Mereka memang masih baru di SMA Taruna. Namun bertemu dengan guru bernama Sandi Wicaksono selama MOS. Membuat mereka cukup tau bagaimana karakter guru itu. Guru yang bisa dibilang galak. Dan tidak pernah main-main ketika memberi hukuman.

Aulia pernah mendapat hukuman darinya. Saat itu hari kedua Masa Orientasi Siswa. Dirinya terlambat bangun karena tidak tidur membaca wattpad. Akhirnya Ia harus rela membersihkan lapangan sekolah yang tidak bisa dibilang sempit.

"Kok bapak sih," celetuk Aulia dengan beraninya. Membuatnya kini menjadi pusat perhatian di dalam kelas.

Pak Sandi menatap Aulia sembari mengerutkan keningnya. Kemudian guru itu terkekeh. "Emang kenapa kalo saya?" tanyanya dengan nada datar.

Aulia nyengir. "Em itu pak. Bapak terlalu ganteng. Takutnya nanti kita malah ga fokus belajar kalo punya wali kelas kaya Bapak," dustanya.

'Padahal mah ga fokus karena gundulmu,' jerit Aulia dalam hati.

(Kepala)

Beberapa siswa laki-laki tampak mengangguk setuju. "Nah iya pak bener. Bapak terlalu astagfilullah buat saya yang subhanallah," ucap salah seorang cowok.

Pak Sandi melotot. "Maksud kamu?"

Cowok bernama Ucup itu langsung menampilkan cengiran kudanya. "Kebalik pak maaf. Bibir seksi saya emang kadang suka typo," Ucapnya membuat seisi kelas tertawa.

"Sa ae lu ngelesnya. Fizi bin Ucup," ujar cowok di sampingnya seraya menggeplak kepala Ucup. Dibalas gelak tawa seluruh kelas kecuali pak Sandi.

Pak Sandi memijat pelipisnya. Pusing. Sepertinya kelas yang menjadi tanggung jawabnya ini sedikit berbeda. Biasanya ia mendapat murid yang mudah diatur. Tidak berisik. Tapi kali ini sepertinya Tuhan sedang tidak memihaknya.

"Sudah. Diam kalian!"

Kelas hening. Pak Sandi berdehem pelan. "Kamu," panggil nya seraya menunjuk Aulia. Aulia menatap gurunya itu. Berjalan mendekat ketika sang guru memberi kode untuk meminta nya membagi selembaran kertas HVS kosong.

Aulia mulai berkeliling membagikan kertas tersebut. Setelah semua mendapatkan bagian masing-masing. Aulia berniat mengembalikan kertas yang masih tersisa satu lembar. Namun langkahnya terhenti saat Suara seorang cowok mengalihkan atensinya.

"Maaf pak saya terlambat," ucap nya ngos-ngosan.

Aulia menatap cowok itu dengan kening berkerut. Seperti tak asing dengan suaranya. Wajahnya juga nampak tak asing.

"Sudah jam berapa ini?" tanya pak Sandi garang.

Cowok itu nyengir tanpa dosa. Kemudian pandanganya beralih pada Aulia yang berdiri mematung di depan papan tulis. Menghiraukan pak sandi yang kini bersedekap dada. Senyum tipis terbit di bibir cowok itu.

Cukup lama Aulia berfikir sampai akhirnya ia menemukan jawaban.

"Lo." Ucap keduanya kompak sembari menunjuk satu sama lain. Jangan lupakan tatapan tajam yang saling mereka lemparkan.

"Lo. Aksa anak setan yang sering nge-bully gue waktu SMP kan?" tanya Aulia sembari meletakkan kertas digenggamanya ke atas meja dengan asal. Gadis itu lalu menggulung lengan seragamnya.

Kemudian maju beberapa langkah sambil berkacak pinggang. Menatap cowok di depannya dengan songong. Sedangkan yang di tatap malah terkekeh geli. Ikut maju mendekati Aulia dengan tampang tengilnya. "Ternyata kita satu sekolah lagi cil," ucapnya sembari tersenyum menggoda.

"Lo ngikutin gue hah?" Aulia bertanya tak santai pada Aksa.

Aksa hanya diam. Ia tak menyangka akan satu sekolah lagi dengan gadis kecil ini. Dulu waktu SMP ialah yang paling sering mem-bullynya. Apalagi ketika kelas sembilan. Keduanya dipertemukan dalam satu kelas yang sama. Aksa semakin gencar mem-bullynya. Sebenernya bukan karena Ia jahat. Namun Aksa sangat menyukai ekspresi Aulia ketika marah atau bahkan menangis. Entahlah. Bagi Aksa itu hiburan yang menyenangkan. Walau tanpa sadar ucapan Aksa menjadi penyakit hati untuk Aulia.

Aksa agak terkejut dengan perubahan Gadis itu. Yang Aksa tau Aulia tak pernah berpenampilan seperti yang Ia lihat saat ini. Gadis itu biasa berpakaian rapi. Tapi yang Ia lihat sekarang adalah Aulia yang berbeda.

Cewek itu berpakaian dengan rok yang cukup ketat dan rambut yang di kuncir asal. Bukan tampak garang. Aulia malah tampak aneh. Tapi lucu.

Gadis itu biasanya tak melawan. Dulu ketika masih SMP gadis itu paling anti ditatap dengan laki-laki. Tapi sekarang lihatlah. Gadis itu tengah menantangnya. Bahkan memfitnah Aksa mengikutinya. Padahal Aksa sedari dulu memang ingin masuk ke SMA ini. "Ogah banget gue ngikutin cewek jelek kaya Lo."

Aulia tersulut emosi. Dulu memang dia masih jelek. Tapi akhir-akhir ini Aulia rajin merawat wajahnya. Setidaknya Ia ingin membuktikan kepada laki laki yang pernah mem-bullynya bahwa butuh proses untuk berubah. Usaha nya tidak sia-sia. Wajah Aulia kini bersih dari jerawat sudah cukup putih juga.

"Halah ngaku gak lo," tekan Aulia garang. Dibalas gelengan tegas dari Aksa.

"Cih," balas Aksa membuang muka.

Keduanya terus berdebat saling menyalahkan. Membuat keduanya kini menjadi pusat perhatian. Tak ada yang berniat memisahkan. Mereka malah asik menonton. Bahkan ada juga yang malah mengabadikan momen dengan merekamnya lewat ponsel.

"Halah lu kali yang ngintilin gue. Secara gue kan ganteng," ujar Aksa penuh percaya diri.

Aulia berdecih. Cewek itu kemudian menunjukkan ekspresi seperti ingin muntah. "Dih dih, ganteng itu diakui bukan mengakui," ucap Aulia.

Dari mejanya Ucup dan Indra bersorak. Menyemangati teman Gadisnya itu.

Pak sandi menghela nafas. "Diam!"

Aulia dan Aksa menoleh lalu keduanya berucap kompak. "Lo yang diem!" Kemudian sesi ribut kembali di lanjutkan.

Pak Sandi geram sendiri. Guru botak itu maju lalu menjewer telinga Aulia dan Aksa. "Aduh aduh seta--eh Pak kok Aul dijewer," ujar Aulia mengaduh.

"Pak. Kok saya kena jewer jug--adoh asu," pekik Aksa kelepasan karena jeweran Pak botak semakin kencang.

"Heh mulutnya," peringat Pak Sandi sembari menggelengkan kepalanya. "Kalian berdua saya hukum. Hormat bendera sampai bel istirahat berbunyi," tegas Pak Sandi

"LOH PAK."

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap:/

Menerima setiap kritik dan sarannya🌻

Salam : author edan

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now