5. Pelukan

5K 227 1
                                    

Alya terbangun kemudian menatap sekeliling kamarnya dan melihat jam yang berada di atas dinding tepat pukul jam dua pagi. Badannya terasa kaku, susah sekali Alya gerakkan padahal ia ingin mengambil air putih untuk minum tapi ia urungkan karena tidak sanggup.

Alya mengalihkan pandangan ke arah selimut yang dikenakannya saat ini. Siapa yang menyelimuti dirinya? Perasaan semalam ia membiarkan Arga lalu meninggalkan pria tersebut untuk tidur.

OH IYA BAGAIMANA DENGAN ARGA!

Dengan sekuat tenaga Alya bangun untuk mencari ponsel terlebih dahulu dari pada air putih. Ia takut bahwa Arga masih marah kepadanya ditambah lagi kemarin ia meninggalkan Arga tanpa memperdulikan laki-laki tersebut

"Arga kamu udah tidur?"-Alya

"Maaf ya soal yang semalam"-Alya

Alya ingin tidur kembali karena sekarang kepalanya terasa sangat pusing. Ia melangkahkan kaki untuk kembali ke tempat tidur. Namun, saat hampir memejamkan kedua mata ponselnya berdering membuat ia kembali terbangun.

"Halo" jawab Alya lemah tanpa melihat siapa yang menelfon ditengah malam seperti ini.

Tak ada sautan sama sekali dari seberang sana membuat Alya mengernyitkan kening lalu melihat siapa yang menelfonya.

"Astaga Arga"  gumam Alya kaget saat tidak sadar bahwa yang menelfon adalah Arga.

Buat apa Arga menelfon sekarang? Mereka saja jarang melakukan hal ini, bahkan bisa dihitung cuma dua kali mereka melakukan panggilan dan itupun tak luput hanya untuk membuat Alya agar membaca pesannya lalu mematikan secara langsung dengan sepihak sebelum Alya menjawabnya.

"Maaf Arga, aku pikir tadi siapa yang nelf-"

"Lo sakit?"

"Enggak"

Arga mengehembuskan nafas, sedari tadi ia memikirkan wanita yang sedang berbicara sekarang hingga saat ini ia sama sekali tidak bisa tidur.

"Ga, aku boleh tidur la-"

"Al, temani gue tidur" potong Arga lagi sebelum Alya menyelesaikan kalimatnya.

Entah mengapa hari ini gadis tersebut selalu menguasai kepala Arga tanpa henti membuat Arga bingung harus melakukan apa. Lisa yang selalu menjadi prioritas sampai ia tolak untuk mengantar gadis tersebut ke toko buku hanya karena pikirannya yang tidak tenang.

"HA?!" Alya terkejut.

Suasana hening, salah satu dari mereka berdua sama sekali tidak ada yang ingin mengeluarkan suara diluan untuk mencari topik.

Setelah satu jam terdiam, tak terasa mata Alya tidak tahan untuk menahan kantuk. Tanpa sadar Alya sudah tertidur diluan, sedangkan Arga yang mendengar deru nafas Alya membuat ia tertawa kecil.

"Apapun itu, maafin gue ya Al"

***

"Mampus telat gue!" rutuk Alya lalu segera bangkit dari tempat tidurnya.

Tiba-tiba perutnya terasa sangat ngilu, Alya menahan kaki-nya untuk tidak berjalan sambil memegangi perutnya.

HEATHER (END)Where stories live. Discover now