12

1K 76 7
                                    

"Jadi sekarang kamu percayakan kalo aku itu tulus mencintai kamu?" tanya Ian dengan pandangan yang masih terfokus pada jalanan.

"Eemm, Iya." jawabku. Aku akan percaya sama Ian. Itu keharusan, karna menjalani suatu hubungan tanpa kepercayaan maka hilanglah hubungan tersebut, dari itulah aku akan selalu berusaha buat percaya sama Ian.

"Ian belum makan? Mau makan kan? Mau makan masakan aku gak? Mau aku masakin apa? Atau Ian mau makan direstoran aja?" tanyaku seperti biasa dalam satu helaan nafas.

"Vi... Satu-satu." ucap Ian mengusap mataku dan tersenyum kearahku.

"Jawab pertanyaan aku tadi."

"Iya aku belum makan, kamu masakin aku makanan ya. Apa aja asal yang enak." usapan Ian turun ke pipiku dengan mata yang tak lepas memandang wajahku, dan jangan lupakan senyumannya yang sangat rupawan.

Aku memandang kearah jalan, ada seseorang yang nau menyebrang!

"Ian awas didepan!." aku panik.

Dengan sangat panik Ian menginjak rem mobil.

Ckkkkiiitttt!!!

Aku langsung menarik nafas dengan cepat.
Aku mendongak melihat kearah jalanan dan membuka pintu mobil dengan sangat panik.

"Kamu gak papa kan? Ad-" aku bertanya tapi pertanyaanku tehentik karna ternyata yang hampir saja tertabrak itu adalah.

"Dinda?" Ian menghampiri Dinda, ya. Yang hampir saja tertabrak itu Dinda sipelayan restoran.

Kenapa mesti ketemu sama dia lagi sih!

"Dinda kamu gak papa kan?." ada raut khawatir diwajah Ian yang membuatku sangat kesal. Ian memegang kedua pundak Dinda.

"Tidak pak. Saya tidak apa-apa, lagian itu-"

"Lepasin!!!" aku memotong jawaban Dinda dan menarik kedua tangan Ian supaya melepas pegangannya pada pundak Dinda.

"Lain kali kalo nyebrang itu dipake matanya! Bukan lurus-lurus aja kek jalan tol! Untung aja Ian langsung injak rem kalo enggak mungkin lo udah mati ketabrak! Lain kali kali nyebrang perhatiin sekitar!!!." bentaku karna geram. Dia sok lugu! Sok baik! Aku gak peduli kalo dia lebih tau ataupun lebih muda dariku. Dia itu sangat ceroboh!

"Vi!."

"Apa? Aku salah memberitahu si ceroboh ini supaya lebih hati-hati? Aku salah?!" aku memelototkan mataku didepan wajah Ian.

Ok. Aku dan Ian seperti ombak di Pantai selalu bertengengkar dan kemudian baikan lagi.

"Vi!. Jaga sikap! Dinda lebih tua darimu! Jadi sopan sedikit!."

Apa? Ian membentakku? Tak perlu menangus Viona tak perlu! Ian membentakku karena si ceroboh Dinda? Ck! Dia sudah gila!!.

"kamu membentakku karna Dinda-Mu ini Ian?." ok tanyaku dengan sangat tenang, aku menunjuk Dinda.

Ian tertegun.

"Pak Rian, Viona ini memang salah saya yang tidak lihat-lihat sekitar, maafkan kecerobohan saya, dan terima kasih Viona telah memperingati saya supaya lebih hati-hati." Dinda menundukan kepalanya.

aduh muak aku, Dinda itu sangat sangat!!- Entahlah aku muak banget sama Dinda.

"Sssshhh.. "Aku berdesis kesal.

"Ya syukurlah Din, kamu gak papa."
Ucap Ian tersenyum kearah Dinda. Melihat Ian tersenyum kearah Dinda membuatku geram dan aku pun langsung menginjak kaki Ian.

Ian meringis sekejap.
"Kamu mau kemana? Saya bisa mengantar kamu." tawar Ian dan memegang pundak Dinda. Dan aku gak akan tinggal diam. Aku menepis tangan Ian yang memegang pundak Dinda.

"Kamu apa-apaan sih!!."

"Jangan sentuh cewek lain!!!!." aku melotot kearah Ian.

"Vi... Sudah seharusnya kita baik-baik sama Dind, kita hampir saja menabrak dia karna aku gak liat jalanan!." Ucap Ian padaku tak kalah sengitnya denganku.

"Tadi Aqilla dan sekarang si ceroboh Dinda. Apa kamu emang udah bosen sama aku? Apa kamu sudah mau nyelesaikan semua ini? Mungkin-"ucapanku terpotong karna Ian dengan cepat memegang tanganku.

"Sekali lagi maaf Dinda. Kita berdua duluan ya, lain kali lebih hati-hati." ucap Ian pada Dinda dan menariku masuk kedalam mobil.

*

Pesan dari saya si Author hari ini...
Jangan lupa jaga kesehatan kalian...

Votmen ya...

He Is Mine! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang