1. Kamar 9 - Nabila-Ufi(Nafi)

Start from the beginning
                                    

💎💎💎

"Kenapa?"

Gue yang masih menenteng bungkusan siomay, membelah kerumunan penghuni kost yang kini memasang wajah lempeng. Why?

"Liat aja mbak,"

Gue menatap Tasa yang memeluk Habib dengan ketakutan sambil nangis. Napa lagi tuh anak? Rebecca jatuh lagi di got?

"Hiks,"

"Udah, ikhlasin ah. Nanti cari lagi,"

Ini beneran gak ada yang mau jelasin sama gue apa yang terjadi gitu? Gue masih gak paham kenapa tuh bocah nangis.

"Napa sih Bib?" gue nanya karena udah bosan natap mereka peluk-pelukan. Bukannya cemburu ya, cuman mau mengerti keadaan.

"Itu mbak, si Nana mati."

"Nana?"

"Belalangnya Tasa mbak," jawab Nadya

Belalang? Mati? Lah terus? Kan udah ajalnya. Elah, gitu aja ditangisin. Gue kira masalahnya besar kek Tasa tiba-tiba hilang nyawa gitu.

"Abang! Hiks, Tasa gak tega, Tasa udah rindu."

"Eh bocah! Belalang banyak tuh dilapangan depan komplek, nyari lagi sono. Nangis aja kerjaannya."

Tau kan siapa yang ngegas? Tau dong! Tasa langsung kicep dong, tangisannya juga berhenti mendadak setelah ditegur sama om Dapin.

"Tas?"

Tasa tidak menjawab panggilan Habib, tapi memeluk erat suaminya dan gue yakin dia nangis lagi tapi dalam diam.

"Ayah ih, udah sana masuk kamar. Suara ayah bikin takut anak orang aja. Sana!" usir Garis membuat Dapin mau tidak mau menuruti perkataan istrinya.

"Sabar ya Tas, turut berduka cita deh."

"Semoga Nana tenang di alam sana,"

"Tuhan lebih sayang Nana, jadi dipanggil duluan. Sabar ya,"

"Bakalan dapat Nana yang baru kok, tenang aja."

Bla, bla, bla. Semua orang mengucapkan turut berduka cita padahal yang mati cuman belalang astaga. Gue benar-benar pengen menghilang sekarang, gini banget ya hidup.

"Bib, emang belalangnya kenapa bisa mati?" Gue nanya setelah rombongan penghuni kost sudah membubarkan diri.

Habib menggaruk kepala sebentar, "Itu mbak, Tasa gak sengaja nyemprot pake baygon. Katanya Tasa mau nyemprot semut yang lewat depan Nana saat makan, tapi Nananya ikut kesemprot."

"Huwaaa, abang jangan ceritain.Tasa sedih!" teriak Tasa dengan tangisnya.

Gue diam dulu mencerna ucapan Habib baru deh ketawa sambil meringis mo nangis. Ya Allah, hidup gue kenapa gini? Hiks, perkara belalang doang. Ampun deh.

"Mbak sehat?"

Hiks, kagak! Gue stress!

"Turut berduka cita, semoga Nana diterima disisiNya," ucap gue dramatis sambil memberikan sebungkus siomay yang ditinggalkan Habib tadi.

"Makasih mbak,"

Gue ngangguk sambil berjalan linglung, Buna? Buna tolong anakmu ini. Tolong transfer keluar negeri juga. Rasa-rasanya udah gak sanggup menanggung banyaknya beban di dalam kost.

Gue yang baru saja menginjakkan kaki di lantai depan kamar berbalik cepat saat melihat Galang berjalan terburu-buru ke gerbang.

"Lang? Mau kemana?"

Livin with Caratto✅Where stories live. Discover now