Sebenernya Arga dan Aulia sudah melarang Saras untuk berkerja. Lagipula keduanya juga sudah mempunyai pekerjaan sampingan. Keduanya tidak tega melihat wanita terhebatnya kelelahan. Namun Saras tetap kekeuh. Ia beralasan merasa sehat jika banyak bergerak. Aulia dan Arga hanya pasrah dengan keputusan sang ibu.

Arga masih diam di tempat. Bahkan cowok itu kini malah memejamkan matanya. Sampai sebuah lemparan sepatu mengenai wajah tampan nya. "Arga buruan. Kamu itu mau makan atau enggak sih, udah siang ini. Buruan belanja," teriak Saras kesal sembari berkacak pinggang.

Arga bangkit. Buru-buru Ia berlari ke kamar sang adik. Ternyata Aulia masih tertidur. Buktinya suara dengkuran itu masih terdengar. Arga berdecak. Sungguh, adik perempuan nya itu sangat kebo ketika tidur.

Arga terkekeh pelan. Tiba tiba kepalanya Seperti mengeluarkan cahaya seakan mendapatkan ide. "Aul, bangun anjir. Itu si Dugong ketabrak mobil," teriak Arga histeris dari luar kamar.

Arga tau. Aulia sangat menyayangi kelinci kesayangan nya itu. Kenapa namanya Dugong? Ya suka suka Aulia lah. Apa? mau protes?!

Aulia yang baru saja membuka matanya langsung berlari panik. Gadis itu bahkan turun dari ranjang dengan melompat. Tidak peduli jika ia terjatuh. Yang penting sekarang adalah kelinci kesayangannya. Bagaimana kalau sampai ia mati?  Akh jangan sampai. Nanti bagaimana nasib anak anak nya yang baru lahir kemarin? Bagaimana jika anak anak itu meminta nenen? Mana mungkin kan kalau Aulia memberikan miliknya. Ah Aulia panik memikirkanya. Gadis itu bahkan sampai menabrak pintu. Lupa membukanya.

"Anying, siapa yang naro pintu disini," gerutunya kesal.

Cewek itu membuka pintu kasar. Mengabaikan jidatnya yang mungkin sedikit benjol. Cewek itu melirik Abangnya yang sedang menatapnya dengan ekspresi seperti ingin berak. Aulia hiraukan. Gadis itu berlari ke belakang rumah. Dimana si dugong bertempat tinggal. Gadis itu melotot kala mendapati hewan kesayanganya itu sibuk tertidur di samping anak-anaknya. Cewek itu membuka kadang menggendong Dugong-nya lalu menciumnya dengan posesif. Aulia baru sadar jika Abang laknat nya itu sedang mengerjai nya. Sial.

Aulia kembali ke dalam rumah dengan menghentak hentakan kakinya bak anak kecil. Cewek itu memanyunkan bibirnya. Menghampiri Arga yang berjongkok sambil memegangi perutnya yang terasa kram. Sungguh hiburan yang sangat menarik bagi Arga. Melihat sang adik panik. "Abang sialan," geram Aulia penuh emosi.

Arga kembali meledakkan tawanya. "Anjir. Gila parah. Sinting, ahaha," ucapanya diakhiri tawa sembari menggeleng. Cowok itu bahkan sampai mengeluarkan air mata.

Belum sempat Aulia menempeleng Abang laknatnya itu. Sebuah sandal melayang mengenai kepalanya. "Disuruh belanja malah ribut. Ngajak berantem," teriak Saras frustasi. Bahkan mungkin Wanita itu sudah sampai tahap depresot mempunyai anak seperti Aulia dan Arga.

Aulia dan Arga kompak berlari keluar rumah. Sebelum sang ibu mengamuk.

Arga memakai helmnya. Sedangkan Aulia sudah nangkring di jok belakang sembari sesekali menguap. Cewek itu masih memakai piyama Doraemon tanpa berniat menggantinya. Arga menggeleng pelan. Dasar perawan!.

Arga melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota. Udara pagi masih terasa dingin. Cowok itu melirik Aulia lewat spion. Gadis itu kembali memejamkan matanya. Tangan nya melingkar di pinggang Arga membuat cowok itu mendengus pelan.

***

Arga menghentikan motornya ketika sudah berada di parkiran. Cowok itu menggerakkan badannya lalu melepaskan tangan adiknya yang masih setia melingkar di pinggangnya. "Woi bangun astagfilullah, udah sampe ini. Malu maluin aja lo," Arga berteriak sedikit keras guna membangunkan kebo di belakangnya. Aulia mengerjapkan matanya berkali-kali. Mengumpulkan kesadaran. Cewek itu turun dengan ogah ogahan.

