Chapter VI

69 27 6
                                    

---=== Revised ===---

Vilks datang tepat saat matahari terbit dengan wujud manusianya. Dhiib menyusul sambil membawa tasku dengan susah payah dan mendapat sambutan hangat dari Ezar. Masih merasa skeptis dengannya, aku cepat-cepat merebut tasku dari tangannya. Tak lama kemudian, orang-orang lain pun datang. Ada norginal dan penyihir, darah campuran dan darah murni, bahkan seorang werewolf. Mungkin ada sekitar 20-30 orang di sini.

Setelah semuanya berkumpul, Ezar memasang tanda bahwa bar ini tutup dan segera mengunci pintu. Seorang wanita bersurai kecoklatan langsung mengucap mantra pelindung. Kami berkumpul di tengah ruangan, dengan atensi yang terfokus padaku. Beberapa dari mereka berbisik sambil menyebut namaku, dan jujur, itu membuatku kesal.

“Apa Amical memberimu peta, Nak?” tanya wanita yang tadi. “Bisa tolong keluarkan petanya?”

Aku mengernyit. Memang benar nyonya Amical memberiku peta, hanya saja … bukankah peta itu hanya peta dunia secara keseluruhan. Untuk apa dia mau melihatnya?

Tidak mendapat balasan dariku, wanita itu memijit pangkal hidungnya. “Jangan bilang Amical tidak memberitahumu cara kerja peta itu? Astaga ….” 

Seorang lelaki lantas berdeham, memancingku untuk menoleh ke arahnya. “Yang penting, Cheren, keluarkan saja petanya. Kami akan memberitahumu cara menggunakannya dengan benar,” ucapnya disertai senyuman.

Akhirnya aku memilih mengikuti ucapan mereka, mengeluarkan peta itu dan meletakkannya di meja yang kami kelilingi. Wanita tadi lantas mengacungkan tongkatnya ke arah peta, membuat alisku menukik naik lantaran bingung. 

Obratno, Minesterul Magiei Edno,” rapal wanita itu.

Peta itu sontak bercahaya. Gambar Benua Dytika perlahan membesar, memenuhi peta dan menyingkirkan gambar benua lain. Detail Negara Edno pun terlihat. Yang membuatku lebih takjub lagi, kastel yang kuduga adalah gedung Ministerul Magiei terpampang dengan jelas di sana. Hingga penjaga yang tengah berganti tempat dan burung gagak yang sesekali terbang melintas pun terlihat. 

Aku ... tak percaya, nyonya Amical menyembunyikan fungsi peta ini. Maksudku, kalau saja dari awal aku tahu petanya dapat melihat objek secara detail seperti ini, aku tak perlu bermalam di kota ini dan langsung pergi ketika Donna menendangku keluar dari bar.

“Inti rencana ini adalah menyelinap ke dalam dan menemukan barang yang kita butuhkan,” ucap seorang pria bersurai scarlet. Jarinya menunjuk sebuah ruangan di salah satu bangunan kastel itu. “Ini ruangan kerja Master, kita akan menyusup ke sini untuk memperoleh bebatuan yang kita perlukan. Akan tetapi, apabila Master masih berada di sana ….”

“Selama kita tidak membuat kekacauan dan bergerak dalam diam, Master tidak akan datang,” sela Ezar cepat. Matanya menelaah peta, nampak menimbang-nimbang sesuatu. Jarinya lantas menunjuk hutan di dekat kastil itu. “Lorong itu akan membawa kita ke sini bukan? Sisi barat biasanya dijaga oleh werewolf tua, kita bisa memanfaatkan itu.”

Mendengar itu, aku menaikkan alis. Untuk pertama kalinya aku membuka suara, menyela beberapa orang yang hendak menyampaikan pendapat dengan pertanyaan tidak pentingku. “Kastel—maksudku, gedung—ini tidak diberi sihir pelindung?”

Pertanyaanku dibalas dengan gelengan oleh seorang wanita bersurai hitam. “Penjagaan di sini bahkan hanya untuk formalitas. Master saat ini hanya menggunakan ototnya, bukan otaknya. Itu memudahkan kita untuk menyelinap masuk,” sahutnya disertai senyum miring penuh kemenangan.

Aku meliriknya tanpa harus menyembunyikan tatapan sinisku. Gila saja nada bicaranya, terdengar amat meremehkan. Padahal sebodoh apa pun lawannya, ia harus waspada. Merendahkan musuh adalah tindakan dungu dan akan membawa malapetaka. Berdecak, aku lantas memandangi peta itu. “Tempat itu berada di Kota Urbs. Bagaimana cara kalian masuk ke sana? Menggunakan sihir?”

Anazítisi [END]Where stories live. Discover now