03.

904 128 15
                                    

Byanel pikir, teman tongkrongan Tondi saat ini masih sama seperti waktu dulu ketika mereka duduk di bangku sekolah menengah. Ternyata benar-benar beda, tak ada yang ia kenali satu orang pun. Ya, meskipun mereka semua ramah. Tapi Byanel hanya diam, duduk di sebelah Tondi sambil sesekali menyedot minuman berkafein miliknya.

"Bro, urang ke toilet dulu. Titip bayi, jangan macem-macem." Tondi berdiri, lalu tangannya mendarat di kepala Byanel, mengusaknya pelan sebelum melangkah pergi.

Semuanya mendadak diam, menatap punggung Samudra Tondi yang mulai menghilang. Setelah itu, mereka menatap Byanel.

"Yan, yan?"

"Kenapa?" Jawab Byanel.

"Beneran adek si Tondi?"

"Iya, kenapa emang?"

"Lah, bukannya dia anak tunggal?"

"Adek sepupu."

"Ohhh."

Cowok tengil yang diketahui bernama Bima itu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Byanel. "Katanya lo sepupu jauh Tondi?"

"Tau darimana?"

"Dia sempet cerita."

"Kok dia gak cerita sama aing, ya?" Monolog Juan.

Byanel melirik ketiga orang di dekatnya. "Sekarang giliran urang yang mau cerita, boleh gak nih abang-abang sekalian? Biar kalian paham." Yang kemudian langsung dibalas anggukan oleh ketiganya.

"Cerita naon, Yan?" Tanya Bima yang langsung meringis karena mendapat sebuah jitakan dari Revan. "Di liat-liat elu sok akrab, jing."

"Ngikutin Tondi aing mah manggil 'Yan'."

"Berisik! Byan, mau cerita apa?" Juan kembali bersuara.

Byanel yang dari tadi menyimak akhirnya menghela napas sebelum memulai. "Jadi, nenek gue sama nenek bang Tondi adik kakak. Tapi emang dari kecil cuma keluarga kita yang rumahnya deketan, gue juga masuk sekolah yang sama supaya bareng bang Tondi. Sampai lulus SMA, dia pindah ke Bogor, kita jadi jarang ketemu. Ini kebetulan aja libur semester kuliah dia ke Bandung, tidur di rumahnya yang dulu."

Semuanya mengangguk paham.

Sementara itu Juan terkekeh. "Pantes keliatan lengket bener kalian berdua, gue kira lo pacar Tondi."

Byanel melotot. "Ya pikir aja? gue cowok, bang Tondi cowok. Gak mungkin pacaran, kan?"

"Tapi kalau di liat-liat, lo emang cocok sama Tondi, Yan," timpal Bima.

"Anjing, gak usah gitu juga. Mereka bukan homo." Revan menyeruput latte-nya. "Udah jangan di dengerin, Yan. Emang gak bener mereka berdua."

"Kampret si Repan," umpat Juan dan Bima.

Kursi di samping Byanel berderit, Tondi baru saja datang dan langsung merangkul erat adiknya itu.

"Ada apa nih?"

_____

Jam menunjukan pukul 3 sore, mereka menghabiskan waktu di coffee shop dengan mengobrol banyak hal random, sesekali membahas skripsi—hanya Tondi, Bima dan Juan—sisa waktunya digunakan untuk mabar.

Huge Mood - Minsung ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