"Jadi gue ini penting bar di hidup lo?" Tanya dia.
"Ya iyalah," jawab gue setulus mungkin. Setelah itu mungkin Kanya juga capek dan dia bilang mau langsung tidur setelah percakapan kecil kita.

Keesokan hari nya kita jalan dan bis nya kita boleh pilih sendiri. Alhasil gue dan Kanya memutuskan untuk ikut bis yang sama, diikuti Alara dan Alif. Selama kita jalan-jalan ke beberapa museum, gue dan Kanya sering banget foto bareng karena Faras bawa slr karena dia di tunjuk jadi dokumentasi kegiatan ini. Lalu saat sore jam 5-an, kita berhenti di pantai Jimbaran untuk nunggu sunset.

"Nya ikut gue yuk." Kata gue sambil nunjuk ke batu karang yang besar. Dia hanya mengangguk dan gue menggandeng dia ke karang besar itu. "Bar, capek gue bar." kata dia sambil menaiki karang besar ini.
"Yaudah sini gue gendong."
"Sok kuat lu."
"Daripada lu capek? Udah ah sini," kata gue sambil jongkok dan nunggu dia menaiki punggung gue.
"Kan gue berat ya bar,"
"Yaelah Nya, lu kan udah jauh lebih kurus, sering banget kan gue gendong lu pas tidur."
"Iya bar iya, udah gue bisa sendiri tapi lu tarik dari atas aja." Pinta dia akhirnya gue menyusul ke atas terlebih dahulu dan diikuti oleh Kanya yang perlu di tarik tangannya dulu pas mau naik ke atas karang-karang. Setelah sampai diatas karang besar itu, gue dan Kanya berdiri di ujung karang itu dan menghadap ke laut.

"Bar tau aja ada tempat yang jelas gini buat ngeliat sunset." Ucap Kanya setelah kita duduk di ujung karang tersebut.
"Haha iya Nya, daripada kita rame di bawah; orang pada berisik banget ngomong."
"Yep berisik banget emang."
"Haha coba ada Faras yang fotoin kita berdua gini."
"Ih jahat banget, memanfaatkan orang gitu." Kata Kanya.
"Tapi lo pengen kan?"
"Hm lucu kali ya kalo iya." kata Kanya, setelah itu gue merangkul dia dan melihat lambatnya matahari terbenam di ujung laut sambil mendengar anak-anak pada ngitungin waktu matahari itu akan terbenam.

"5.....4.....3.....2.....1" Teriak mereka dari ujung bawah sana. Kanya dan gue cuma ketawa. Pasti di bawah sana lagi pada seneng-seneng sedangkan kita disini malah cuma mencari keheningan untuk nenangin diri.

"Makasih ya bar." Kata dia tiba-tiba sambil melihat langit yang makin lama, makin gelap.
"Untuk apa?" Tanya gue heran.
"Ya buat gue bawa ke sini." Jawab dia.
"Haha aduh Nya, selo aja."
"Gimana kalo tempat ini jadi meeting point kita di masa depan nanti?"
"Maksud lo apaan Nya?"
"Ya kalo kita kayak pisah sekolah atau kuliah gitu, ini jadi tempat pertemuan kita." Jelas dia.
"Aduh Nya. Gue juga rencananya gamau pisah kuliah sama lo nantinya. Santai aja sayang."
"Kan gue bilangnya 'kalo misalnya' yaa." kata dia sambil pasang muka bete.
"Iya Nya iyaa."
"Eh kebawah yuk kayaknya udah pada mau balik tuh." Kata Kanya dan kita balik ke rombongan kita. Entah siapa itu yang ulang tahun, dia ngajak satu angkatan buat makan malamnya di restoran orangtua nya di pinggir pantai Jimbaran. Setelah kita makan-makan, kita jalan menuju bis. Sepanjang bis itu banyak banget hotel dan restoran-restoran enak yang bikin Kanya mampir-mampir beli snack buat di hotel nanti. Setelah kita pulang, karena Kanya udah tepar kita ganti-gantian mandi dan Kanya malah sibuk ngatur rencana buat besok.

Keesokan harinya kita dikasih waktu untuk liburan sendiri dan ga ada rencana/kegiatan dari sekolah. Sekitar jam 7-an entah kenapa Kanya udah semangat ngajak Alara buat jalan-jalan sekitar Kuta dan Legian. Gue dan Alif dari kemaren udah diajakin Kanya buat jalan-jalan bareng jadi kita putuskan untuk ikut Kanya aja.

Kanya's POV

"ALARAAA AYO AH BANGUNNN!" Teriak gue karena dari tadi dia ga mau bangun untuk gue ajak jalan. Padahal gue udah bikin rencana buat jalan hari ini. Ya kali gak jadi karena Alara gaikut.
"Udah Nya gausah bangunin Alara lagi. Paling dia capek dan lebih mending sendirian disini." kata Alif dari connector door kamar kita yang dari kemaren gapernah kita tutup. "Yaudah Ra, gue jalan sama Alif. Jangan marah ya."
"Btw jangan nangis ya kalo terjadi sesuatu di kamar ini. Katanya kalo di hotel ini lo tinggal sendirian di kamar, bisa tiba-tiba terjadi sesuatu." kata Alif. Bagus Lif,bagus.
"Apasih," Alara ngedumel di bawah selimut
"Tuh ra, nanti ada yang nemenin dan bukan Alif." Kata gue.
"Gak takut apa sendirian? Kan kata guru harus bareng-bareng mulu," sambung Alif tapi Alara tetep aja bergulung di dalam selimut. "Yaudah,Ra. Kita pergi dan hp lo gua bawa."

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang