[Diary 41] Why We Separated

630 219 46
                                    

Aku tidak tahu mengapa, namun suara Minjeong seakan menggema di kepalaku, terdengar begitu dekat dan memenuhi setiap darah yang mengalir dari tubuhku.

"Teruslah hidup seperti ini Jung Sarang, teruslah hidup dengan menyusahkan orang lain hingga kau mati, kau tidak akan berhenti membuat orang menderita jika kau tidak mati, cepatlah pergi ke ajalmu dengan sengsara, pelacur sialan."

Aku bersandar pada pintu sambil terus menatap wajah Minjeong dan menjadi sunyi, dia menatapku masih dengan rasa benci yang sangat jelas kemudian dia melangkah keluar dari pekarangan rumahku tanpa mengatakan apapun lagi.

Seumur hidupku tidak pernah aku melihat tatapan benci yang begitu menakutkan hingga tubuhku seperti gemetar.

Sebenarnya apa yang Minjeong khawatirkan hingga dia datang ke sini untuk memarahiku? Padahal siapapun tahu kalau aku juga membenci diriku sendiri.

Aku membenci diriku sendiri hingga seluruh hal yang ada di dalam diriku.

"Hahahahaha."

****

Cookies 1

Suasana rumah Beomgyu yang begitu besar dan sunyi kini teralihkan oleh kehadiran Minjeong di siang hari ini, pada awalnya dia tidak menduga sama sekali kalau Minjeong akan berkunjung, padahal Beomgyu sudah tidak memperdulikan pesan darinya.

Kini gadis itu menatap Beomgyu lekat-lekat tanpa beralih, meniti setiap wajah tampan Beomgyu yang terdapat beberapa luka lebam yang sudah diobati, lelaki itu meraih cangkir teh dan meminumnya tanpa merasa tertarik pada Minjeong sama sekali.

"Jadi begini sifat aslimu?" tanya Minjeong pada lelaki itu tanpa habis pikir.

Beomgyu hanya diam saja dan tetap tidak memperdulikan kehadiran Minjeong, seakan gadis itu hanyalah angin.

"Mengapa kau lakukan ini? Padahal kau pacarku, kau milikku, harusnya kau membelaku bukannya membela Sarang!"

"Kau begitu mengapa kau lakukan hal yang sama padaku dua tahun lalu, padahal kau tahu kalau kau pacarku, tapi mengapa kau malah merayu Heeseung?"

"Itu karena-"

"Kau pikir aku tidak tahu kalau menciumnya di depan Café Kak Yeonjun di hari ulang tahunku? Aku memang tidak melihatnya tetapi CCTV di depan Café melihat dengan sangat jelas, asal kau tahu itu."

Minjeong kehabisan kata-kata, dia tidak dapat membela diri sama sekali atas segala perkataan Beomgyu, terlebih lagi saat ini lelaki itu menatap kedua matanya tanpa ampun, seakan ingin menghabisinya sekarang juga.

"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu kalau semua itu hanyalah masa lalu?"

Perlahan-lahan kedua mata Minjeong memerah berkaca-kaca, dia menarik napas agar berhenti merasa terpojok, namun tatapan Beomgyu justru membuatnya gusar.

"Aku tahu kalau aku melakukan kesalahan tetapi aku sudah meminta maaf padamu, apa kau tidak ingat? Kau bahkan tersenyum padaku dan mengatakan kalau kau sudah tidak apa-apa. Kupikir itu artinya ... kau bisa kembali padaku," ujar gadis itu sambil menghapus air mata.

Beomgyu tak bergeming sama sekali, dia hanya menatap Minjeong seakan dia sudah tidak bisa merasakan apapun.

Dia membuat Minjeong menjadi semakin tidak bisa mengendalikan emosi, gadis itu berdiri dari sofa tempatnya duduk lalu berpindah pada sofa tempat Beomgyu, dia duduk tepat di sampingnya agar bisa menatap lelaki itu lebih dekat.

"Apa aku salah kalau menyukaimu setelah aku melakukan kesalahan? Aku juga manusia, apakah kita tidak bisa memulai semuanya lagi dari awal?" tanya Minjeong dengan suara pelan tepat di depan Beomgyu.

Dia mulai meraih wajah lelaki itu, mengusap pipinya beberapa kali begitu pelan dan semakin mendekat, mengikis jarak di antara mereka.

Saat hidung itu sedikit lagi akan saling menyentuh, Beomgyu mengalihkan wajah lalu melepas tangan Minjeong dari kedua pipinya.

"Kita akhiri saja, maaf, aku sudah tidak bisa berpura-pura lagi di depanmu," ucap Beomgyu seraya berdiri dan meminta Bibi Song merapikan meja ruang tamu meskipun Minjeong masih duduk di sana.

Gadis itu lagi-lagi berusaha agar tidak meledakkan emosi sambil menatap kepergian Beomgyu, sekarang semuanya sudah benar-benar berakhir.

Balas dendam Beomgyu atau hukuman dari Fortune Diary padanya telah selesai.

Padahal Beomgyu ingin sedikit lagi mempermainkan Minjeong, dia ingin lebih lama membuat gadis itu terombang-ambing namun melihat wajahnya serta sentuhan lembut dari tangan Minjeong pada pipi Beomgyu membuat dia sadar, bahwa dia merasa jijik dan benci sekali.

Hatinya sudah benar-benar menggelap hingga tidak ada satupun cahaya yang tersisa.

Minjeong terlihat sedih sekali ketika dia memutuskan pulang.

Air mata terus saja berjatuhan hingga supir yang mengantar jemputnya memberikan tisu, dia meracau dan mengatakan kalau Beomgyu sudah tega memutuskan hubungan mereka begitu saja, tanpa ada pertimbangan.

Akan tetapi beberapa saat kemudian, ketika dia menatap ke arah jalanan yang luas, dia seakan teringat pada seseorang.

"Pak Yoon, aku ingin mampir ke perumahan Juwoon sebentar saja," ucapnya.

"Perumahan Juwoon?"

"Iya, tolong agak cepat."

Dia meraih tisu untuk kesekian kalinya, menghapus sisa air mata dengan kasar, perlahan-lahan tatapan sendu penuh kesedihan itu berubah menjadi raut wajah penuh benci.

Kini dia sedang dalam perjalanan menuju rumah Jung Sarang.

.

.

TBC

Bye bye penumpang kapal Beomgyu-Minjeong.

Kalian sudah sampe di pelabuhan terdekat.

Fortune Diary [TXT - Beomgyu]Where stories live. Discover now