waty, kamu pasti habis ngabisin uang Kak Rafka, kan? Makanya, kerja, dong! Biar ada penghasilan sendiri." Cewek ini benar-benar menguji kesabaran Alyviah. Hey, Laysa, ingin sekali Alyviah mencakarmu, tapi ia baru saja memotong kuku karena hari ini hari kamis, sesuai sunnah.

"Duluan," ujar Rafka lalu menggandeng tangan Alyviah. Sementara Laysa terdiam mematung di tempatnya.

"Sirik aja tuh orang! Orang suami, suami gue sendiri. Bukan suami tetangga. Kenapa kalo suami gue ngebelanjain uangnya buat istrinya sendiri? Kan dapet pahala." Alyviah masih mengomel sejak meninggalkan Laysa tadi. Sebenarnya ia ingin mengeluarkan unek-uneknya sejak tadi, kalau bisa di depan orangnya langsung, tapi, Rafka menahannya untuk tidak emosi.

"Nggak usah didengerin."

"Nggak bisa, Raf, kedengeran."

"Nggak usah diladenin."

"Karcis di elo, kan?" Pertanyaan Rafka membuat Alyviah menghentikan ocehannya.

"Di elo, Raf. Kan elo yang mencet," ujar Alyviah seraya mencari kertas kecil itu di tasnya.

"Nggak ada."

"Masa' nggak ada, kan elo yang nyimpen."

"Elo, Al."

"Elo, Rafka."

Perdebatan itu berujung di tempat pembayaran parkir. Mereka harus mengikuti prosedur pengurusan kehilangan karcis yang cukup membuat repot. Namun, karena sudah prosedur, ya, diikuti saja.

Rafka harus menunjukkan surat tanda nomor kendaraan alias STNK. Lalu, diminta juga memperlihatkan kartu identitas resmi, kartu tanda penduduk (KTP), dan surat izin mengemudi (SIM). Untung saja surat-surat itu selalu dibawa Rafka.

Petugas parkir tampak sibuk mencatat sana sini dari surat-surat tersebut. Puncaknya, mereka diminta membayar denda dua puluh lima ribu plus jumlah tagihan jasa parkir sesuai dengan duurasi waktu yang ada. 

Mereka tiba di rumah pukul delapan malam. Sehabis mandi, mereka pun memulai ritual mereka. Alyviah sudah menyiapkan bahan-bahan untuk ritual. Mulai dari wadah masker, spatula, kuas, dan air mawar.

"Raf, malam ini jadwal kita maskeran, kan?" Alyviah mulai menuangkan dua sendok masker greenteanya. Lalu menuangkan air mawar secukupnya hingga adonan masker berbentuk pasta.

"Iya."

"Raf, pake bando!" Alyviah memasangkan bando bermotif sapi ke kepala suaminya.

"Nggak ada motif lain?" tanya Rafka dingin. Tapi, diam saja saat dipakaikan.

SIGHTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang