06. pertengkaran

594 136 38
                                    

Malam ini hujan turun dengan deras. Tiba-tiba saja. Padahal ramalan cuaca hari ini akan cerah, tapi sejak pukul lima sore hujan sudah mengguyur ibukota. Beruntung semua penghuni gerhana sudah pada pulang, mereka sekarang berada di ruang tengah, satu-satunya yang berada di dapur hanya Jian, gadis itu sedang memasak mie instan.

Jian baru saja menuangkan mie instan-nya ke dalam piring dan mencampurnya dengan bumbu saat Elang datang ke dapur untuk mengambil minuman di kulkas.

"Hai Lang, mau gue masakin mie instan juga nggak?" tanya Jian

Elang tak langsung menjawab, dia meneguk satu kaleng cocacola sebelum menatap ke arah Jian dengan tatapan tak suka. "nggak usah sok baik ke gue." katanya ketus

Lah? sepertinya kolor maung kumat lagi ketusnya.

"Gue cuma nawarin aja, kalo nggak mau yaudah." Kata Jian.

Elang membuang kaleng cocacola ke dalam tong sampah yang ada di samping pantry dengan kasar. "kapan lu mau pindah dari sini?" lagi-lagi ia melontarkan pertanyaan itu.

Padahal beberapa hari ini sikapnya sudah tidak ketus dan sarkas. kenapa sekarang kumat lagi? Jian jadi bertanya-tanya apa dia bikin salah sampai pria itu kesal lagi? tapi perasaan nggak deh.

"Lang kenapa sih lu sering nanya begitu?"

"Karena gue nggak suka lu ada di sini, gue risih."

"Gue nggak akan pindah dari sini, lagian gue kan nggak ganggu privasi lu." Jian balas menatap Elang tajam, pria itu pikir dia siapa sampai bersikap seperti ini pada Jian.

"Gue bakal bantuin lu cari kos baru, asal lu mau pindah dari sini."

"GUE GA BAKAL PINDAH." Jian meninggikan suaranya, sumpah dia kesal setengah mati melihat pemuda di hadapannya itu, melihat tatapan sinis pria itu.

"Kenapa lu nggak mau pindah dari sini? Padahal masih banyak kos yang lebih bagus dari ini." kata Elang tanpa merasa bersalah dengan ucapannya itu

"Kenapa nggak lo aja yang pindah dari sini, kan lu yang ngerasa risih." Balas Jian

Elang tersenyum miring dan sinis, "murahan." Ucapnya

"Apa lu bilang?" Jian melebarkan mata, tensi darahnya naik mendengar umpatan Elang

"Lu murahan, lu nggak mau pindah dari sini karena di sini banyak cowok tampan yang mau lu godain kan, pikir aja! cewek mana yg berani ngekos dan menjadi satu-satunya penghuni cewek di sini kalau bukan karena dia murahan."

Jian tak tahan lagi mendengar hinaan itu lalu dalam sekali gerakan dia sudah menjambak rambut Elang dan menariknya kuat-kuat.

"Arghhhh...!" Elang mengerang kesakitan, rambutnya seakan mau lepas dari kulit kepalanya

"Hey lepasin." Elang berusaha melepaskan jambakan Jian tapi bukannya melepaskan Jian malah tambah menggigit bahu Elang dengan kuat lagi.

"Arghhhh...!" Elang semakin mengerang, dia mendorong kepala Jian tapi gadis itu tidak mau lepas juga.

Mendengar kegaduhan di dapur para penghuni yang lain segera berlari ke sana dan mereka kaget melihat pemandangan di sana. Cepat-cepat Zhafir menarik tubuh Jian menjauh dari Elang, sedang Gavin juga menarik tubuh Elang menjauh dari Jian

"hiks..hiks..hiks." Jian menangis keras, padahal dia yang jambak dan menggigit Elang tapi dia juga yang nangis.

"Ini ada apa sih, kalian kenapa berantem? Kaya anak kecil tau nggak?" bentak Zhafir, tapi si pembuat keributan pada diam.

"Zhaf, bawa Jian ke kamarnya." Kata Gavin. Zhafir mengangguk lalu membawa Jian ke kamarnya, gadis itu masih menangis kencang. Sedang Elang diam sambil memegangi bahunya yang sakit, bekas gigitan Jian terlihat di bahu kekarnya itu.

"Kalian kenapa berantem?" Gavin bertanya pada Elang. sedang yang lainnya memilih diam, melihat saja. Tapi bukannya menjawab Elang malah pergi ke kamarnya begitu saja. Gavin hanya menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir.

"Mereka berantem gara-gara mie instan kali." Celetuk Shakeel saat melihat sepiring mie instan salero padang di atas meja

"Lah iya, bisa jadi bisa jadi. Jian mungkin mau salero padang yang di campur sedang Elang mau yang di pisah." Timpal Byan

Tak ingin menanggapi celotehan dari kedua mahkluk titisan alien itu, Gavin segera pergi dari sana disusul oleh Juna. Gavin pergi ke kamar Jian, di sana Zhafir sedang mencoba menenangkan gadis itu yang masih menangis sesenggukan. Jian berada di bawah selimut, membungkus tubuhnya di sana.

Gavin bersandar pada daun pintu sambil melipat tangan. Dia bertanya pada Zhafir dengan suara pelan. "Masalahnya apa?"

Zhafir mengangkat kedua bahunya, dia menggerakkan bibirnya tanpa suara menjawab pertanyaan Gavin. "Belum mau cerita."

Gavin hanya manggut-manggut. Lalu dia menghampiri Jian dan duduk di pinggiran kasur di samping Zhafir.

"Jian mau bang Gav bikinin mie instan lagi nggak? Mau rasa apa? salero padang, indomie ayam geprek atau yang kuah?" Gavin mencoba membujuk Jian.

Tapi Jian tidak menjawab. Karena memang masalahnya bukan sebab mie instan. Jian menangis dan marah karena perkataan Elang yang menyakitkan.

"Atau mau bang Zhaf bikinin cokelat panas?" Timpal Zhafir juga

Tak ada jawaban. Gavin dan Zhafir pun memutuskan untuk keluar dari kamar Jian memberi waktu pada gadis itu untuk menenangkan diri.

"Bang Zhaf keluar dulu ya, kalau butuh apa-apa panggil bang Zhaf aja." Kata Zhafir lalu dia mengikuti langkah Gavin keluar.

--oOO--

Part lengkap tersedia di KBM app


KOSAN GERHANA ✔Where stories live. Discover now