1||Siapa yang Mendesah di Kamar

Start from the beginning
                                    

"Pelit banget, Kak. Sekali-sekali sedekah sama adik."

"Sedekah gundulmu!"

"Yato bilang bapak, loh. Kak Nesta ngomong kasar "

"Biar!" Nesta sudah tidak tahan. "Nih, kalau kamu mau tau Kak Nesta bukan cuma mau ngomong kasar, tapi juga mau berlaku kasar."

Yato merintih-rintih saat Nesta menjambak rambut adiknya.

"Ampun, Kak."

"Nggak akan!"

*

Gara-gara kesal, Nesta ngamuk sama adiknya. Yato malah berkilah, soalnya dia juga mau coba ramyeon itu, tapi Nesta tidak kasih.

Mau kasih apanya, duit juga pas-pasan, cuma sanggup beli satu. Itu juga harus kumpulin dulu uang dari kembalian beli bawang.

Yah, kalau ketahuan berantem ujungnya begini. Mereka dihukum berdua sama Sarwani. Hukummannya tidak berat, enak malah. Cuma, namanya lagi dikuasai emosi yang enak bisa jadi enek.

"Makan ya, Sayang ...." Sambal segepok Nesta masukin ke mulut Yato.

"Pweh!" Yato kepedesan, waktunya dia balas dendam.

Ambil nasi, masukkan cabe rawit. Suap ke kakaknya.

"Makan juga, Kakaku Sayang." Tersenyum laknat dia.

Pas kegigit cabai rawitnya, mau meledak mulut Nesta.

"Kamu, yah!" Nesta kepal-kepak nasi siap menyuapi Yato lagi.

Yato juga siap siaga mau balas.

"Inget, ya!" Sarwani menginterupsi perang nasi tersebut. "Kalau masih berantem, Bapak tambah nasi sama cabenya."

Bapaknya kejam banget. Mending ini ada tahu atau bakwan buat teman makan cabe. Mana si Yato tidak punya perasaan, bibir seksi kakaknya sampai dower kena cabai.

Eh, dilihat-lihat, Yato juga sudah jadi dobel bibirnya. Satu sama.

"Lagian, kamu juga sama adiknya pelit amat!" Ningsih memarahi Nesta. Tahu dibela, Yato menjulurkan lidah.

"Siapa yang pelit, Bu?" Bersungut-sungut Nesta menjawab. "Cuma ada satu-satunya itu."

"Yato, kamu juga iseng pakai ambil makanan kakak kamu!" Gantian Nesta yang dibela Sarwani.

"Ya, coba kalau mau kasih, enggak mungkin Yato ambil."

"Tetap saja, Bu. Kelakuan Yato enggak bener." Malah jadi Ningsih dan Sarwani yang debat.

"Makanya, Bapak itu punya duit buat jajanin Yato juga."

Nesta sama Yato, kini yang jadi penonton perdebatan orang tua mereka. Semua gara-gara ekonomi yang sulit. Apa-apa jadi sensitif.

Ningsih masih mendebat Sarwani soal ketidakmampuannya menafkahi keluarga. Sementara, Sarwani yang juga mempertahankan pendapatnya soal dia juga yang sudah bertanggung jawab.

"Pak, ini udah, 'kan?" Yato malah ganggu orang dewasa lagi bahas ekonomi. "Kalau udah Yato mau kerjain PR!" Angkat bokong kabur dia dari tempat kejadian perkara meninggalkan kakaknya.

Untung adik cuma satu, kalau ada banyak bakal Nesta sedekahin dia.

*

Hati masih sedih, gara-gara ramyeon dimakan adik tersompret. Saking sedihnya, drakor komedi saja sampai tidak bisa menghibur.

Si Kunyuk yang lagi dibatin malah ketuk pintu.

"Kak Nesta ...."

Bodo amat! Mau adiknya ketuk pintu sampai jarinya gepeng, tidak akan dibuka sama Nesta.

"Damai deh, damai." Yato teriak dari luar.

"Kak!" Dia ketuk lagi pintunya. "Enggak bunuh diri gara-gara mie, 'kan?"

Anak bego. Semiskin-miskinnya Nesta masa iya memilih tewas gara-gara mie?

Tag line beritanya bakal paling buruk sepanjang sejarah.

'Gadis muda cantik memilih untuk mengakhiri hidup hanya karena ramyeon dimaling adik.'

Iyuh! Nesta bergidik. Malu tujuh turunan Sarwani nanti.

"Apa!" Berhubung masih marah, pas buka pintu langsung nyolot.

"Galak amat, sih." Yato cengar-cengir.

"Nih!" Dia bawa sesuatu untuk ditunjukkan pada kakaknya.

"Apaan itu?"

Yato garuk kepala. "Maaf, ya, yang tadi."

"Hih, sulit dimaafkan!"

"Mau tanggung jawab, kok." Bungkusan yang tadi dikasih ke Nesta,

Isinya dua bungkus, Indomei.

Yato kasih penjelasan waktu Nesta bingung. "Buat ganti yang tadi."

Tidak kira-kira. Masa mie tiga puluh ribu diganti sama yang tiga ribu.

"Enggak." Nesta kembalikan.

"Lumayan, tau. Ini aja boleh ngemis ke ibu minta dibeliin mie."

"Ogah!" Nesta kembalikan.

Yato bukannya bujuk, malah main bawa lagi itu mie instant.

"Pakai cabe rawit enak tau. Lumayan ada telor si Maemun, makin mantap."

Jangan kaget, itu Maemun nama ayam peliharaan bapak mereka. Yato yang kasih nama, soalnya setiap hari itu ayam paling diperhatikan pakan sama kandangnya. Sudah mirip wanita simpanan.

"Eh, anaknya Maemun dimakan, kena marah bapak, loh!" Nesta mengancam. Biar kata cuma telur itu, 'kan, masih keturunan Maemun.

"Minta satu doang, besok juga dia bertelor lagi. Cowok dia, 'kan, banyak."

Ih, kupret benar si adik. Tapi, dia ada benarnya juga. Lagian ayam genit gitu, sikat saja anak-anaknya.

"Ambil dua!" Nesta memerintah. Buru-buru dia kejar Yato dan sambar bungkusan yang tadi.

"Mau?" Yato mengejek dengan sebelah alis terangkat.

Nesta sepak bokong adiknya. "Ambil sana."

"Ih, bawel!" Sempat-sempatnya ngomel sambil jalan.

"Kakak yang masak air buat mie-nya."

"Beres!"

Dan pada malam itu, Yato dan Nesta membuat Maemun kehilangan dua calon anaknya.

*

Gimana part pertama, cukup menghibur?

Oh, iya cerita ini murni hanya untuk hiburan di kala santai. Jadi bahasa juga lebih santai.

Salam sehat gembira ....







Arrogant vs Crazy Where stories live. Discover now