PROLOG

68 19 5
                                    

"Bun, Bunda sini Bun, Ayah mau bicara", panggil Ayah dengan suara lirih di pembaringannya.

Bunda yang sedari tadi menangis di samping Ayah tidak mendengarnya. Dera pun menepuk paha Bunda pelan dan mengarahkan pandangannya ke Ayah sebagai pertanda ke Bunda kalau Ayah memanggil. Bunda segera beranjak dan berkata, "iya kenapa Yah?"

Ayah mengarahkan telapak kanannya ke belakang kepala Bunda, lalu perlahan menarik kepala Bunda dan kemudian mencium bibir Bunda selama beberapa detik. Dera melotot kebingungan dengan kondisi itu. kenapa Ayah malah mencium Bunda di saat seperti ini. Sementara Duta langsung beranjak dari duduknya dan membawa Arsya keluar dari kamar tidur.

Selepas mencium Bunda, kemudian Ayah menatap kosong ke langit - langit kamar sambil berkata, "tiga puluh satu tahun yang lalu, sore menjelang malam di bulan Desember di tahun 1990 ya kayaknya, Bunda ingat enggak di Terminal Lebak Bulus di depan Masjid di pintu keluar terminal saat Ayah pertama kali mencium bibir Bunda, tapi malah Bunda tampar pipi Ayah."

Mendengar perkataan Ayah tersebut, Bunda tertawa kecil dengan wajah yang masih menunjukkan mimik sedihnya. Bunda nampak menerawang jauh ke masa itu saat Dera belum dilahirkan. Saat Ayah dan Bunda bahkan belum menikah karena tidak mendapatkan restu dari orang tua dan keluarga Ayah. Ayah yang orang asli Jawa sementara Bunda adalah orang asli Sunda. Hubungan mereka benar - benar tidak direstui bahkan sejak jaman Majapahit.

"Itu ciuman pertama Bunda Yah", ucap Bunda sambil menunduk.

"Sama", jawab Ayah menatap Bunda. Tatapan mata Ayah benar - benar hangat. Ayah kemudian menatap Dera sambil berkata pelan, "jaga Bunda."

Dera hanya membalas dengan berusaha tersenyum, lalu membayangkan kembali betapa indahnya saat kita berjodoh dengan orang yang merasakan ciuman pertama kita, bahkan sampai ajal menjemput. Duta merasakan ciuman pertama Dera, tapi sampai detik ini pun Dera tidak tau apakah dirinya yang menjadi ciuman pertama Duta. Duta tidak pernah mau membahasnya.

"Ayah!!! Yah!!!", Bunda berteriak. Ayah menghembuskan nafas terakhirnya sore itu. "Ayah jangan tinggalin Bunda Yah!!! Ayah!!! hiks hiks ..... Ayah !!!"

Dera ikut panik kala itu, Duta dan beberapa anggota keluarga lainnya langsung masuk ke dalam kamar menyaksikan kegamangan suasana yang terjadi. Duta bergegas hendak merangkul Dera yang sedang menangis memanggil Ayah berharap kembali terbangun, namun langsung ditepis dengan keras oleh Dera. Dera langsung merangkul dan berusaha menarik Bunda yang memeluk jenazah Ayah sambil menjerit histeris dan tak berselang lama Bunda pun jatuh, pingsan.

___________________
dukung penulis dengan menekan
tombol vote ⭐ di akhir chapter

saran dan kritik akan selalu penulis terima demi tulisan yang lebih baik
---------- TBC ----------

DERA.Where stories live. Discover now