1. D e w i t a r i

11 7 0
                                    

Playlist:
Adam Levin - Lost Star

Happy reading!
.
.
.

Jagad gelisah, pasalnya orang yang ia cari tidak ada. Ini keadaan mendesak menurutnya. Tepat seminggu lalu pengumuman lomba fotografi bergengsi akan di buka dua bulan mendatang. Dan tahun ini Ray Jagad Dierja sangat berambisi untuk menang. Dua kategori yang membuatnya sangat berambisi yaitu Travel dan Landscape.

Bening Bhaniwati lah yang Jagad butuhkan. Gadis dengan prestasi tari tradisional jawanya, membuat seorang Jagad hampir gila mencarinya, padahal mereka satu sekolah hanya berbeda kelas dan angkatan saja tapi rasanya sulit sekali menemukan Bening. Sudah Dua hari Jagad berusaha bertemu dengan Bening untuk membahas masalah model untuk fotografi nya nanti. Namun Bening absen dari sekolah karena ada urusan keluarga.

Selama dua hari pula Jagad mencoba menghubungi Bening via chat online maupun SMS tapi tak kunjung ada jawaban. Jagad tidak menelfon bukan karena gengsi namun ia menghargai sebuah privasi sebab tak semua orang suka dan mau mengangkat telpon dari nomer yang tidak di kenal.

Tak kunjung ada jawaban, Jagad berinisiatif datang ke rumah Bening dengan segala kemungkinan. Kemungkinan disini adalah mungkin saja Bening memang belum berada di rumah atau sebuah penolakan.

Dan sinilah Jagad, menepi di gubug sawah pinggir jalan ditemani tetesan hujan yang mulai deras berjatuhan. Sekelilingnya sawah, hijau tanaman padi sejauh mata memandang. Suara gemercik hujan tanpa petir bercampur hembusan angin dingin membelai kulit. Aroma khas hujan merasuk kedalam indra penciuman seakan candu untuk menenangkan pikiran. Sesaat gelisahnya hilang berganti denngan tenang.

Motor vespa matic putih kepunyaan nya terguyur hujan di depan mata bersanding dengan jalanan sepi yang yang memburam karena hujan yang kian deras. Jagad mengambil kameranya, membidik apa yang sekiranya bagus untuk di abadikan sembari menunggu reda hujan untuk melanjutkan perjalanan.

Ponsel yang ada di saku celananya terasa bergetar, tertera nama 'Mas Bimo' disana.

"Halo Mas, ada apa?" Tanya Jagad sesaat setelah mengangkat panggilan.

"Kamu absen fotografi sore ini Gad?"  Mas Bimo adalah pembimbing eskul fotografi di sekolahnya, dan sore ini adalah jadwal bimbingan. Namun Jagad absen dan lupa memberi tahu Mas Bimo.

"iya Mas, aku mau ke rumah Bening. Maaf Mas aku lupa ijin tadi."

"si anak tari itu ya? Yowes Gad, semoga berhasil. Mas mau lanjutin bimbingan dulu."

"Matursuwon Mas, titip salam sama yang lain." Jagad menaruh kembali ponsel ke dalam saku celana jeans hitam nya.

Hujan mulai mereda, jalanan terlihat licin dan berair. Suasana sore ini sangat teduh dan cukup berangin. Awan masih terlihat abu-abu di atas sana kemungkinan akan turun hujan lagi. Tak mau membuang waktu Jagad bergegas kembali melanjutkan perjalanan. Vespa matic putih nya berjalan membelah jalanan licin yang di apit hamparan sawah.

Jagad sampai di depan sebuah rumah joglo persis di sisi kanan jalan, rumah ini memiliki halaman depan yang cukup luas dengan bunga warna-warni yang tertata rapi. Rumah ini tanpa pagar ataupun gerbang, Jagad memarkirkan si putih di halaman rumah ini. Hujan kembali mengguyur kali ini tidak terlalu deras.

"Assalamualaikum." Jagad mengetuk pintu sebanyak tiga kali dan menunggu sambil mengamati sekitar. Pintu rumah ini besar dan banyak ukiran seperti sebuah pintu antik.

Terdengar langkah kaki dari arah dalam yang setengah berlari. "Waalaikumsalam, cari siapa Le?" Tanya wanita yang kira-kira sudah kepala empat setelah membuka pintu.

Cystal memoriOn viuen les histories. Descobreix ara