"Abang yang masuk ya, gue tunggu disini jagain motor," ucap Aulia serak khas orang bangun tidur.

Arga gemas. Cowok itu memiting kepala adeknya. Menghimpitnya di ketiak. Membuat Aulia langsung tersadar sepenuhnya. Hampir pingsan karena bau tubuh Arga yang benar benar. Seperti bangke!

"Bangsat," umpat Aulia berontak.

Arga tertawa renyah. Kemudian membebaskan adiknya dari siksaannya. "Lo begonya keterlaluan sih. Kan ada tukang parkir yang jagain motor. Bilang aja lo males. Ntar gue bilangin ibu," cibir Arga. Cowok itu lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Aulia yang sibuk mengumpat dalam hati. Aulia dengan langkah berat mengikuti Arga dari belakang.

Sudah hampir satu jam Aulia mengekori Arga dengan membawa kresek di kedua tanganya. Cewek itu sesekali mengucek matanya. Mengabaikan tatapan aneh orang orang padanya. Aulia tak peduli dengan penampilan nya sekarang. Matanya terasa berat.

Aulia tidak pandai menawar. Berbeda dengan Arga yang rela adu omongan dengan penjual sampai Berjam jam demi mendapatkan barang dengan harga murah. Aulia menatap punggung Abangnya yang masih saja mengotot meminta dikurang harga. Mata cewek itu masih berat. Sungguh Aulia masih mengantuk.

"Udah bang, bayar aja sih segitu. Ngantuk banget gue," bisik Aulia tepat ditelinga Arga. Cowok itu melirik Aulia sekilas lalu mengangguk.

"Yauda om gajadi beli," ujar Arga lalu mengayun kakinya menuju ke penjual daging di samping om om tadi. Aulia melongo. Anjir Arga malu maluin!

Aulia menghela nafas lelah. Abangnya itu masih sibuk menawar. Aulia akhirnya memutuskan untuk keluar terlebih dahulu menuju parkiran. Lagipula pasti cowok itu akan lama. Bahkan Arga tak menghiraukan ibu nya yang akan marah ketika terlambat pulang saat belanja. Yang penting dapet murah--slogan nya.

Aulia berjalan gontai keluar dari area pasar. Cewek itu mati matian menahan kantuk. Entah kenapa matanya tidak bisa diajak kompromi. Gadis itu sampai di akhir tangga terakhir sebelum keluar. Aulia oleng. Badanya hampir terjatuh kalau saja seseorang tidak menarik kerah belakang bajunya.

Aulia tercekik. Badannya memang tidak jatuh tapi ia kesulitan bernafas. Sayuranya juga jatuh berceceran. "A-anjir le-pas. M-ati g-ue," Aulia berucap dengan susah payah.

Orang itu hanya tertawa ngakak. Lalu melepaskan kerah baju Aulia membuat cewek itu bernafas lega. Aulia menoleh. Matanya melotot tajam mendapati Aksa yang tertawa terpingkal pingkal.

Aulia mengeram menahan kesal. "Anjir gue hampir mati," teriak Aulia kesal. Cewek itu memajukan tangan nya hendak mencekik balik Aksa.

Tawa Aksa berhenti. Ekspresi nya berubah sedih. Aulia mengernyitkan kening bingung. Padahal Aulia belum berbuat apa apa. Tapi kenapa Aksa sedih?

Cowok itu menghela nafas berat. "Lo gapapa kan?" tanya cowok itu dengan nada sendu.

Aulia terpaku. Ah, apa Aulia keterlaluan? Tidak tahu terima kasih? Padahal cowok itu baru saja menolongnya.

Aulia hendak mengeluarkan suara untuk meminta maaf. Namun ia urungkan niatnya kala melihat Aksa berjongkok memungut sayur miliknya dengan telaten. "Sayur. Lo gapapa kan? gada yang luka kan? gada yang lecet kan?" tanya Aksa sembari mengelus elus sayur itu. Kemudian memasukkan nya kembali ke dalam plastik.

Aulia memejamkan matanya menahan kesal. Aulia menyesal telah merasa bersalah. Cewek itu menghela nafas dalam dalam.

"AKSA SETAN!!"

TBC


Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap :/

Menerima setiap kritik dan saranya🌻

Salam: author edan

AULIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang