Chapter V

97 32 41
                                    

---=== Revised ===---

Ranjang di sini bukanlah ranjang dengan kualitas terbaik seperti yang kumiliki di kediaman Pythonissam. Namun setidaknya sanggup membuat punggungku nyaman dan rileks setelah kejadian-kejadian yang kulalui. Astaga, di hari pertama keluar, aku sudah tertimpa berbagai macam masalah. Nyonya Amical memang benar, dunia luar bukanlah tempat damai dengan konflik ringan seperti Kota Xeko.

Dari balik jendela tanpa kaca, kulihat rembulan malam telah terbit. Ukurannya nampak jauh lebih besar ketimbang yang biasa kulihat di Kota Xeko. Dapat kutarik kesimpulan bahwa aku tiba di kota ini pada saat siang menjelang sore. Yah, itu bukan hal yang penting, sih.

Ketukan di pintu yang sengaja tidak kututup membuatku menoleh. Dhiib berdiri di sana dengan senyuman yang terlihat janggal. Segera kubawa tubuhku untuk duduk dan melayangkan tatapan penuh tanda tanya padanya.

"Boleh saya masuk, Tuan?" Suaranya terdengar berat, khas laki-laki, padahal aku yakin suaranya tadi cukup lembut. Terlebih ... dia tidak lagi gagap?

Menaikkan alis, akhirnya aku mengangguk setuju. Senyuman janggal di wajahnya perlahan berubah menjadi seringai. Cepat-cepat aku memasukkan tangan ke saku, menggenggam tongkat yang bersemayam di sana untuk berjaga-jaga. Ia duduk di sampingku, menatapku lekat-lekat.

"Padahal Vilks belum menjelaskan keterlibatanmu dalam rencana kami," ungkapnya seraya memutar bola matanya, masih dengan senyuman. Nada bicaranya terdengar mengejek saat melanjutkan, "Rupanya Tuan Jenius kebanggan Negara Dvana ini sangat tidak sabaran dan suka menarik kesimpulan sendiri."

Tubuhku menegang atas ucapannya. Pupil mataku meliriknya tajam, nyaris melontarkan makian. Namun mengingat aku masih butuh tempat bermalam sebelum pergi besok, maka kutahan segala sumpah serapah itu di dalam hati. Menghela napas, aku tertawa mencemooh. "Setidaknya aku tidak mengemis pertolongan pada orang asing."

Dhiib tampak tidak menyukai responku. Dapat dilihat dari senyumannya yang sempat luntur untuk sesaat sebelum kembali seperti semula. Pandangannya beralih pada cincin di jariku, tersenyum penuh arti sebelum akhirnya berkata, "Anda butuh Batu Polýtimos bukan? Perlukah saya ingatkan bahwa bebatuan itu sudah sulit ditemukan? Terlebih, Anda terjatuh di tempat dengan angka kemiskinan yang tinggi. Mustahil ada yang menjual Batu Polýtimos di sini."

"Dan tepatnya apa urusan Batu Polýtimos dengan rencana kalian?" tanyaku tanpa memedulikan kenyataan bahwa orang di depanku tahu apa yang kubutuhkan.

Dhiib tertawa, renyah sekali. Dapat kulihat taringnya yang memanjang di bawah pancaran bulan purnama utuh. Arkian, ia menghela napas puas. Maniknya kembali menatapku, kali ini dengan lebih tajam, membuatku menelan liur dengan rasa gugup akibat intimidasinya. "Rencana kami adalah menyusup guna menemukan bebatuan dan artefak sihir milik Master di negara ini. Kebetulan yang menguntungkanmu, Cheren, Master suka mengoleksi berbagai jenis Batu Polýtimos."

Aku mendelik tajam, yang ditatap malah tertawa terbahak-bahak. Perlahan, Dhiib memajukan wajahnya, hingga jarak di antara hidung kami tak lagi tersisa. Dapat kulihat seringainya yang memvisualisasikan berbagai macam hinaan padaku. "Bagaimana, Tuan, Anda tidak punya alasan untuk menolak lagi bukan?"

Aku berdecak, nyaris meludah di wajahnya. Kenyataan bahwa aku memang tidak memiliki alasan untuk menolak membuat emosiku meluap. Kenapa harus pas sekali?! batinku berteriak memprotes kebetulan ini.

Masih dengan posisinya, Dhiib menjilat bibir bawahnya. Tatapannya berubah menjadi penuh nafsu saat jari-jemari kasarnya membelai wajahku. Tubuhku sontak bergidik ngeri dan dengan was-was mengambil langkah mundur. Arah pandangannya kini menjelajah tubuhku.

"Aku jadi penasaran ...." Jari Dhiib kini menyentuh lenganku, yang tentunya segera kutepis dengan kasar. Rasa gelisah menjalar di sekujur tubuhku saat seseuatu menyembul keluar dari masing-masing sisi kepala Dhiib. "Bagaimana, ya, rasa daging campuran elf dan manusia?"

Anazítisi [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu