#8 ; bukan lembaran baru

156 73 26
                                    

Revi di rumahnya sedang sibuk membersihkan rumah, memberi makan burung dan cupang bapaknya, tiba-tiba ditelpon seseorang. Ia melihat layar telpon, ternyata bapaknya.

Bapaknya menelpon untuk memberitahu kalau mereka sudah masih di jalan dan menyakan kabar di rumah. "Iya, boss. Ini lagi beberes rumah sekalian ngasih Wiwit (burung) sama Kuning, Gatot  (cupang) makan."

"Anak pinter. Yaudah baik-baik di rumah ya." Pesan bapaknya.

"Siap boss." Jawab Revi.

Tepat setelah ia menutup telpon, Andre menelpon. Ada apa nih? Baru ditinggal udah nelpon. Gumam Revi.

"Halo, Dre. Ada apa?."

"Karin.. Karin.. Sadar. " Ucapnya terbata-bata.

"Serius nih?. Yaampun terimakasih Tuhan." Revi tersenyun bahagia.

"Andre.. Tolong jangan beritahu sama Karin kalau orang tuanya udah meninggal. Aku mohon. Aku bakal cari waktu yang tepat."

"Bukan kamu aja yang berusaha. Tapi kita. Kita yang bakal cari waktu yang tepat buat ceritakan yang terjadi sama Karin. Kita pikirkan bersama ya."

Sejenak, jawaban Andre membuat Revi tenang tapi di dalam hati menggila. Ia sudah lama tidak ditenangkan oleh lelaki. Maklum saja, ia sudah tiga tahun menjomblo.

"Iya. Aku percaya. Tolong jaga Karin dulu ya. Aku otw ini. Bye. " Karin menutup telponnya lalu bergegas kembali ke RS.

Di rumah sakit.

Karin yang baru saja sadar masih dibantu suster dalam pernapasannya. Pernapasan Karin menjadi kurang baik karena kebakaran itu.
"Sus.. Ini rumah sakit?." Tanya Karin.
"Iya dik. Kamu baru saja sadar dari tidur yang panjang." Jawab suster itu.

Sesudah Andre menelpon Revi, ia menghampiri Karin.

"Hai Karin. Aku seneng banget, kamu akhirnya sadar. Kenalin aku dokter Andre yang merawat kamu saat kamu tidur yang panjang." Andre tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Karin.

Karin meraih tangan itu dengan perlahan. Ia mulai memberanikan diri melihat tubuhnya. Ia melihat tangannya yang akan bersalaman itu.

"Aehh. Tanganku." Teriak Karin terkejut melihat kulit tangannya yang terluka. Ia membuka selimut dan mendapati kakinya penuh luka bakar dan memar serta luka lainnya.

"Kenapa aku begini. Aku kan cuma tidur pak dokter. Kenapa aku?. Errgg!. " Karin mengamuk dan menangis.

"Karin, tolong tenang." Kata Andre seraya memeluk Karin.

Tak lama, Revi sampai di RS. Ia mendapati Karin, seorang suster dan Andre di ruang inap Karin. Andre dan suster itu sedang menenangkan Kari yang mengamuk. Karin histeris melihat kondisi tubuhnya yang luka-luka.

"Karin. Karin." Panggil Revi.

"Karin, ini ibu. Jangan ngamuk lagi, ya. Ibu akan jaga kamu." Revi memeluk Karin dan membelai kepalanya.

"Bu Revi ini ya?. Karin kenapa?. "

Andre bingung, ia yang sudah hampir setengah jam menenangkan Karin bersama suster kalah dengan keberadaan Revi yang baru saja sampai tapi Karin langsung menurut.

"Ada apa dalam diri Revi sehingga anak-anak sanggup ia taklukan?.  Pasti ada sesuatu yang spesial dari dirinya yang tak dimiliki wanita lain." Gumam Andre dalam hati.

"Iya ini bu Revi. Ibu selalu menjaga kamu saat kamu koma. Ibu sayang sekali sama kamu apapun kondisi kamu. Jadi kalau ibu aja sayang sama diri kamu, apa yang harus kamu perbuat?. " Revi melepaskan pelukannya lalu menatap mata Karin penuh arti.

Dua Malaikat Untuk KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang