CHAPTER 36< DIA YANG SAMA

3.6K 369 8
                                    

"Kenyataan pahit itu kadang hadir secara tiba-tiba, menikam dada dan merasuk ke jiwa."

Hari itu tiba. Hari dimana Dara dan Devon menjalani ujian masing-masing. Sejak kejadian perkelahian dengan lelaki culun itu Dara mulai menjauh dari Devon, bahkan ia tidak keluar kamar. Ia mengurung dirinya, terlebih ia harus belajar untuk ujian sejarah hari ini. Begitupula dengan Devon yang sibuk menyiapkan segala keperluannya, belajar hingga larut malam. Waktu itu Dara tak sengaja mengintip dibalik pintu, ternyata tengah malam Devon masih sibuk berkutat dengan soal-soalnya.

Saat melihat punggung tegap yang membelakanginya itu Dara merasa bersalah, ia terlalu banyak menyita waktu Devon hanya untuk mengajari dirinya. Padahal Olimpiade itu lebih penting daripada ulangan harian sejarah. Namun, cowok itu tetep kekeh mengajari Dara dengan telaten. Dara mengesah pelan, ia kembali dirasuki rasa takut dan hutang budi.

Devon pagi-pagi sekali sudah berangkat, bersama peserta yang lain untuk mengikuti arahan terlebih dahulu. Cowok itu tetap sama, hanya berekspresi datar dengan sorot mata tajam.

Lain halnya dengan Dara yang duduk di bangku depan kelas dengan perasaan was-was menanti hasil ulangan itu. Dara menoleh saat Rea menggenggam tangannya disertai senyuman manis.

"Tenang, lo gak bakal remidi. Lo udah belajar," kata Rea membuat Dara tersenyum sekilas.

Dara kembali diam, sebentar lagi jika bel masuk berbunyi hasil ujian itu akan segera diumumkan. Meskipun Dara yakin ia bisa sedikit mengerti, tetapi ia tak yakin jika jawabannya benar.

Bunyi bel berbunyi, menandakan jam istirahat pertama habis. Hasil ujian akan diumumkan, dan itu menjadi titik awal pembuktiannya pada Darren.

--------*****---------

Arahan dari pak Ahsan telah usai, semua peserta Olimpiade sedang bersiap-siap untuk berangkat. Mereka melakukan doa bersama agar hasilnya bisa memuaskan.

Saat semua siswa-siswi yang ikut menaiki mobil yang telah disiapkan, lain halnya dengan Devon yang lebih memilih menaiki motor sportnya.

"Dev, tunggu!" teriak Dira dengan berlari kecil, Devon menoleh lalu menaikkan satu alisnya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue. AD, inisial untuk siapa?" desak Dira menuntut pertanyaan kemarin.

"Gak penting lo tahu," jawab Devon enteng, kembali melangkahkan kakinya.

Dira berdecak kesal, ia kembali membuntuti cowok itu berusaha mensejajarkan langkahnya. "Dev, pasti gue kan? Aldira?" Devon tersenyum kecut mendengar itu.

"Bangun, udah siang. Jangan ngipi!" Dira mengeram kesal, ia menghentakkan kakinya.

"Minggir!" seru Devon, Dira menggeleng cepat dengan merentangkan kedua tangannya.

"Gue mau ikut nebeng lo." Sebelum menjawab Dira sudah dulu duduk di jok motor itu. Dira bersorak dalam hati penuh kegirangan.

-----*****-----

Pukul setengah satu siang itu menjadi saksi  bahwa cewek itu sedang menitikkan air mata, menatap lembaran hasil ujiannya. Ia masih memandangi kertas putih itu lamat, seakan tak percaya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi tujuh menit yang lalu, kelas sudah sepi karena sudah banyak yang pulang.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang