"Permisi pak saya ingin memberitahukan kalau ada sebuah kecelakaan di jalan lili deket pertigaan pak. Korbannya terdapat dua orang yaitu laki-laki dan seorang perempuan dan sepertinya mereka sepasang suami istri pak"

"....."

"Baik pak datang secepatnya ya pak"

"....."

Hyunjin melihat Ryujin yang baru selesai menelfon.

"Ambulans dan polisi akan segera datang ke sini"

Hyunjin mengangguk cepat mendengar penuturan Ryujin. Mereka berdua terlampau panik. Ryujin mendekat ke Hyunjin dan membantu Hyunjin mengeluarkan kedua korban tersebut. Tak lama kemudian mobil ambulance datang beserta beberapa polisi dan para korban segera dilarikan ke rumah sakit.

Hyunjin dan Ryujin sekarang sedang berjalan dengan tergesah-gesah di karidor rumah sakit. Setelah korban di bawa ke rumah sakit tadi mereka berdua langsung ikut kepada polisi untuk dimintai keterangan terkait kecelakaan tadi. Dan sebagai saksi mata mereka mau memberikan kesaksian kepada pihak polisi.

"Hiks....hiks... eomma.... appa"

"Hiks...hiks"

Dapat mereka dengar suara tangisan yang berasal tak jauh di depan mereka. Terdapat seorang anak perempuan yang kelihatan masih smp sedang menangis sendirian. Mereka berdua mendekat dan duduk di samping anak itu.

"Kamu anak dari korban kecelakaan tadi ya?" Tanya Ryujin hati-hati.

Anak itu melihat Ryujin masih dengan isakan tangisannya membuat mereka berdua iba. Dengan pelan anak itu mengangguk dan langsung menunduk. Isakan demi isakan dan panggilan dari mulut anak itu sungguh membuat keduanya ingin ikut menangis. Siapapun yang mendengar tangisan anak ini pasti akan ikut sedih. Hyunjin merangkul pundak anak perempuan itu kemudian di elusnya pelan untuk menguatkannya.

Ryujin ikut mengenggam tangan anak itu sambil membisikkan kata-kata penyemangat. Tak lama kemudian dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan yang berada di depan mereka. Dengan cepat mereka bertiga segera berdiri dan menghampiri dokter itu. Anak perempuan yang menangis tadi juga nampak langsung memeluk dokter dan bertanya mengenai kondisi orang tuanya.

Dokter itu jongkok mensejajarkan tinggi anak perempuan itu dan mengarahkan tangannya untuk mengelus kepala anak itu. Mata sang dokter juga berkaca-kaca dan pada saat anak itu mengulang kembali pertanyaannya sang dokter tak bisa lagi membendung air matanya dan langsung memeluk anak perempuan tadi sambil bergumam maaf.

"Gimana keadaan appa dan eomma kak?, katakan apa yang terjadi pada mereka berdua!"

"Hiks...m...maafin kakak ya dek. Kakak gak bisa selamatin mereka"

Mendengar jawaban dokter yang diyakini sebagai kakak dari anak perempuan tadi membuat anak itu langsung menangis kencang. Tangannya bergerak untuk memukul pundak kakaknya. Dia gak percaya dengan apa yang dikatakan kakaknya tadi. Begitupun dengan Hyunjin dan Ryujin yang dari tadi hanya diam menatap kedua kakak beradik yang sedang bersedih ini.

"Gak mungkin, kakak bohong kan?, eomma dan appa pasti baik-baik ajah di dalam"

"Hiks...hiks mereka berdua gak mungkin ninggalin nako di sini kan kak?"

Satu bulir air mata berhasil lolos di pipi mulus Ryujin. Dengan cepat dia langsung mengusap air matanya namun bukannya berhenti air mata itu justru turun semakin banyak. Hatinya ikut sakit mendengar setiap penuturan dari mulut anak itu. Dia tau bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang paling kita sayang. Ryujin sudah mengalami itu. Selintas bayang-bayang kejadian masa lalu di mana kedua orang tuanya meninggalkan dia tiba-tiba membuat hatinya ikutan sakit dan air matanya menjadi saksi kalau dia juga merasakan sakit yang amat dalam mengingat kedua orang tuanya.

Hyunjin yang menyadari Ryujin sedang menangis sambil menunduk di kursi yang sebelumnya mereka duduki segera berjalan menghampirinya. Isakan demi isakan terdengar dari mulut Ryujin membuat Hyunjin tak tahan langsung mengarahkan tangannya untuk memegang pundak kanan Ryujin namun tiba-tiba tangannya berhenti sebelum menyentuh pundak Ryujin karna Ryujin langsung menengok ke arahnya dengan mata sembabnya dan hidung merahnya.

"Eh...lo kenapa?" Tanya Hyunjin ketika berhasil menurunkan tangannya dengan cepat sebelum di sadari oleh Ryujin.

Ryujin menggeleng kecil dan mengusap kasar lelehan air matanya. Ryujin tiba-tiba berdiri dan menghampiri dokter dan anak perempuan tadi yang posisinya masih seperti tadi, bedanya kini mereka sudah tidak berpelukan lagi.

Ryujin membungkuk sopan dan dibalas oleh dokter itu.

"Terima kasih telah menelfon mobil ambulance dan polisi tadi" ucap dokter itu

"Sama-sama dan saya turut berduka cita atas meninggalnya kedua korban" ucap Ryujin yang diangguki oleh Hyunjin yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Dokter itu tersenyum dan lagi-lagi dokter dan anak perempuan tadi terus mengucapkan kata terimah kasih kepada mereka. Padahal kan kedua korban juga tidak selamat tapi andai saja Hyunjin dan Ryujin tidak berada di sana pasti korban masih berada di sana mengingat jalan itu juga lumayan sepi kalau malam hari.

Setelah itu dokter dan anak itu masuk kedalam ruangan yang terdapat jasad orang tua mereka.

Dari tadi Hyunjin terus memerhatikan Ryujin dari samping. Kini mereka berdua tengah berjalan dikaridor rumah sakit menuju pintu keluar rumah sakit ini.

Ryujin yang risih akan tatapan Hyunjin langsung mempercepat langkah kakinya. Sebetulnya dia sangat malu bertatapan sama Hyunjin. Setelah insiden Hyunjin melihat dia menangis membuat Ryujin jadi malu dan berfikir kalau Hyunjin pasti akan mengejeknya sebagai perempuan lemah dan cengeng.

Hyunjin menyusul langkah Ryujin dan ketika mereka berdampingan kembali Ryujin mempercepat langkah kakinya dan tentu saja di ikuti oleh Hyunjin sampai dia tak tahan dan langsung berlari meninggalkan Hyunjin. Hyunjin berhenti sejenak sambil memandang punggung Ryujin yang semakin menjauh dengan kening yang berkerut.

"Cewek jadi-jadian itu kenapa?" Gumam Hyunjin dan tak lama kemudian dia berlari menyusul langkah Ryujin.

"Haishhh bisa-bisanya gue ketahuan nangis tadi sama si dower" Ryujin meringis kecil mengingat kejadian tadi dan tanpa dia sadari perkataannya tadi di dengar oleh Hyunjin yang tiba-tiba langsung berada di belakangnya. Namun sepertinya Ryujin tidak tau kalau ada Hyunjin di belakangnya, buktinya dia terus bermonolog sendiri mengenai kejadian tadi. Sedangkan Hyunjin sudah tersenyum geli mendengar monolog Ryujin.

"Mampus ae lah gue. Si dower itu pasti bakal ngejekin gue di sekolah"

"Siapa yang mau ngejekin lo?"

Ryujin menoleh dengan cepat ke belakangnya dengan tatapan terkejutnya. Langkah kakinya berhenti begitupula Hyunjin yang kini menatap lamat mata Ryujin.

"L...lo..... lo nguping ya?" Tanya Ryujin agak sedikit gugup membuat Hyunjin tertawa mengejek

"Gue gak nguping ya lo nya ajah yang dari tadi ngomong sendiri gak sadar kalau gue di belakang lo" ucap Hyunjin kemudian melangkahkan kakinya menuju motor Ryujin dan menaikinya.

Ryujin terlihat bengong beberapa detik kemudian dia menatap Hyunjin dengan mulut yang cemberut. Dia yakin pasti besok dia gak bakalan bisa hidup tenang. Tinggal tunggu kabarnya saja Hyunjin mengejeknya dan memberitahukan kepada anak-anak satu sekolah kalau Ryujin itu cewek cengeng.

Ryujin menggeleng cepat memikirkan hal itu. Heol dia bakalan nonjok Hyunjin beneran kalau sampai mengejeknya habis-habisan besok. Liat saja.

Tbc guys.....

Vomentnya jan lupa:).
Dan mohon maaf jika pemilihan kata atau kalimatnya kurang tepat atau gak cocok karna sesungguhnya saya hanyalah penulis amatiran yang masih butuh saran sama kalian

Hate or love ||Hyunjin&Ryujin||✔Where stories live. Discover now