2

8 3 0
                                    

"Mas Jeje." Teriak seseorang.

Mendengar panggilan khusus untuknya membuat Jefri tahu siapa pemilik suara tersebut. Ia membalikkan badanya dan dugannya benar dia adalah Vera kekasihnya yang tengah berlari menghampiri dirinya.

Saat berada dihadapan Jefri, Vera menunduk seraya memegang lengan Jefri, mengatur nafasnya setelah berlari.

"Kenapa?" Tanya Jefri.

"Kata ibu, keluarga kamu pindah kesini. Kok gak bilang sih." Kesal Vera, pasalnya kekasihnya itu tak bercerita dan malah ia tahunya dari orang tuanya.

Jefri yang melihat raut wajah kesal kekasihnya itu, merasa gemas. Lantas ia mencubit kedua pipinya dengan pelan. "Iya baru kemarin pindahannya, Sayang. Lagian aku gak mau ngerepotin kamu."

"Ihh gak bakal ngerepotin. Malah aku jadi gak enak, gak bisa bantu-bantu Ibu kamu." Ucap Vera masih dengan memasang wajah kesal.

Jefri mengusap kepala Vera lembut, mereda kekesalan Vera kepada dirinya. "Jangan kesal dong, gimana kalo sekarang kamu bantu aku beres-beres aja." Ajak Jefri.

"Eh kamu mau kemana? Mau pindah juga?" Tanya Vera kaget.

"Iya, kan aku udah ada rumah disini. Baru tadi loh kita bahas keluarga aku pindah."

"Hehehe, maaf." Cengir Vera. "Terus sekarang kamu mau kemana?" Tanyanya lagi.

"Aku mau ke kostan, kamu mau ikut?" Ajak Jefri kembali.

"Yah aku gak bisa, masih ada kelas. Nanti pulang ngampus aku main ke rumah kamu, tapi jemput ya." Cengir Vera diakhir kalimat.

"Yaudah, nanti aku jemput. Kalo gitu kesayangan Mas Jeje semangat belajarnya ya, jangan males-males." Ucap Jefri tersenyum.

Vera balas tersenyum. "Oke siap, aku pergi dulu ya bentar lagi masuk. Lumayan memakan waktu nih dari fakultas kamu ke fakultas aku."

Vera pun pergi dari hadapan Jefri, namun tak berapa lama ia membalikkan badan menghampiri Jefri kembali seraya berkata. "Jangan kangen sama aku ya, nanti sore juga ketemuan, bye-bye kesayangan Rara."

Jefri terkekeh mendengar penuturan kekasihnya itu. Kekasih yang ia pacari 2 tahun terakhir ini. Berawal dari teman SMA yang bertetangga dan sama-sama mempunyai tujuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas yang diinginkan.

Menatap kepergian Vera hingga hilang di belokan koridor, Jefri melangkah kembali-yang sempat tertunda-menuju parkiran dan menghantarkannya ke kostan.

***

Nadi menaiki anak tangga, melangkahkan kakinya menuju kamar kostan. Namun saat sudah menginjakkan kaki ditangga terakhir, dia melihat ada tas, koper dan barang-barang lainnya di depan pintu kamar kostnya.

"Jef, itu koper sama barang-barang lo kok ada diluar? Lo mau kemana?" Tanya Nadi.

"Gue mau pindah."

"HAH? Pindah? Yang bener lo."

"Bener."

"Naha pindah? Maneh geus teu betah? Maneh teu karunya ka urang? Mun maneh pindah, urang mayar kostanna sorangan atuh."
(Kenapa pindah? Lo udah gak nyaman? Lo gak kasian sama gue? Kalo lo pindah, gue bayar kostannya sendiri dong).

Jefri mengacak rambutnya saat bahasa ibu Nadi keluar. "Nad, plis ngomong yang bener. Pake bahasa yang dimengerti. Gue pusing dengerinnya."

Bukannya Jefri tidak mengerti, tapi dirinya ini masih dalam tahap belajar. Bahasa daerahnya saja dia masih belajar, apalagi daerah lain. Waktu kecil dirinya selalu memakai bahasa Indonesia, hingga sempat diejek oleh teman sekolahnya. Dan juga rata-rata di kampusnya memakai bahasa Indonesia dan bahasa gaul semacam lo-gue.

Jatuh CintaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora