24. Keenan dan Kenangan

289K 30.1K 9.8K
                                    

"Memilikimu seutuhnya bukan suatu hal yang mudah, selama kamu masih milik dia."

— Keenan Alvaro

°
°
°

[BAGIAN DUA EMPAT]


Sedari tadi Aira tak menyapanya sama sekali. Sebenarnya apa yang terjadi pada istrinya? Haruskah Raga memancing keributan terlebih dulu agar Aira mau berbicara dengannya? Sungguh, dikacangi oleh Aira adalah hal yang Raga benci setelah pelajaran matematika.

Raga meletakkan sendoknya di atas piring. Tangannya meraih tisu lalu menghapus sisa minyak yang menempel pada bibirnya. “Kok bisa semalem gue tidur di kamar?” ujar Raga tak tahan lagi dengan keheningan di meja makan.

Aira masih sibuk mengunyah roti berisi selai strawberry kesukaannya. Malas meladeni ucapan Raga yang tak ada faedahnya sama sekali. Aira masih kesal dengan tamparan yang dilayangkan suaminya tadi malam, apa Raga tak sadar dengan kesalahan yang telah ia perbuat?

"Lo budeg, ya?"

"Aira!"

"Kamu nggak lihat aku lagi makan? Kalo lagi makan nggak boleh ngomong, bukannya kamu nggak suka ya kalo kita ngucapin sepatah kata pun di meja makan?"

SKAKMAT!

Aira memejamkan matanya, ia rasa nada bicaranya barusan terdengar sedikit kasar. “Sorry, tadi kamu nanya apa, Ga?” ralat Aira.

Raga memutar bola matanya malas. "Nggak jadi, udah ketelen."

Aira mengendikkan bahunya acuh, "yaudah."

"Lo kenapa, sih, Ra?"

"Kenapa apanya?"

"Lo lagi pms? Pms mulu perasaan."

"Yang bilang lagi pms siapa, sih, Ga?"

Nikmatnya keributan ini, ayo lanjutkan. Awali pagi harimu dengan ribut bareng suami.

"Lo itu aneh, masih pagi udah sensi aja. Gue nanya baik-baik padahal."

"Kamu nanya di saat aku masih ngunyah makanan, Raga. Gimana aku bisa jawab pertanyaan kamu?" ujar Aira membela diri.

Gadis itu sudah muak dengan sikap Raga yang selalu menyalahkan dirinya hanya karena hal sepele.

"Ya, kan, lo bisa ngomong baik-baik. Nggak perlu nyindir gue segala."

"Kamu itu kenapa, sih, kayak anak kecil, Ga? Semalam marah-marah, pagi ini juga marah-marah. Emang, ya, aku itu nggak pernah bener dimata kamu. Salahin aja aku terus. Emang pada dasarnya cowok itu egois. Maunya menang sendiri. Nggak pernah mau ngertiin perempuan."

Aira menyelesaikan sarapannya, meraih tas gendongnya, lalu buru-buru keluar dari apartemen. Meninggalkan Raga yang sedang melongo di meja makan.

Seperti ada yang kurang, pagi ini Aira tak mengecup punggung tangannya seperti biasanya.

"Astagfirullah bini gue, kalo udah marah mulutnya pedes banget."

※※※

Aira sedang mengendap-endap. Ia takut Raga akan menangkap basah dirinya karena berangkat menggunakan angkutan umum. Ya mau bagaimana lagi? Ini adalah satu-satunya cara agar Aira bisa menghindar dari Raga untuk sementara waktu.

Aira menghentikan langkahnya ketika sudah berada di ambang pintu kelasnya. Masih sepi rupanya, hanya ada beberapa murid teladan yang sedang mengerjakan tugas piket.

RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang