#13; karin

116 62 10
                                    

Bell pulang berbunyi dan waktunya pulang. Revi dan Dilla makan siang di kantin sekolah. Mereka tidak bisa berhenti ngobrol jika sudah bertemu.

Terlihat Haris sedang memesan makanan di warung bu'de. Ia memesan mie ayam. Memang mie ayam bu'de sangat enak dam porsinya tidak pelit.

Saat berbicara dengan Dilla, Haris memandangi senyum dan tawa Revi. Ia tampak terpesona karena senyuman dan tawa Revi itu. Haris sudah bertanya pada ayahnya siapa saja guru wanita yang belum menikah. Ia diberitahu ayahnya hanya ada satu guru yaitu Revi. Haris yang usianya tak lagi bisa dikatakan muda, memang ingin sekali menikah setelah beberapa kali ia ditinggal menikah oleh mantan-mantannya.

Maka dari itu ia ingin mendekati guru yang sekiranya masih lajang.

Dilla yang bercerita banyaknya rintangan tapi ada indahnya saat berumah tangga membuat Revi geleng-geleng.

"Makanya kamu tuh jangan nikah muda." Ujar Revi lalu meminum jus jeruknya.

"Heh apanya yang muda?. Kita ini udah 25 tahu, Rev. Lo tuh harusnya udah nikah juga kaya gua." Dilla menunjuk wajah Revi.

"Mulai deh ngejek. Ngomong doang mah gampang, Dil. " Nada bicara Revi mulai memelas.

Haris mendekati meja mereka. "Boleh gabung?. " Haris tersenyum pada mereka.

"Oh, boleh pak. Silakan." Jawab Dilla penuh rasa hormat.

"Kebetulan sekali bangku kosongnya ada di sebelah Revi." Batin Haris senang.

Ia duduk di sebelah Revi yang sedang menghabiskan nasinya. "Bapak, lagi nunggu pesanan?. " Tanya Revi.

"Iya. Lagi dibikinin." Jawab Haris.

HP Dilla berbunyi. Ternyata telpon dari rumah. Baby sitternya mengatakan Reza tidak mau minum susu.

"Aduh, maaf ya Rev, Pak. Ini baby sitter anak saya telpon lagi ada masalah kecil di rumah. Jadi maaf, saya harus pamit sekarang." Dilla membereskan barang-barangnya dan tersenyum lebar pada Revi. "Maaf ya Rev." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Revi dan Pak Haris.

Suasana tambah canggung.

Tapi entah mengapa Revi merasa biasa saja saat di dekat Haris. Berbeda sekali jika ia berada di dekat Andre. Jantungnya berdegub kencang, tapi saat di dekat Haris, ia biasa saja.

"Pak, saya sudah selesai makannya. Pesanan bapak sudah selesai?. " Tanya Revi.

"Oh.. Belum sih kayanya. Oh iya, saya dengar kamu gurunya Karin dan bahkan rela merawat Karin hingga ia sadar dari komanya." Haris menatapnya. Tapi Revi merasa biasa saja dengan tatapan itu meski Haris mempesona dan tampan.

"Ya bener pak. Saya merasa ga tega apalagi saat kebakaran itu cuma dia yang selamat, orangtuanya meninggal di tempat."

"Kasihan sekali, Karin. Saya jadi ingin menjenguk dia."

"Kata dokter, sebentar lagi Karin udah bisa pulang dan sekolah kok, jadi mungkin bapak bisa bertemu dia di sekolah aja. " Jelas Karin.

"Oh gitu. " Jawab Haris singkat.

"Maaf pak, saya duluan ya. Saya harus pulang. Permisi." Revi beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kantin.

Hari itu Revi bisa pulang ke rumahnya karena Karin yang masih dirawat dan dijaga tante Dian.

Andre siang itu sedang mengecek para pasiennya. Andre adalah dokter bedah, tapi karena ia baru dua tahun bekerja di RS itu, jadi ia ingin berkarier dulu baru menikah.

Sementara itu di kamar inap Karin, tante Dian bertelponan dengan anaknya yang bernama Elvi, ia lebih tua 3 tahun dari Karin. Anaknya hanya Elvi. Umurnya 9 tahun. Kini ia hanya berdua dengan ayahnya. Ia merindukan ibunya dan menelpon ibunya.

Dua Malaikat Untuk KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang