“Tapi Gib, ini bukan urusan lo,” kata Nashwa.

“Ini urusan gue, Gina terancam karena gue. Jadi sebagai ketua gue harus bertindak,” putus Gibran pada akhirnya.

Nashwa bungkam, cewek itu tidak mengatakan apa-apa. Hingga akhirnya suara teriakan terdengar dari arah samping.

“Nasgor maut ala Chef Gavin dan Resta sudah jadi,” ucap Gavin sambil membawa sebuah piring. “Eh ada Nashwa, sendirian aja Wa? Temen lo mana?”

“Temen gue udah pulang, kebetulan aja gue ke sini cuman mau nganter oleh-oleh,” balas Nashwa. “Kalau gitu gue pulang dulu, udah sore,” pamitnya.

“Mau gue anter Wa?” tawar Noval.

“Nggak usah, lagian gue bawa mobil sendiri,” sahut Nashwa beranjak dari tempatnya.

“Hati-hati Wa,” peringat Gibran. Nashwa berbalik, cewek itu tersenyum. Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya.

“Lah kok malah pulang, padahal gue baru aja selesai masak nasi goreng,” kata Gavin sambil menatap punggung Nashwa yang kian lama menghilang dari pandangan matanya.

Noval merebut piring yang berada di tangan Gavin. “Udah buat gue aja, laper nih.”

Resta mengangkat sebelah alisnya. “Laper apa cemburu ngeliat Nashwa deket sama Gibran?”

“Mana mungkin gue cemburu, nggak ada hak. Lagian gue sama dia cuman temen,” sahut Noval kemudian mulai memakan nasi goreng yang di buat oleh Gavin. “Ini nasi goreng atau garem? Asin banget,” protes Noval.

“Jangan salahin gue kalau asin, Resta kasih garemnya aja kebanyakan,” ucap Gavin sambil menunjuk Resta dengan dagunya.

“Tadi Nashwa ke sini mau ngapain Gib?” tanya Resta.

“Cuman ngasih oleh-oleh,” balas Gibran.

“Nanya tentang Gina lebih tepatnya,” timpal Noval.

Kalimat itu mampu membuat Gavin mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Noval. “Nanya apa emang?”

“Kenapa Gibran nolongin Gina.”

“Lagian masalahnya udah selesaikan? Jadi nggak ada yang perlu di pertanyain lagi,” kata Resta.

“Benerkan Gib? Lo nolongin Gina biar nggak di tawan sama anak Senggal biar bebas,” celetuk Gavin.

Gibran melirik sekilas ke arah Gavin. “Iya, gue cuman nolongin dia biar nggak jadi tawanan anak Senggal.”

“Yakin? Tapi kok gue liat kayaknya lo malah deket sama Gina?” tanya Gavin penasaran.

“Ya kali gue deket sama Gina, gue cuman nolongin dia aja.” Entah kenapa Gavin ragu dengan perkataan Gibran, karena nyatanya, tindakan cowok itu berbanding terbalik dengan ucapannya.

***

“Gibran Hadinata? Setau gue tu cowok keluarganya emang udah ancur dari awal, depresi kali dia jadi nakal kayak gitu,” ucap Marvel teman Rifky.

“Jangan keras-keras kalau ngomong, sampe ada yang denger bisa berabe,” peringat Rifky.

“Kenapa? Takut? Ngapain takut, tu cowok nggak ada apa-apanya kalau nggak jadi ketua Traideger,” kata Marvel.

“Seharusnya gue yang jadi ketua, bukan dia,” ucap Marvel lagi.

“Lo sih pake segala pindah, jadi jabatan lo turun ke Gibran,” ucap Rifky.

Marvel tersenyum sinis mendengarnya. “Walaupun sekarang gue nggak jadi ketua, gue termasuk anggota Traideger.”

Gibran baru saja dari toilet, mendengar ada suara dari balik ruangan basket cowok itu kemudian melangkah mendekat.

GIBRANWhere stories live. Discover now