PART 1

108 61 187
                                    

HAPPY READING💙

Jam 00.00
Tanggal 21 bulan November.

Suara kembang api terdengar menggelegar di langit. Langit kali ini terlihat penuh hiasan karna kerlap kerlip kembang api itu.

Vara keluar rumah dengan langkah cepat, senyum di wajahnya tak pudar. Kini ia sudah berada di pintu. Vara melihat Evan, Dika, serta Papa Mamanya berada di teras.

Terlihat di atas meja sana ada kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka tujuh belas, serta hiasan-hiasan ulang tahun berwarna hitam dan putih yang lumayan mewah.

"SELAMAT ULANG TAHUN," ucap Papa dan mamanya, bersamaan dengan lampu-lampu di langit yang bertuliskan 'HAPPY SWEET SEVENTEN' yang sangatt cantik.

"Ya ampun, Mah, Pah. Seharusnya gak usah serepot ini." Evan memeluk kedua orang tuanya dengan penuh sayang. Hari ini tepat hari ulang tahun ke-17 Evan---abang Vara. Setiap tahun memang selalu di rayakan dengan berbagai perayaan.

"Gak repot kok sayang. Mama seneng malah ngerayain ulang tahun kamu. Selamat ulang tahun, ya, nak. Semoga hidup kamu selalu diwarnai dengan kebahagiaan," ujar Rani---Mama Vara, Evan dan Dika.

"Aamiinn. Makasih, Mama," ucapnya, lalu mencium kening Rani.

"Selamat ulang tahun jagoan, Papa. Sekarang kamu sudah besar do'a Papa tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya," mereka tertawa mendengar ucapan dari Hendra---Papanya.

"Abang, selamat ulang tahun juga. Tapi maafin Dika, gak bisa kasih apa-apa untuk abang," ucapnya gemas.

Evan mengangkat Dika untuk digendong. "Its oke komandan Dika."

Vara melihat dari ambang pintu ikut senang. Kakinya mulai melangkah menghampiri keluarganya.

Saat sudah disana Hendra dan Rani melihat Vara tidak senang. Namun, Vara tetap membalasnya dengan senyuman, yang sedari tadi tak hilang.

Evan berbinar melihat Vara menghampirinya. "Abang selamat ulang tahun, ya. Makin tua makin tau diri lo! Jangan nyebelin mulu." Rani dan Hendra memutar bola matanya mendengar ucapan dari Vara.

Evan terkekeh sebentar, lalu menurunkan Dika dari gendongannya. "Iya, deh. Ngucapin doang, nih? Gak ada kadonya gitu?"

"Ada dong!" Vara menyodorkan tote bag berwarna merah yang sedari tadi ia pegang di belakang badannya.

Evan menerimanya dengan senang, lalu mengeluarkan hadiah dari Vara. "Jam?" Tanya Evan bingung.

Vara mengangguk. "Biar lo gak lupa waktu kalo main sama geng motor lo itu. Emang, sih, harganya gak seberapa sama jam lo yang waktu itu gue rusakin. Di jaga dengan baik, ya!"

"Pasti! Makasih, Var. Gue suka banget." Evan menaruh jamnya di atas meja.

"Udah sana-sana kamu pergi. Merusak momen aja!" Ketus Rani pada Vara.

Vara tersenyum kecut. "Mah, kali ini aja aku ikut ngerayain ulang tahun abang. Aku, 'kan, juga bagian dari keluarga ini."

Hendra dan Rara saling tatap tak lama setelah itu mereka tertawa. "Sadar diri. Kamu itu tidak kami inginkan disini. Kelahiran kamu hanya lah kesialan bagi kami," ucap Hendra tidak memikirkan perasaan Vara.

A MILLION STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang