Extra Part (2)

431 38 83
                                    

"Pulang."

Satu kata datar terucap dari bibir wanita yang baru saja datang ke ruang tengah kediamannya. Seharusnya itu sudah cukup untuk membuat sang tamu berjengit lantas bergerak untuk angkat kaki. Namun nyatanya, kata itu tak ubahnya hanya berupa angin lalu. Seperti iklan yang melintas di layar televisi yang tidak lagi ditonton dengan minat. Menyala, tapi tidak didengar karena tidak I yin disimak. Seolah sibuk padahal hanya melakukan yang tidak penting, diam. Entah berpikir atau melamun.

"Yoongi, pulanglah! Tidak ada gunanya kau masih di sini."

"Yoong—"

"Sttt... Kau tidak ingin membangunkan Haru, kan?"

Sejenak ia memejam, meredam rasa kesal yang muncul di dadanya. Sifat keras kepala selalu muncul tidak tahu diri hingga sulit diperingati. Yoongi bebal, dan selalu begitu seolah mempertahankan diri.

"Kalau begitu cepat pergi sebelum Haru bangun."

Yoongi mendesah, tubuhnya berputar untuk melihat sosok yang kini berdiri di belakangnya dengan dua tangan mengepal di sisi tubuh. Yoongi tidak berniat mengatakan apa pun, ia hanya merespon dengan sorot mata tajam seolah ingin menerkam dan bibirnya tak bergerak untuk bersuara. Pria dua puluh sembilan tahun itu hanya stagnan dalam tempatnya, dengan masih memegang obeng dan beberapa perkakas lain yang sebelumnya ia gunakan untuk memperbaiki troli bayi yang rodanya lepas.

Yoongi memberi tatapan penuh intimidasi yang membuat siapa pun kalang kabut, tak terkecuali wanita itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yoongi memberi tatapan penuh intimidasi yang membuat siapa pun kalang kabut, tak terkecuali wanita itu.

Ia gentar, mendadak tubuhnya menggigil dengan perasaan tak nyaman. Tubuhnya melemah karena kerja jantungnya tak menentu. Pandangan tajam itu akhirnya ia akhiri dalam lima detik selanjutnya berbalik membelakangi Yoongi.

"A-aku akan menghubungi tukang, jadi kau bisa pulang dan tidak perlu berhutang memperbaiki lagi."

Mendengar ucapan itu tangan Yoongi mengepal, cengkeramannya pada obeng menguat seiring rasa kesal atas pengusiran yang diperintahkan sekali lagi. Benar, ini bukan hanya sekali wanita itu menyuruhnya pergi. Bahkan saat pertama datang, Yoongi ingat jika wanita itu hampir menyeretnya ke depan pintu. Insiden dirinya mabuk lantas terjatuh dan berakhir dengan tak sadarkan diri masih sedikit terngiang di kepalanya yang pening. Ia bahkan tak sengaja merusak sebuah troli bayi hingga rodanya terlepas saaf berusaha untuk berdiri sebelum ambruk kembali. Ia benar-benar mabuk parah, dan syok membikin dirinya tak terkendali.

Entah kasihan atau memang peduli, wanita itu akhirnya membiarkan dirinya tidur di sofa dengan selimut mengingat di luar benar-benar dingin malam itu karena salju turun. Kim Sunhee masih memiliki rasa khawatir padanya.

"Aku akan menyelesaikannya." keukeuh Yoongi akhirnya.

Ia kembali berbalik dan melanjutkan pekerjaannya memperbaiki roda. Meski dirinya sempat kesal karena pengusiran itu, entah kenapa dirinya malah ingin bertahan. Hati kecilnya mencegah, berbisik agar lebih baik di tempat itu selama beberapa waktu. Entah sampai kapan, ini sudah tiga hari. Yang jelas jika satu minggu Yoongi belum mampu meyakinkan diri, ia akan benar-benar menyerah. Niatnya begitu.

1204 Room (Suga-Sunhee) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang