28. Jatuh cinta

298K 32.5K 10.4K
                                    

"Masa lalu gue nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan lo. Masih kalah jauh."

Raga Aditama

°
°
°

[BAGIAN DUA DELAPAN]


Setelah sholat isya berjamaah, Raga menemani Aira nonton drakor di ruang tengah. Sepanjang film itu berlangsung, senyum di wajah Raga kian merekah. Bagaimana tidak? Dirinya sudah bisa menjadi imam solat, benar-benar kemajuan yang begitu pesat.

"Ra, daripada lo nonton ginian yang nggak ada faedahnya sama sekali. Mending kita ke kamar, gue pengen ngomong sesuatu sama lo."

"Bentar, Ga. Ini udah mau selesai kok."

"Bintir, Gi. Ini idih mii silisii kik. Dari sejam yang lalu lo ngomong gitu ke gue, Ra."

"Bacot banget lo, Ra."

Bukannya marah, justru Aira tertawa geli melihat ekspresi Raga. Satu keripik kentang yang ia lempar, berhasil mengenai mulut suaminya. "Biasa aja kali ngomongnya."

Jadi begini ya sifat asli Aira? Tak kalah menyebalkan dari dirinya.

"Cepetan ah!"

"Iya-iya sebentar lagi juga-AAA RAGAAA."

Tiba-tiba saja mati lampu, spontan membuat Aira lompat ke pangkuan Raga.

"Ga, kok mati?"

"Kayaknya ada pemadaman bergilir, Ra."

"Terus gimana dong?"

"Gimana apanya?"

"Aku pegel kalo posisinya gini."

Raga menjitak pelan kepala Aira, "gue kali yang pegel! mentang-mentang mati lampu, main nyosor seenaknya. Untung badan lo kecil kayak umbi-umbian."

"Gelap, Ga. Aku takut."

"Lebay banget lo!"

Aira manyun, Raga tak bisa diajak romantis seperti suami di cerita wattpad yang biasa ia baca.

"Ada gue di sini, jangan takut."

Aira mendusel-dusel ke dalam ceruk leher Raga, mencari kenyamanan.

"Sial, titik sensitif gue."

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, Ra. Capek tiap mau ngungkapin ada aja yang ganggu. Bodoamat sama mati lampu, gue mau jujur sama lo. Sebenarnya gue-"

Terdengar dengkuran halus. Sial. Aira malah tidur. Gagal lagi. "Ngerepotin banget, sih, lo. Untung istri gue."

Raga menggendong Aira menuju kamar mereka, meletakkan gadis itu di atas kasur secara perlahan, seolah Aira adalah barang berharga yang harus dijaga dengan begitu hati-hati.

Meskipun gelap gulita, Raga bisa melihat wajah Aira yang tenang. Ia mengelus pipi istrinya, mengecup beberapa kali. "Jahat banget gue dulu, karena cemburu sama Keenan gue jadi kasar sama lo, Ra."

Raga beralih mengelus bibir Aira menggunakan ibu jarinya, "bibir lo sampe berdarah karena ulah gue, Ra."

Rasanya, hanya mengelus saja tidak cukup. Dosa tidak jika mengambil kesempatan dalam kegelapan seperti ini?

Raga mendekatkan wajahnya pada Aira, bahkan ia bisa ikut merasakan alunan napas Aira yang teratur.

"Hayo, kamu mau ngapain?"

RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang