CHAPTER 05<Berbeda

4.8K 499 25
                                    

"Duniamu itu milikmu, tak perlu iri dengan mereka yang tak menganggap mu."

Dara duduk ditepi ranjangnya, meringis kecil mengobati lututnya akibat insiden tabrak dengan Devon. Cewek berambut sedada itu menaikkan matanya, menatap kosong. Pikirannya berkecamuk seketika, tentang keadaan Ratih. Setelah kejadian malam itu, Ratih nampak biasa saja seolah-olah tak terjadi apapun.

Dara mengesah pelan, menutup salep itu lalu keluar kamar untuk berangkat ke sekolah. Baru saja ia ingin meraih handle pintu, suara Ratih menghentikan gerakan tangannya.

"Sarapan cepet!" titah Ratih ketus tanpa melihat Dara. Cewek itu masih berdiri, merasa aneh dengan sikap neneknya itu.

Dara menipiskan bibirnya, berjalan menghampiri Ratih yang sudah duduk di meja makan.

"Serius Oma?" tanya Dara berbinar, Ratih mengangguk pelan.

"Satu sendok. Cukup! Lalu pergi sekolah," jawab wanita tua itu seraya menuangkan nasi ke piringnya. Mata Ratih tak menatap Dara sama sekali, seolah-olah mengabaikan cucunya.

Mendengar jawaban itu Dara menelan ludah susah payah. Satu sendok? Dara tetap menerimanya, agar Ratih tak marah lagi padanya.

Dengan pelan Dara menarik kursi kayu, mulai mendudukkan bokongnya kemudian mengambil nasi satu sendok. Dara mengamati nasi itu sebelum ia memasukkan kedalam mulutnya. Cewek itu mengunyah dengan mencoba tersenyum.

"Sudah kan? Berangkat sana!" usir Ratih, mengulurkan tangannya menyuruh Dara cepat-cepat pergi.

Dara tersenyum getir, meraih uluran tangan itu. Ia mencium punggung wanita tua itu dengan kulit putih yang mulai mengeriput dimakan usia menghiasi tangannya.

"Makasih Oma, Dara kenyang." Ratih tak membalas ucapan itu, ia terus menatap punggung cucunya yang kian menghilang ditelan pintu.

***

"Dev, besok kamu sibuk gak?" tanya Dira berusaha menyamakan langkahnya dengan Devon. Cowok itu masih diam, menatap lurus dan terus berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

"Dev, minggu depan kita ada Olimpiade lagi loh, belajar bareng ya? Di apartemen kamu aja gimana?" Devon memberhentikan langkahnya, berbalik menatap Dira dengan malas.

"Berisik!" sentak cowok itu, Dira malah tersenyum manis. Setelah mengatakan itu Devon kembali berjalan mendahului Dira.

"Ayolah Dev, aku ke sana ya? Oke, tunggu pokoknya." Devon menulikan pendengarannya dan terus berjalan hingga memasuki kelas.

Dira dan Devon itu satu kelas. Mereka bisa dibilang siswa terpintar di SMA Bintang. Jika ada ajang Olimpiade pasti yang dicari adalah Dira dan Devon. Namun, kadang kala cowok itu menolak dengan berbagai alasan.

Devon melempar kasar tasnya, yang membuat seisi kelas tersentak kaget. Cowok itu hanya menampakkan ekspresi santai, lalu ikut menjatuhkan tubuhnya.

"Wehh, santai dong!" celetuk Zion sambil mengelus dadanya.

"Dev, lo gak papa?" tanya Agam memastikan, Devon mengangguk pelan. "Gimana kalo kita ntar ke cafe," usul Agam seraya menjentikkan jarinya.

DIARY DARA [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang