Bab 24 - Dilecehkan

Start from the beginning
                                    

Pagi ini adalah pagi paling menjijikan bagi Cut, ketika Pria tua itu kembali melancarkan aksinya.

***

"Aku pake WC duaaa!"

"Nggak, aku dulu yang mandi di WC dua! Kamu di WC satu aja!"

Khadijah dan Ochi sibuk beradu mulut untuk mendapatkan tempat mandi di WC dua. Santriah lain di Kobong itu hanya terkekeh melihat kelakuan dua gadis yang sudah terbiasa berebut WC.

"Eh, gak bisa gitu, dong! Aku yang pilih duluan! Mestinya kamu aja yang mandi di WC satu, sana! Mandi sama setan! Hahaha," seru Ochi.

"Gak bisa! Daripada ribut kayak gini, mending kita taruhan aja. Siapa yang berhasil nyampe di WC dua, dia lah yang menang dan akan mandi di WC dua. Gimana? Setuju?" tanya Khadijah penuh semangat.

"Oke, siapa takut?!"

Mereka berlarian mencari handuk masing-masing, lalu berlari menuruni tangga. Khadijah bersorak saat tangannya berhasil menyentuh pintu WC 2. Diiringi protes 'tak terima dari Ochi.

"Ihh, Dijah curang! Belum juga dimulai udah lari duluan!"

"Bodoamat. Wleee!" Khadijah menjulurkan lidahnya ke depan Ochi yang mulai kesal.

"Oke, gak masalah! Masih ada besok--"

Huuhu huu hiks ....

Ocehan Ochi terhenti saat suara isakan terdengar dari balik pintu WC 1.

Tangan Khadijah dan Ochi saling memegang karena takut, tubuh mereka kini menempel sangat dekat.

"Di-dijah denger suara juga, 'kan?" bisik Ochi terbata.

"Iya, aku denger. Jangan-jangan itu...,"

"Sssttt! Jangan ngomong gitu ih, takut!"

Mereka saling menatap lalu beralih memandang pintu WC 1.

"Daripada kayak gini terus, mending kita lihat ada siapa di sana. Yuk!" ajak Khadijah.

Ochi mengangguk pelan, terlihat jelas bahwa dirinya tidak berani. Namun, karena dorongan Khadijah, akhirnya mereka berhasil menyentuh daun pintu yang terbuat dari kayu yang mulai rapuh.

Brak!

Dalam satu hentakan, pintu terbuka. Mata mereka sama-sama membulat, terkejut atas apa yang dilihatnya.

"CUT!"

Mereka masuk ke dalam WC dan merengkuh tubuh basah Cut. Rambut sebahunya terlihat acak-acakan dan basah kuyup. Tubuh gadis itu menggigil dengan tangan memeluk lutut.

Khadijah dengan cepat menutupinya degan handuk yang ia bawa, lalu mengajaknya berdiri dan pergi ke Kobong.

Di dalam kobong An-Nisa, para santriah terkejut melihat kondisi Cut. Mereka cepat menghampiri dan bertanya-tanya.

***

Pagi hari sebelum berangkat sekolah, Khadijah dan Ochi mewanti-wanti kakak santriah yang sedang tidak kuliah untuk menjaga Cut.

Kondisi Cut benar-benar hancur, ia tidak mau makan dan tatapannya kosong. Namun, bisa dilihat kesedihan terpancar jelas saat air matanya menetes dengan sendirinya. Ia menangis tanpa suara, Khadijah dan Ochi benar-benar mengkhawatirkan kondisinya.

Setelah berulang kali bertanya atas apa yang telah terjadi dan 'tak kunjung mendapat jawaban, Khadijah kembali memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan.

"Cut... kamu kenapa bisa sampai seperti, hm? Kami kayak ketakutan banget, kenapa? Sini, cerita aja sama aku," ujar Khadijah lembut.

"Hiks...."   Lagi-lagi, Cut hanya menangis, kali ini dengan suara yang parau.

Ochi merengkuh lembut tangan Cut sembari mengusapnya perlahan. "Kalo masih gak mau cerita... gak papa, kok. Lain kali aja, ya." Ochi memberikan senyum mengembang, Khadijah menghela nafas.

"Ya sudah, kita berangkat sekolah dulu, ya. Surat perizinan kamu untuk tidak masuk sekolah dulu udah dibuatin, kok, tenang aja."

Khadijah dan Ochi membenarkan tas gendongnya, lalu melangkah hendak pergi. Namun, baru beberapa langkah, Cut membuka suara.

"Tunggu!" serunya.

Dua sahabatnya itu menoleh, "kenapa, Cut?"

"A-aku... aku dilecehkan sama Pak Haji!"

"APA?!"

***

Wessloww, euy! Gak perlu ngegass gitu juga. Awokawok.😌🔪

Jadi gimana? Ada yang kesel sama Pak Haji gak? Awokawok 😌🔪

See u next part, yaww!
Sekian, terima tumbal. ☠️

Penjilat Darah Haid - ENDWhere stories live. Discover now