PROLOG

166 61 184
                                    

Aloha👋!

HAPPY READING💙

Pernah kah kalian kecewa? Sakit hati?
Kenapa?

Di bohongi pacar?
Mendapatkan perkataan yang menyakitkan dari orang-orang tersayang?
Dikhianati?
Di caci maki oleh teman atau sahabat?
Di tikung?
Atau apa?

Dari pertanyaan di atas ada satu orang yang sudah merasakan semuanya. Ingin tahu siapa dia?

Aku hadir dengan Vara. Gadis cantik penuh luka yang selalu memaksa untuk tertawa. Raganya hancur, hatinya hancur. HANCUR! Dan entah bagaimana cara mengobatinya.

Mari bergabung. Untuk merasakan bahagia, sedih, menikmati lika liku hidup Vara yang akan di penuhi dengan suka dan duka.

***

•DIARY•

"Akan aku jelaskan tentang sejuta kisah hidupku. Di Diary berwarna biru yang terletak pada lemari besi berwarna abu-abu."

***

VARA duduk di bangku taman dengan memasang wajah tersenyum. Silir angin menerpa lembut rambut panjang gadis itu.

Matanya terpejam dengan bibir tetap tersenyum cantik, lalu menghela napas pelan.

Sore itu, ia merasa lelah dengan semua hidupnya. Tak ada tempat nyaman untuk menyendiri selain taman. Taman itu selalu menjadi tempat favoritnya, padahal taman itu sudah tidak terawat. Bangku yang ia duduki pun berdebu dan juga berkarat.

Matanya terbuka perlahan, pandangannya beralih pada buku diary yang berada di pangkuannya.

Ia membuka lembar pertama, dan membaca tulisannya.

Aku merasa senang hari ini, untuk yang pertama kalinya di hari ulang tahunku, makan bersama di meja makan. Bersama papa, mama, bang Evan, dan juga Dika.

Kita makan malam bersama, setelah 16tahun ini aku hidup tidak sama sekali pernah merasakan makan dengan keluargaku yang lengkap.

Ada rasa sedih juga sebenarnya. Aku melihat mama mengambilkan nasi dan juga lauk untuk kedua saudara laki-laki ku.

Ingin rasanya aku mengucap, "Ma, aku jga mau di ambilin" tapi aku urungkan. Aku sudah tau jawabannya, sudah pasti tidak mengenakkan.
Tapi, aku bersyukur. Tak apa aku di perlakukan berbeda disini yang penting aku bisa satu meja makan dengan mereka. Melihat kedua orang tuaku makan bersama denganku.

Aku merasa ini benar-benar kado ter-indah yang aku terima.

Aku bahagia....
Sangat!

Vara menghela napasnya pelan setelah membaca lembar pertama di diarynya.

"Bahagia ... Gue gak pantas bahagia!"

.
.
.
.

Hari ini tepat pengumuman kelulusan anak-anak SMA Angkasa. Semua murid bergerombol di depan papan kelulusan, untuk melihat apakah mereka lulus atau tidak, dan tentunya juga melihat nilai akhir. Namun, tidak dengan satu lelaki itu, ia sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya. Kaki jejangnya berjalan menuju rooftop sekolah. Ia tengah merindukan seseorang.

Terhitung setengah tahun lelaki itu kehilangan senyumnya. Hidupnya dipenuhi dengan rasa bersalah, sedih, pilu. Tak sedikit pun merasa bahagia.

Padahal ... Awalnya ia adalah laki-laki humoris, dan penuh semangat. Namun, seketika hilang di renggut semesta. Tidak ada lagi tawa di hidupnya.

"Kenapa semesta ini jahat, Var. Dia biarin gue hidup penuh dengan kesedihan dan penyesalan. Apa lo dulu juga merasakan seperti ini? Bahkan lebih?"

Lelaki itu merasa frustasi. Tangannya mengacak-acak rambutnya dan berteriak sekencang-kencangnya.

Ia duduk dengan menekuk kakinya di depan dada, badannya bergetar menandakan ia sedang menangis.

Persetan dengan kata lemah! Laki-laki juga bisa menangis.

Dengan tangan yang lemas ia mengambil sesuatu di tas-nya. Diary milik perempuan istimewa di hidupnya yang ia tulis khusus untuk lelaki itu.

Lelaki itu membuka lembar terakhir yang belum ia baca.

Hari ini, hari terakhir aku menuliskan kisah 'ku dengan dia. Bukan karena ini lembar terakhir, tetapi esok sepertinya aku akan pergi.

Pergi karena ke inginan 'ku. Aku berharap dengan perginya aku nanti, semua orang akan senang.

Oh iya, hai kamu!

Gimana hari ini? Aku harap kamu senang.

Kamu tahu? Kamu itu berharga buat aku, sangat berharga. 365 hari, bahkan lebih kamu mewarnai hidup aku dengan warna indah bak pelangi, mengganti warna hitam putih yang membelenggu di hidupku.

Aku fikir, aku enggak akan ngerasain bahagia. Tapi, setelah kamu hadir, bahagia itu benar-benar aku rasa. Terima kasih, ya, dan juga kamu berhak untuk bahagia. Selamanya.

Aku gak tahu, umur 'ku akan panjang atau enggak. Tapi, aku sangat berharap bisa lebih panjang lagi agar aku bisa selalu melihat senyum kamu, dengerin suara kamu, ngerasain pelukan kamu, nyium aroma parfum vanila kamu haha. Huft kamu itu candu.

Dan...

Kalau pun hanya sebatas esok, aku sudah ikhlas dengan itu, lagi pula aku sudah sangat rapuh, rasanya tak mampu lagi menahan rasa sakit ini lebih lama lagi.

Aku enggak tahu harus senang atau sedih. Tapi, ya udah lah ya.

Ingat pesan aku, kamu harus bahagia. Jangan berubah, tetap menjadi kamu yang dulu, harus selalu semangat, ya! Kejar mimpi kamu.

Sampai bertemu di tempat yang aku tunggu.

Ia menutup buku itu, tangisnya semakin pecah ia sangat kehilangan wanita terhebat setelah mamanya.

"Kapan gue bisa ketemu lo, Var?"

"Apa gue harus mati sekarang?" Ia benar-benar sangat frustasi. Rasanya memang seperti tidak bisa hidup tanpa Vara.

~~~~~

Hai gaess! Btw ini cerita pertama aku, udah lama si aku bikin cerita ini, tapi baru aku publish. Kalo banyak yang salah dalam penulisan kritik aja oke. Biar aku bisa nulis lebih baik lagi.

Jangan lupa pencet bintangnya, biar aku semangat nulis.

Thank you❤️

A MILLION STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang