11. Klarifikasi

109 33 0
                                    

“Benar kalian melakukan itu di rooftop sekolah?” tanya Kepala Sekolah dengan tenang. Bagaimanapun, Ayah Arka merupakan salah satu donatur terbesar di sekolah ini. Tapi tidak dengan Misella yang bukan siapa-siapa. Misella tidak terlalu pintar. Misella hanya anak pindahan. Maka dari itu, Kepala Sekolah terus meliriknya sinis.

Mereka tidak lagi memasuki ruang BK, langsung menuju ruang kepala sekolah. Semua ini terjadi karena kelakuan anak-anak di kelas Misella. Apalagi mereka memposting foto Misella dengan Arka ke akun Instagram. Hal itu membuat kejadian tempo hari tersebar dan tidak ada lagi yang tidak mengetahuinya. Misella sungguh kesal karena itu dan sialnya yang memergoki dan mengambil gambar itu adalah Bu Rani yang merupakan admin dari akun tersebut. 

“Kami tidak.. maksud saya, kami hanya hampir melakukannya,” jawab Arka setelah berdehem beberapa kali. Misella pun hanya diam tanpa ada niat menjelaskan.

Salah satu alasan Misella malas menjelaskan adalah; orang yang melihat foto itu pasti sudah menyangka bahwa ia dan Arka melakukan hal yang tidak pantas. Selain itu, orang itu juga pasti tidak akan menerima penjelasan apapun kecuali jika ia sudah berpikir dewasa. Dan juga difoto itu sudah jelas bahwa bibir mereka tidak bertemu atau menempel!

“Benar begitu Misella?” tanya Bu Rani. Asal kalian tahu saja, Bu Rani sudah tidak mau mempercayai Arka lagi dan tidak akan pernah mempercayainya sampai kapan pun. Bu Rani dari awal terus menuduh Arka yang salah bergaul dan itu membuat Arka membantah. Bu Rani pun menjadi semakin tidak peduli dengan Arka semenjak kejadian di ruang OSIS saat Arka bermain badminton bersama Gino.

“Iya, Bu. Ibu bisa membesarkan gambarnya jika Ibu masih ragu untuk mempercayai kami,” jawab Misella seraya memberikan usul, berharap Bu Rani dan kepala sekolahnya yang sok kecantikan itu percaya padanya dan Arka.

“Ya sudah. Saya tahu nak Arka itu anak baik. Jika ada sesuatu seperti ini terjadi lagi, saya yakin bahwa perempuan ini yang menggodanya.”
Misella menahan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun. Ia mengepalkan tangannya mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Namun perkataan itu sungguh membuat Misella ingin mengajak kepala sekolahnya adu gulat sekarang juga. Tetapi Misella tidak mau berpindah sekolah lagi, ia sudah berada di kelas dua belas.

“Kalau begitu saya permisi.” Arka bangkit dan dengan telak ia menautkan jari-jarinya ke sela jari-jari Misella. Kepala sekolah membesarkan matanya saat melihat itu. Arka memandang datar kepala sekolah lalu membungkuk hormat. Arka tidak peduli lagi, ia tidak suka jika Misella dituduh perempuan seperti itu.

Saat keluar, teman-teman sekelasnya sudah berada di depan. Mereka menunggu Misella dan Arka dengan cemas kecuali Keira. Keira tidak terlihat oleh Misella. Arka yang tadinya mengeraskan rahangnya karena kesal pun mulai tenang melihat teman-temannya sedang khawatir. 

“Gimana? Gak diapa-apain kan?” tanya Derry yang paling cemas diantara mereka.

Misella menggeleng lemah seraya tersenyum tipis. “Gak kok. Lain kali jangan gitu lagi ya.”

“Iya, Sel. Sorry,” sesal Reyhan menundukkan wajahnya.

“Kamu gak apa-apa kan?” tanya Arka memegang kedua bahu Misella dan membuat mereka berdiri berhadapan. Tubuh Misella menegang mendengar nada khawatir di ucapan Arka. Teman-teman mereka mendadak bubar, tidak ingin mengganggu privasi.

“Gak kok, emang kenapa?”

Arka mendadak cemberut. Kemudian ia menarik Misella untuk duduk di bangku besi yang dekat dengan perpustakaan kecil yang berada diluar ruangan.

“Kamu gak marah tadi dibilangin cewek penggoda sama orang tua sok kecantikan itu?” Arka menekankan kata sok kecantikan yang bermaksud menyindir kepala sekolah mereka, Bu Yura yang sering mengatakan bahwa dirinya awet muda.

I Can't Stop Loving You || DareWhere stories live. Discover now