Bab 3 - Bubur Diaduk versus Bubur Nggak Diaduk

3.8K 770 802
                                    

[Jangan lupa open PO masih ada, yaa! Banyak Bonus menantii.
Langsung buka link di gambar, yaaa!
Http://bit.ly/po_arancini ]

Kisah Sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kisah Sebelumnya

"Oke, jadi mau pesen apa? Biar gue naik motor aja biar cepet."

"Satu kumplit, pedes, dan pakai satai hati empat tusuk buat kamu. Lalu buat aku, satu porsi bubur nggak pake ayam dan cakwe, nggak pake kacang, nggak pake seledri, pake sambel, kecap banyakin, dan kerupuk."

"CINIAAAAA!!! ITU SIH BUBUR POLOSAN DOAAAANG!"

Aran butuh waktu cukup lama untuk berdebat agar Cinia mau memasukkan setidaknya suwiran ayam dan satai telur puyuh ke mangkuk buburnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aran butuh waktu cukup lama untuk berdebat agar Cinia mau memasukkan setidaknya suwiran ayam dan satai telur puyuh ke mangkuk buburnya. Pada akhirnya, Cinia berhasil dibujuk—tepatnya dipaksa—untuk mulai makan.

Seperti biasa, jika Papa Cinia, Benny, sedang dinas ke luar kota, mereka selalu makan bersama di rumah Cinia. Tepatnya, Aran yang tiba-tiba datang tak diundang dan pulang tak diantar. Namun, jika Benny ada, bahkan Aran akan kesulitan untuk sekadar menemui cewek itu. Jadi, pagi ini pun, setelah semua persiapan ke sekolah beres, mereka duduk berhadapan untuk sarapan bersama.

Meskipun keduanya hanya makan di meja plastik tua tanpa taplak, kursi plastik bersandaran busa tipis yang tidak empuk, rasanya tetap menyenangkan. Bagi Aran, kesempatan untuk makan bersama Cinia adalah momen yang harus dilestarikan agar terhindar dari kepunahan.

Dengan gerakan lambat, Cinia menuangkan banyak sekali kecap manis. Ada senyum puas ketika melihat buburnya menjadi kehitaman. Dengan santai, cewek itu mulai menyendok dari tepi.

"Apa sih susahnya makan bubur ayam lengkap, Cin?" Aran pun dengan sigap menuangkan sambal cukup banyak ke bubur ayamnya.

"Yang aneh tuh kamu. Masa' pagi-pagi makan buryam pakai sambel. Banyak bener pula! Mules lho nanti!" Cinia bersungut.

"Enak tauk!" Aran tak acuh dan mulai mengaduk buburnya.

Suara decakan Cinia terdengar jelas. "Buryam tuh pakai kecap! Harus manis! Terus nggak diaduk! Itu baru cara tepat makan buryam. Valid! No debat!" Cinia mengangkat jempolnya.

Magicamore Arancini (Edited Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang