Chapter I

326 49 200
                                    

---=== Revised ===---

Kepalaku menoleh ke arah dinding di dekat jendela tepat di sampingku. Netraku menelaah tinta coklat yang perlahan berubah di sebuah kertas bercahaya yang tertempel di sana, menunjukkan angka 5 dengan sebuah tulisan kecil di atasnya, Bulan Mie. Sudah memasuki bulan kelima di tahun ini. 

Memejamkan mata sejenak, aku menghela napas gusar. Pandanganku kembali pada buku di depanku. Menyadari bahwa aku telah sampai di halaman terakhir, tanganku melayangkan pukulan pada meja kayu tak bersalah di depanku, hingga buku yang berada di atasnya metutup dan menampilkan sampul depannya yang telah kusam. Strega e Aura judulnya, buku tebal yang walau telah kubaca puluhan kali tetapi sama sekali tidak berguna. Lagi-lagi aku tidak berhasil menemukannya.

Sudah 2 tahun berlalu semenjak Akala berhasil mengeluarkan aura, tetapi gadis kecil itu sama sekali tidak dapat mengeluarkan sihir atau bahkan membuat sebuah ramuan.

Aura adalah luapan mana—energi sihir—yang memiliki eksistensi sepenting nyawa seorang penyihir. Biasanya, aura memiliki wujud sesuai bakat si penyihir. Sebagai contoh: seorang penyihir air akan mengeluarkan aura yang terasa lembab. Mampu mengeluarkan aura berarti kau sudah siap mempelajari dan mengeluarkan sihir.

Sebagai seorang penyihir muda yang bahkan belum memasuki academy, berhasil mengeluarkan aura tanpa bantuan alat apa pun adalah sebuah prestasi besar. Apalagi di zaman di mana sihir mengalami kemunduran yang cukup mengerikan ini. Eksistensi Akala bagaikan mutiara di tengah lautan batu lantaran gadis itu berhasil mengeluarkan aura saat masih berusia 8 tahun.

Semenjak ditemukannya alat-alat sihir yang memudahkan para penyihir dalam menggunakan sihir. Nyaris seluruh penyihir di dunia ini tidak mau repot-repot mencoba mengeluarkan aura mereka sendiri, kebanyakan dari mereka terlalu bergantung pada alat-alat itu. Apalagi semenjak alat bernama Hulpdienste muncul. Alat yang sebelumnya dibuat khusus bagi penyihir di atas 15 tahun yang belum bisa mengeluarkan aura itu kini digunakan para bangsawan supaya anak-anak mereka semakin cepat menggunakan sihir. Tidak heran mengapa kemampuan penyihir di abad ini sangat lemah.

Untuk alasan itulah aku tidak akan heran kalau disebut sebagai penyihir paling berbakat dan jenius pada abad ini. Sebagai penyihir yang berhasil mengeluarkan aura saat masih berumur 5 tahun tanpa bantuan alat apa pun sekaligus penyihir termuda yang mampu menciptakan sihir dan ramuan sendiri, eksistensiku adalah lambang kebanggaan dari Kota Xeko.

Kota Xeko bukanlah kota dengan sumber daya alam yang unik, dibanding ibu kota Negara Dvana sendiri, kota ini lebih dikenal di kalangan masyarakat. Jika kau bertanya, "Hei, apa ibu kota Negara Dvana?" Kebanyakan orang akan menjawab, "Kota Xeko!" Padahal kenyataannya, ibu kota negara ini adalah Kota Ville.

Ada 2 alasan di balik hal itu. Pertama adalah kehadiranku, Cheren Abathmob, si lelaki jenius dan penyihir serta peramu paling berbakat abad ini. Kedua, kota ini merupakan tempat tinggal salah satu dari dua puluh keluarga penyihir murni yang masih bertahan hidup dan menjaga kemurnian darahnya, keluarga Pythonissam.

Bicara soal keluarga penyihir berdarah murni, di antara dua puluh dari sekian banyak penyihir di dunia ini, hanya ada 7 keluarga penyihir yang masih mempertahankan kemurnian sihir. Keluarga Pythonissam termasuk di antara 7 keluarga tersebut.

Ada hal unik lain yang membuat keluarga Pythonissam sangat menarik untuk dibicarakan. Keluarga itu memiliki seorang putri semata wayang bernama Akala Pythonissam. Akala mampu mengeluarkan aura tanpa bantuan alat apa pun di usianya yang ke-8. Meski tidak jauh dari rekor yang kupegang, kehebatan Akala tidak pernah diakui di mata dunia. Alasannya simpel: baik dengan alat maupun tanpa alat, Akala tidak bisa mengeluarkan sihir apa pun. Sungguh mengecewakan.

Anazítisi [END]Where stories live. Discover now